Bab 7: Kejutan di Pagi Hari

17 1 0
                                    

Pagi itu, setelah malam yang penuh tawa dan kebersamaan, Lio bangun lebih pagi daripada yang lainnya. Dia sudah terbiasa bangun lebih awal, meskipun sering kali bangun di tengah malam untuk mengajak abang-abangnya bermain atau makan cemilan. Namun kali ini, dia punya ide besar.

"Lio nggak mau kalah! Lio harus buat kejutan pagi ini!" serunya dalam hati, dengan semangat yang menyala. Lio bergegas keluar dari kamar dan menuju ke dapur, sambil berusaha menjaga suara agar tidak membangunkan abang-abangnya yang masih terlelap. Dia membuka lemari dapur, mencari bahan-bahan yang bisa digunakan untuk membuat sesuatu yang spesial.

"Ah! Ini dia, Lio bisa buat pancake!" Lio berkata dengan senyum lebar setelah menemukan bahan-bahan yang dibutuhkannya.

Dia mengeluarkan tepung, telur, susu, dan bahan lainnya. Namun, karena tidak ada yang bisa dia panggil untuk membantu, Lio memutuskan untuk mencoba membuat pancake sendiri, meskipun dia tahu betul kalau dia belum terlalu berpengalaman.

Pancake pertama yang dia buat justru terlihat lebih mirip dengan kue gosong. Namun Lio tidak patah semangat. Dia mencoba lagi, dan kali ini pancake-nya terlihat sedikit lebih baik meskipun masih agak gosong di pinggirannya.

"Papa pasti suka!" Lio berkata dengan penuh keyakinan sambil melihat pancake hasil karya pertamanya. Dengan penuh semangat, dia membawa hasil masakannya ke ruang makan, berharap semua orang akan terkesan dengan kejutan paginya.

---

Sarapan Pagi yang Menggugah Selera

Tak lama setelah Lio menyusun piring-piring penuh pancake di meja makan, abang-abangnya mulai bangun satu per satu. Marco adalah yang pertama kali muncul, dengan rambut acak-acakan dan matanya masih setengah terpejam.

"Eh, ada apa pagi-pagi begini?" tanya Marco, menggosok matanya sambil mendekat ke meja makan.

"Lio bikin kejutan! Sarapan spesial dari Lio!" seru Lio dengan semangat.

Elias, yang baru saja keluar dari kamar, ikut mendekat dan melihat meja yang sudah penuh dengan pancake. "Lio, kamu masak sendiri?" tanya Elias, masih agak terkejut.

"Betul! Lio masak buat abang-abang!" jawab Lio dengan bangga, meskipun di dalam hatinya sedikit khawatir.

Papa Luciano kemudian muncul, juga terkejut melihat apa yang disiapkan Lio. "Aduh, ini sih kejutan yang nggak terduga," ujarnya sambil tersenyum geli.

Dante dan Rico ikut datang, melihat piring-piring berisi pancake dengan tatapan bingung. "Lio, pancake ini beneran hasil masakan kamu?" tanya Dante dengan nada bercanda.

Lio, yang merasa sedikit cemas dengan reaksi mereka, mengangguk dengan penuh keyakinan. "Iya, Bang! Coba deh rasain!" katanya dengan mata berbinar.

Mereka semua duduk di meja makan, dan dengan ragu mereka mulai mencicipi pancake yang sudah disiapkan Lio. Meskipun bentuknya agak tidak sempurna, rasa pancake buatan Lio ternyata tidak terlalu buruk. Bahkan, semua orang terkejut karena ternyata rasanya lumayan enak, meskipun ada sedikit rasa gosong di pinggirannya.

Papa Luciano tertawa ringan. "Lio, kamu ini, ya. Memang agak berantakan, tapi kamu bisa bikin kita ketawa."

"Ya, kalau nggak ada Lio, rumah ini pasti sepi," kata Marco sambil memotong pancake.

Mereka semua menikmati sarapan pagi itu dengan tawa, meskipun pancake yang disajikan Lio tidak sempurna. Bagi keluarga Salvatici, kebersamaan itu yang paling penting, dan Lio selalu bisa membuat suasana menjadi lebih hangat dan menyenangkan.

---

Momen Konyol di Meja Makan

Setelah sarapan selesai, perbincangan hangat pun berlangsung di meja makan. Lio, yang masih tidak bisa diam, mulai mengajak abang-abangnya untuk ikut bermain di taman setelah sarapan.

"Bang-bang, ayo dong kita main di taman! Lio udah siapin permainan seru!" Lio memohon, sambil melompat-lompat di kursi.

Rico, yang sedang menyendok sisa pancake di piringnya, hanya menggelengkan kepala. "Lio, kamu tuh nggak pernah berhenti, ya. Tapi, ya udah, kalau itu bikin kamu senang, kita ikut."

Elias, yang biasanya sedikit lebih serius, ikut tertawa melihat tingkah Lio. "Kamu ini, Lio, selalu ada saja cara untuk membuat semuanya jadi lebih seru."

"Pokoknya seru deh, Bang! Kita main bola, main petak umpet, atau apa aja deh!" seru Lio penuh semangat.

Mereka pun akhirnya setuju untuk keluar, meskipun sebagian besar dari mereka sebenarnya ingin beristirahat setelah sarapan. Lio, dengan penuh keceriaan, membawa mereka ke taman belakang rumah, tempat di mana mereka sering bermain bersama.

Namun, seperti biasa, Lio tidak pernah lepas dari kekonyolannya. Ketika sedang bermain bola, Lio malah terjatuh dan membuat semua orang tertawa.

"Ya ampun, Lio! Kamu tuh bener-bener nggak bisa diem!" ujar Marco sambil tertawa geli melihat Lio yang terjatuh dan kemudian bangun dengan wajah penuh kotoran.

"Tapi itu yang bikin kita senang, kan?" jawab Lio sambil tertawa. "Lio kan pengen semua orang bahagia!"

Mereka melanjutkan permainan itu dengan tawa, dan keluarga Salvatici merasakan betapa berartinya kebersamaan ini. Meskipun Lio kadang membuat kekacauan, dia adalah alasan keluarga ini selalu bisa tertawa bersama.

---

"ARLO  SALVATICI" End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang