Bab 14

10K 580 22
                                    

Maaf banget udah ngaret pake banget nge-post nya. Dikarenakan libur lebaran dan mood yang gak bisa ditolelir lagi jadi bab ini stuck banget. Maaf juga kalau gak sesuai dengan ekspetasi kalian.
Tapi tetap Vote dan comment, ya!!!

Salam sayang dari Edgar dan Naila buat para reader, dan viewers!!!

          

         Acara resepsi pernikahan Kak Lukas dan Dara berjalan dengan hangat dan meriah. Walau aku kehadiran seseorang dari masa lalu, yang tidak pernah kuduga jika dirinya adalah salah satu teman Dara. Tapi sepertinya malam itu aku benar-benar sudah terhipnotis dan tersedot dalam magnet milik Edgar. Kurasa tidak akan ada lagi acara nostalgia bersama mantan, yang ada mungkin aku akan sering-sering meminta Edgar untuk jalan-jalan seperti saat ini.

        Setelah tadi malam berpesta ria, pagi ini Edgar mengajakku jalan-jalan ke Ciwidey sekaligus melakukan beberapa foto pra-wedding di sana. Edgar sudah bilang kepadaku ketika kami sedang mencari kado untuk pernikahan Kak Lukas. Dia ingin membuat beberapa foto pra-wedding di Bandung dan kebetulan ada temannya yang sudah biasa mengambil foto pra-wedding. Jadi dengan senang hati aku menerima tawaran Edgar tersebut. Dan bisa saja dia akan memberikan diskon untuk kami atau mungkin malah gratis. Haha!

        "Nai, coba kau buka dashboard-nya!" perintah Edgar tiba-tiba.

        Aku meliriknya dengan kening mengerut dan bibir mengerucut, penasaran. Tapi Edgar tetap fokus menyetir, kami sedang dalam perjalanan ke Ciwidey setelah sarapan tadi. Aku sempat mengajak Ayah untuk ikut, tapi orang tua satu itu tidak mau dan malah menggodaku habis-habisan sebelum kami berangkat tadi. Ayah sungguh bisa membuatku malu setengah mati di depan Edgar.

      "Di dalam ada contoh undangan pernikahan kita yang dibawa Mama kemarin." Jelas Edgar ketika aku membuka dashboard-nya. Memang ada sebuah kartu undangan dan ketika aku mengambilnya, aku tahu jika menyerahkan pernak-pernik pernikahan kepada Mama bukanlah pilihan yang salah.

      "Waw...seharusnya ini langsung disebarkan saja, Gar! Aku sangat menyukainya."

       Aku benar-benar menyukai desain contoh undangan pernikahan kami, warna biru muda sebagai warna dasar dan dipadukan dengan warna silver sebagai warna untuk tulisannya membuat desain undangan pernikahan kami terlihat elegan dan terkesan mewah.

      Suara tawa Edgar terdengar memenuhi seisi mobil dan aku langsung menatapnya. "Memang sudah kulakukan dan aku juga meminta bantuan Nesa dan Lisa untuk daftar tamu undangan dari pihakmu. Mama, Papa dan Ayah bahkan saat pernikahan Lukas sudah membagikan undangan kita ke beberapa kenalan mereka." Tutur Edgar yang membuatku ternganga.

       "Yak!!! Kalau begitu ini namanya bukan contoh, Edgar!" kesalku.

        Mendapatkan complain dariku Edgar malah semakin tertawa. Pagi ini sepertinya Edgar dalam mood yang sangat baik. Aku belum pernah melihatnya tertawa sebanyak dan sesering ini. Memikirkan foto pra-wedding sepertinya membuat Edgar sangat senang dan itu memberikan efek yang sama untukku.

                                                                                                            ***

       Tidak pernah terpikirkan olehku jika akan melakukan foto pra-wedding di Kawah Putih dengan tema musim dingin. Tapi itu malah terpikirkan oleh Edgar, berlokasi di Kawah Putih, Edgar menyulap kami seakan sedang di musim dingin. Walaupun aku tahu jika di Kawah Putih ini dingin tetapi kurasa kami tidak perlu memakai mantel tebal berbulu yang biasa kupakai ketika menghadapi musim dingin di London.

My Destiny is You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang