33-Coret wajah

304 21 2
                                    

Jgn lupa vote yaaa
-Happy Reading-
Typo? Tandain 📌

❀(*´▽'*)❀

"Cepetan rei, gue juga mau" rengek ghina ke anggi.

Ketiganya sedang sibuk mencoret-coret wajah aisyah saat ini. Yang duluan mencoret ialah ninda, karna itu yang dia minta. Kedua ya anggi, tapi dia lama sekali, bagi ghina, entah apa yang digambarnya di wajah aisyah.

"Sabar gin" anggi masih sibuk mencoret-coret, sedangkan ghina hanya bisa murung, ia juga mau mencoret-coret wajah aisyah.

"Udah. Nih" spidol itu anggi berikan ke ghina, tentu langsung di ambil mantap olehnya.

Ghina langsung menlancarkan tangannya untuk menggambar wajah aisyah. Dengan teliti dan fokus, ia menggambar di wajah itu. Sebenarnya bukan gambar lah yang mereka buat, tapi lebih ke coret-coret saja.

Setelah sekitar beberapa menit, ghina pun selesai menggambar di wajah aisyah yang terlelap tidur.

"Siap" tandasnya saat ia selesai menggambar wajah itu.

Ketiganya yang melihat hasil karya mereka yang terpampang jelas di wajah aisyah hanya bisa tertawa ngakak. Bagaimana tidak? Diwajah aisyah sudah bermacam-macam gambar. Bahkan ada yang membuat titik besar, yang membuat itu seperti tompel.

"Perut gue sakit anjing" ujar anggi tertawa terbahak-bahak sampai ia merasa perutnya itu sakit.

"Gue juga woi" ngakak ghina tertawa, bahkan hampir meneteskan air matanya.

"Gk bisa berkata-kata lagi gue" gelang ninda sambil tertawa.

Karena mendengar suara yang cukup berisik, aisyah pun terbangun dari tidurnya. Tumben sekali dia terbangun, biasanya harus ada air atau gempa bumi harus bangun. Ia membuka kedua matanya, hal pertama yang di lihatnya ialah ketiga sahabatnya sedang asik tertawa sampai-sampai menangis.

"Kalian kenapa ketawa? Apa yang lucu?" tanya aisyah terduduk sambil mengusap kedua matanya. Tentu ketiganya terkejut, tapi mereka malah kembali tertawa saat karya mereka lebih terlihat saat aisyah bangun.

Aisyah yang merasa mereka tertawa karena wajahnya, ia pun langsung berlari ke arah cermin di lemari nya. Saat ia melihat wajahnya di cermin, ia terkejut, wajahnya sudah penuh dengan coret-coretan.

Ia melihat ke arah ghina, ninda dan anggi yang masih tertawa dengan tatapan tajam ke arah mereka.

"Serius nih, cewe seimut gue diginiin?" tanya aisyah, itu membuat tawa yang sebelumnya menggelegar kini tak terdengar lagi.

"Iwhh" jijik ketiganya mendengar penuturan aisyah.

"lo pada tahu anjing gk?" tanya aisyah dengan kesal.

"Tahu" jawab ketiganya.

"Apaan?"

"Tuuu" tunjuk mereka, tawa langsung menggelgegar seisi ruangan. Kenapa tidak? Mereka menunjuk aisyah. Aisyah yang ditunjuk hanya menatap mereka dengan tatapan tajam.

"Aisyah, di wajah lo masih banyak coretan nya?" tanya anggi di sela-sela tawanya.

"Iyala-"

"Ya dicuci, goblok!" belum sempat aisyah menjawab anggi sudah duluan menyelanya. Tawa kembali terdengar seisi kamar, bahkan ada yang menangis.

"Si anying malah cosplay gus miftah" ngakak ghina menepuk pundak anggi.

"Gue kasi jempol nggi" ujar ninda memberikan dua jempol ke anggi, tentu itu semakin membuat tawa.

"SINI KALIAN!" aisyah langsung mengejar ketiganya, ghina, ninda dan anggi langsung berlari. Mereka ber empat berlari-lari mengelilingi ruangan tersebut, ada suara tawa dan ada juga suara amarah aisyah yang bak seperti harimau ganas.

Setelah beberapa menit saling kejar-kejaran. Aisyah lalu berhenti, ia menstabilkan nafasnya yang sedang terengah-engah saat ini. Ketiganya pun ikut juga berhenti, mereka tertawa melihat aisyah yang sudah kewalahan.

"Suruh siapa ngejar-ngejar" ujar anggi menatap aisyah.

"Sok-soan lagi" ejek ghina.

"Minimal sadar diri lah" timpal ninda.

❀(*´▽'*)❀

Sudah 5 bulan berlalu sejak hari itu, dimana mereka semakin banyak belajar tentang agama. Tapi sikap mereka waktu pertama masuk dan sekarang tetap sama saja. Tidak ada perbedaan sama sekali. Tapi, mereka sangat pintar dalam pelajaran, bahkan saat ini mereka telah mendapat kan peringkat, bisa kita bilang mereka masuk lima besar.

Banyak yang gk menduga kalau mereka bisa sepintar itu, bahkan sampai mengalahkan peringkat lika besar sebelum mereka yang terbilang sulit untuk mereka ambil posisinya. Tapi apa? Mereka dengan mudahnya mendapat peringat tersebut.

Dan sekarang hafalan mereka juga sudah bertambah. Mereka berempat sudah menghafal sekitar 12 juz sekarang, tapi tentu mereka tidak sama. Seperti ghina yang hampir juz 13, ninda yang hampir sama dengan ghina, anggi dan aisyah yang sekarang berada di tengah.

Selama itu juga abi dan umi mereka masing-masing tak pernah datang ke pesantren. Saat mereka menelpon, pasti ada saja alasan, seperti ada acara, dinas keluar kota dan lain sebagainya. Meski begitu, mereka tetap menjalani hari-hari mereka di pesantren dengan baik.

Ralat, mereka masuk pesantren itu waktu semester dua ya. Oke lanjut

Kelas XII itu kini adalah nama yang tertera di depan kelas mereka. Sekarang mereka sudah seutuhnya menjadi kakel di sekolah, tentu itu tak mudah. Karena harus menjadi contoh baik, tapi apa? Mereka tak peduli. Mereka tak akan berubah hanya karena mereka sudah kelas XII.

"Gue rindu abi sama umi" rindu ghina, mereka sekarang sedang berada di taman pesantren. Taman ini sering digunakan untuk menyendiri, fokus hafalan, bermain dan lain-lain.

"Bukan cuma lo gin, gue juga" ujar ninda, mereka semuanya merindukan kedua orang tua nya. Sudah setengah tahun mereka tak pernah bertemu.

"Kapan kita bisa ketemu mereka ya?" tanya anggi melihat ke tiganya.

"Gk tahu" jawab mereka serentak.

"Bahkan libur naik kelas kita gk balik" sedih aisyah, ke empat nya memang tak pulang, mereka menghabiskan libur 2 minggu itu di asrama. Entah apa alasan kedua orang tua mereka masing-masing, jadi mereka tidak bisa untuk pulang.

"Kalian ngerasa gk, kalau kita ini kayak di hindari?" pikir anggi, karna kedua orang tua mereka seperti ini terus-menerus.

Semuanya diam, tak ada yang bersuara, tapi hanya terlihat anggukan dari ketiga nya. Mereka benar-benar merindukan sosok orang tua saat ini.

Disisi lain, zayyan, zevan, xander dan bagas melihat interaksi itu hanya menghela nafas. Mereka merasa kasihan dengan istri mereka ini, tapi kedua orang tua mereka menghindari mereka juga karena ingin membuat putri mereka bisa mandiri sejak dini. Tapi ini seperti sudah saat nya mereka berbicara dengan mertua mereka.




























Sebenarnya iqis cuma gk ada kerjaan, eh keingat kalau belum up. Jadi iqis up dehhh😆
Jangan lupa follow, vote and komen sebanyak-banyaknya

Byeeee

4 Santriwati  Al-FattahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang