32-Penjelasan

366 20 3
                                    

-Happy Reading-
Typo? Tandain 📌

❀(*´▽'*)❀

"Mereka... Mantan kamis gus, dulu" jelas aisyah, ke empat pemuda itu sangat terkejut dibuatnya.

"Mantan? Maksudnya mantan pacar kalian?" tanya xander. Ketiganya mengangguk, kecuali ghina.

"Gin, udah. Lo aman sekarang" ninda menyakinkan ghina, agar ia tenang. Ghina hanya masih terisak, tapi tak separah tadi.

Ke empat pemuda itu saling pandang satu sama lain, kenapa ghina menangis? Apa yang sebenarnya terjadi? Mereka mengatakan hal itu bukan menggunakan mulut, tapi lewat pandangan mereka. Setelah diam, akhirnya zevan bersuara.

"Ninda, ghina kenapa?" tanya nya.

Ninda mendengar itu sedikit tertekan. Apakah ia harus menceritakannya? Kalau ghina pernah hampir di lecehkan oleh pacarnya sendiri? Ninda sempat menatap ghina, menandakan apakah boleh ia untuk menceritakan kejadian itu. Ghina menatap nya balik, lalu akhirnya mengangguk, ninda pun ikut mengangguk.

"Gina punya trauma gus" jawab ninda.

"Trauma? Trauma apa?" tanya zayyan menatap ninda.

"Gina... Pernah hampir di lecehkan gus, sama mantan pacarnya" penuturan itu sangat-sangat membuat mereka terkejut, begitu juga zayyan. Istrinya pernah hampir di lecehkan?

"Mantan pacar? Maksud kamu cowo tadi?" tanya zayyan memastikan. Ketiganya hanya mengangguk barengan.

Zayyan menatap ghina yang masih sedikit terisak. Tatapan yang menunjukkan dia khawatir, kasian sekali istrinya ini. Andai ia tak pergi kuliah di mesir, pasti ia akan bisa melindungi ghina. Tapi itu juga masih belum pasti.

"Apa kejadian itu sudah lama?" tanya nya lagi.

"Sudah gus, sekitar dua tahun yang lalu" jawab aisyah. Diangguki yang lain.

"Gus gk perlu khawatir, gina emang gini. Bahkan waktu denger nama cowo tadi pasti bakal gini" titah anggi. Zayyan hanya mengangguk, tapi ia masih sangat khawatir.

"Siapa nama cowo itu?" tanya zayyan lagi.

"Heksa gus" jawab ketiganya.

"Jangan sebut dia nin... " ujar ghina, ninda langsung memeluknya lagi erat, begitu juga dengan anggi dan aisyah.

"Jadi tiga lainnya juga mantan kalian?" ujar xander. Ketiganya hanya menjawab dengan anggukan.

"Siapa nama mereka?" tanya bagas ke mereka.

"Satu-satu atau langsung kami sebutin gus?" tanya aisyah balik.

"Satu-satu aja" jawab bagas.

"Arga"

"Ariez"

"Evan"

Mereka bertiga menjawab satu-aatu persatu. Menyebutkan nama mantan mereka masing-masing, ya walau mereka benci menyebutkan nama itu, tapi ya mau gimana lagi.

Hening sejenak menyertai mereka, tak ada yang berkutik. Kecuali ghina, memang ia masih terisak tapi sudah hampir tidak terisak lagi. Zayyan menatap ghina dengan pandangan mata yang khawatir.

"Kalau begitu kita kembali ke pesantren" selesai zevan. Semuanya mengangguk, lalu kembali ke pesantren.

❀(*´▽'*)❀

"

Kami balik ke asrama ya gus" pamit anggi berjalan. Ke empat gus itu hanya mengangguk.

Ke empat gadis ini lalu berjalan kembali ke asrama mereka. Di perjalanan menuju ke asrama hanya terdengar suara kaki yang berjalan dan suara burung yang berkicau.

Mereka masih mengingat kejadian yang mereka alami hari ini. Kenapa harus mereka sih? Kenapa gk yang lain gitu? Pikir mereka, benar-benar mereka menyesal keluar dari pesantren tadi, suatu kesalahn besar.

Sesampainya mereka di asrama semuanya lalu masuk ke dalam, dan menutup pintu kamar mereka. Semuanya masing-masing berbaring di tempat tidur. Anggi dan ninda di atas, aisyah dan ghina di bagian bawah. Tak ada yang bersuara, hanya hening.

"Lo gk papa kan gin?" tanya anggi membuka suara. Ia memang tak melihat ke arah ghina.

"Gue udah gk papa kok, tenang aja" jawabnya.

"Emang jahannam! Kenapa sih, kita harus ketemu mereka?" kesal ninda membuka hijapnya.

"Iya kan, dari sekian banyak orang. Kenapa harus mereka?" aisyah juga ikut kesal.

"Mana main panggil sayang sama baby lagi" jijik anggi, yang mendengar itu juga jijik.

"Padahal kita udah berusaha buat gk bisa mereka temuin, tapi kok mereka bisa temuin kita?" bingung anggi menatap langit-langit.

Memang ke empat nya sudah tak memakai hijap lagi, mereka sudah membuka hijap itu. Karena apa? Panas, di kamar juga tak ada kipas angin. Jadi mereka membawa kipas dari rumah, tepatnya aisyah. Ia membawa kipas yang bisa kita bilang cukup kuat lah tenaga angin nya.

"Gue juga bingung, kenapa mereka bisa temuin kita?" ujar ghina.

"Aargh! Muak gue, mau tidur" aisyah pun menghadap ke arah kanan, lalu memejamkan matanya.

"Yee, kebo!" ujar ketiganya serentak.

"Biarin!" pekik aisyah, lalu kembali memejamkan matanya.

"Kita udah satu bulan kan disini?" tanya ghina.

"Iya, emang napa gin?" tanya anggi balik.

"Kenapa ortu kita gk dateng jenguk kita?" ucapan itu membuat keduanya terdiam.

"Mungkin mereka sibuk" jawab ninda.

"Iya sih, tapi kan mereka bilang mau ke sini setiap satu bulan sekali" ujar ghina dengan nada sedih.

"Ya mau gimana lagi gina, bener kata ninda. Ortu kita mungkin lagi sibuk" titah anggi.

"Eh, si aisyah udah tidur?" lanjut anggi, bertanya ke ghina.

"Tunggu bentar" ghina lalu melihat apakah si aisyah sudah tertidur apa belum. Tapi ternyata aisyah sudah tertidur.

"Udah rei, emang kenapa?" tanya ghina, sebab anggi tak akan bertanya tanpa alasan.

"Kesempatan nih" ujar anggi menuruni tangga untuk turun dari tempat tidurnya.

"Kesempatan apa?" tanya ninda yang tadi hanya diam.

"Udah diem, mending lo turun juga deh nin" suruh anggi, ninda hanya mengikuti. Ia lalu turun dari tempat tidur.

"Mau ngapain?" tanya ghina, ia juga sudah bangkit dari tempat tidurnya.

"Gue punya spidol" anggi mengeluarkan spidol dari balik saku gamisnya. Saat melihat itu ghina dan ninda mengerti apa yang anggi maksud kan.

"Ngerti kan?" tanya anggi menaik-naikan alisnya. Keduanya lalu mengangguk mantap.

"Bagus, ayo lancarkan serangan"







































Ada ae dah ya allah gebrakan mereka untuk aisyah😭 emng ia aisyah suka jahil dan ngeselin, tapi kasian juga ga sih😭
Jangan lupa untuk follow, vote and komen sebanyak-banyaknyaaaaa

Byeeeee

4 Santriwati  Al-FattahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang