Malam itu, Arlo duduk di balkon kamar, memandang bintang-bintang yang bertaburan di langit malam. Hati yang berat perlahan mulai terasa lebih ringan. Ia tidak bisa menghindari perasaan campur aduk—rasa sakit yang telah bertahun-tahun ia simpan mulai meleleh, tergerus oleh kehadiran keluarganya yang akhirnya sadar akan kehadirannya.
Langkah kaki terdengar di belakangnya. Arlo menoleh, dan melihat ayahnya, Luciano, berdiri di ambang pintu kamar. Tak ada kata-kata yang keluar dari bibir Luciano, hanya tatapan mata yang penuh penyesalan dan harapan. Langkah kaki Luciano mendekat dengan pelan, sebelum ia duduk di samping Arlo.
"Lio," suara Luciano terdengar lebih lembut dari biasanya. "Papa tahu, papa tidak bisa mengubah masa lalu. Papa banyak salah dalam mengasuhmu, tapi aku janji, aku akan membuat semuanya lebih baik."
Arlo menundukkan kepala, meski ia merasa sesak, kali ini ada rasa lega yang mengalir dalam dirinya. "Lio tidak tahu halus mulai dali mana, pah. Tapi Lio lasa... Lio sudah siap. Kita bisa mulai mempelbaiki semuanya."
Luciano mengangguk, perlahan meraih tangan Arlo dan menggenggamnya erat. "Kamu tidak sendirian, Lio. Kamu akan selalu punya keluarga yang akan mendukungmu. Semua yang terjadi, semua penderitaan yang kamu rasakan, tidak akan sia-sia. Kita akan melalui ini bersama."
Tak lama setelah itu, suara langkah kaki terdengar lagi. Kali ini, Dante, Marco, dan Rico datang bersama. Masing-masing dengan ekspresi serius, namun mata mereka penuh dengan harapan. Mereka berdiri di samping Arlo, mengitari anak bungsu mereka.
Dante yang paling pertama maju, menatap Arlo dalam-dalam. "Lio, aku tahu aku bukan abang yang baik buatmu," katanya dengan suara serak. "Tapi aku berjanji, aku akan selalu ada di sini untukmu."
Marco, yang biasanya dingin dan tertutup, kini menundukkan kepalanya. "Aku... Aku tidak tahu bagaimana cara meminta maaf, Lio. Tapi aku berharap kita bisa mulai lagi, jadi keluarga yang saling menjaga."
Rico yang tak banyak bicara, hanya meletakkan tangannya di punggung Arlo, memberikan pelukan hangat yang penuh kasih. "Kami akan melindungimu, Lo. Kami berjanji."
Kemudian, dengan gerakan yang sangat lembut, Luciano menarik Arlo ke dalam pelukannya, diikuti oleh pelukan hangat dari Dante, Marco, dan Rico satu per satu. Tangan mereka saling merangkul, menyatukan perasaan mereka dalam kebersamaan yang tulus. Kali ini, Arlo bisa merasakan kehangatan dari seluruh keluarga, seperti sebuah keluarga yang seharusnya.
"Telima kasih, semuanya," Arlo berbisik, suaranya penuh emosi. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasakan cinta yang tak terucapkan mengalir begitu dalam.
---

KAMU SEDANG MEMBACA
"ARLO SALVATICI" End
ActionArlo Salvatici, anak bungsu keluarga mafia ternama, lahir di tengah tragedi yang merenggut nyawa mamanya. Namun, kehadirannya justru dianggap sebagai kutukan. Dibenci oleh papa dan Abang-abangnya, Arlo tumbuh dalam cemoohan, tamparan, dan perlakuan...