Gentar duduk dengan nyaman di kursinya. Kursi kebanggaannya ketika ada kelas dari Halilintar. Kursi yang berada di tengah, tidak begitu kebelakang, tidak pula berada di depan. Tidak dipojokan, atau yang paling ujung. Namun, dapat dengan mudah baginya keluar masuk karena sungguh strategis.
Ia tersenyum tipis, seluruh tugasnya sudah selesai. Dan ia hanya perlu mengikuti materi yang akan diajarkan oleh Halilintar hari ini. Benar, yang diajarkan oleh Halilintar. Karena Halilintar adalah asisten dosen 'favorit' dosen DKV.
Yang pasti, Halilintar menjadi asisten dosen atas kesanggupannya sendiri. Bukan karena ayahnya, maupun uangnya yang terus mengalir layaknya air.
Yah, meskipun diberitahukan sampai bendungan bocor pun banyak yang menganggapnya berbohong. Tapi tak masalah, karena Halilintar tak menerima makan maupun nilai dari mereka.
Yah, walaupun yang jadi korban kurang lebihnya adalah Gentar. Yang notabene-nya adalah sepupu Halilintar. Sepupu, atau saudara jauh? Entahlah. Yang mana, membuat teman kampusnya kerap kali bertanya perihal materi, maupun kunci jawaban.
"Enak aja lo pada minta kunci jawaban, gue aja nanya kisi-kisi kaga dikasi anjir." Batin Gentar kala teman-teman sekampusnya memintanya untuk mencarikan kunci jawaban ataupun bocoran soal.
Masalahnya nih, ya... Halilintar itu privasinya ketat banget. Laptopnya aja dikunci entah pake bahasa apa, simbol apa, atau malah pakai settingan apa. Gentar dan Taufan pernah mencoba membuka paksa laptopnya, namun laptopnya malah mati dan membuat mereka panik 7 keliling.
Laptopnya Halilintar mehong, kucing. Bisa kali buat beli motor di negara Konoha ini.
"Gentar."
Gentar menolehkan kepalanya ketika namanya dipanggil. Ternyata yang memanggilnya itu salah satu temannya. Siapa namanya, ya? Canis? Iya, Canis!
"Iya?"
"Si AD yang namanya Rizki itu bisa kamu minta buat undur waktu pengumpulannya nggak? Gak kasihan tah, kamu sama kita-kita ini?" Pinta si Canis dengan ekspresi yang cukup melas. Sejenak Gentar rasanya menjadi tak enak hati, namun ia teringat ucapan Halilintar kala kemarin.
"Ngapain lo ngurusin mereka? Mereka nggak ada sangkut pautnya ama hidup lo, juga. Nggak ngasih lo makan, nggak ngasih lo baju, nggak ngasih lo nilai. Kalau mereka mau manfaatin ya dilawan, lah. Emangnya lo anjing?"
"Tapi kan, tugasnya cuma 4 soal sama 1 praktik. Itu gampang dan bisa dicari di materi yang dikirim sama Kak Rizki, kok." Jawab Gentar dengan senyum simpul. Berharap akan dibalas dengan senyuman serupa.
"Kalau gak mau nolong, bilang aja anjing."
"Eh?"
Gentar terdiam sejenak, namun ia memutuskan untuk tidak memikirkannya lebih lanjut. Dan hanya fokus pada apa yang tengah ada di hadapannya sekarang ini. Buku materi untuk persiapan yang akan datang.
Eee... Sebenarnya bukan buku materi. Hanya saja, Gentar mencetak seluruh materi yang dikirimkan oleh Halilintar dan menjilidnya sesuai dengan materi per-bab. Dan semua itu dia lakukan sesuai arahan Halilintar tentunya.
Hingga akhirnya, Halilintar masuk ke ruangan dengan tanpa permisi. Mungkin ia permisi, tapi tidak terdengar. Dan berjalan dengan langkah cepat ke meja yang tepat berada di depan seluruh kursi, sebelah 3 whiteboard yang terpasang di dinding.
"Kalian semua duduk di tempat kalian masing-masing. Siapkan buku, materi, dan alat tulis kalian; kita kejar 1 bab materi, setelah itu pemahaman ulang beberapa materi awal." Perintah Halilintar tak mengulang kalimatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kost-kostan Pelangi
FanficKamu lelah? Mari aku kenalkan pada Kost Pelangi agar hidupmu tambah lelah dan semakin suram! Penasaran dengan bagaimana kehidupan warga kostan laki-laki yang entah masih bisa disebut kostan ini atau tidak? Baca dong! . . . Kost-kostan Pelangi Ori...