Bab 19

12.3K 639 20
                                    

Hellowww!!! Maaf lama ngepost, dikarenakan hal ini-itu. Padahal sebenernya udah aku jadiin draf buat part 19 ini tapi cuman belum di post dan di edit. 

Mungkin ini bab terakhir atau bab sebelum terakhir, aku gak tau. Hehe

So support story Naila & Edgarnya. 

Buat para readers, please Vote and Comment nya!!!! makasih. 




        Dia tertidur dalam pelukanku setelah pergulatan kami beberapa menit yang lalu. Deru napasnya dapat kurasakan menyapu leherku membuat bagian tubuhku yang lain merinding. Namun dengan sekuat tenaga aku mencoba mengabaikannya, aku tidak mau membuat Naila semakin kelelahan esok hari. Terlebih besok aku masih harus menyelesaikan beberapa perkerjaanku di rumah sakit sebelum mengambil cuti.

        Kutarik selimut yang sempat kami singkirkan tadi dengan menggunakan kakiku untuk menutupi punggung polos Naila, aku tidak ingin membangunkannya. Ketika kututupi punggungnya, Naila memberikan sedikit reaksi namun dia tidak terbangun. Kuelus-elus punggungnya yang sudah tertutupi selimut untuk membuatnya tenang kembali, seperti layaknya menenangkan bayi yang terkejut saat tidurnya.

       "Jadi, seperti ini rasanya saat kau tertidur memelukku, Nai? Aku tidak menyangka jika malam ini akan terjadi. Beberapa jam yang lalu adalah saat terhebat dalam hidupku, kau benar-benar menjadi milikku. Kau yang kupuja dalam kepengecutanku selama ini akhirnya aku bisa berada di sisimu. Tetapi, aku masih seorang pengecut, aku belum mengatakan rahasia terbesarku kepadamu. Dan tidak akan pernah!" Aku bermonolog seolah-olah Naila sedang mendengarkanku dalam tidurnya. Tetapi aku berharap dia sudah terlelap ke dalam mimpi indahnya sehingga tidak mendengarkan monologku.

Kutatap langit-langit kamar hotel tempat kami menginap, kupeluk Naila hingga aku benar-benar dapat merasakan degup jantungnya. Malam ini, seperti halnya Naila yang telah memberikan hal berharganya dan juga masa depannya kepadaku, akupun akan memberikan seluruh hidupku untuknya. Dia tidak perlu mengkhawatirkan apapun karena aku akan menjaganya dengan raga dan jiwaku.

Itu janjiku untukmu, Naila!

***

Suara langkah kaki yang berjalan ke sana-sini mengusik tidurku. Aku meraba kasur yang kutiduri, berharap menemukan laki-laki yang semalam telah mematenkanku menjadi miliknya. Namun tanganku tidak menemukan apa yang sedang kucari, sontak saja mataku langsung terbuka dan mendapati Edgar sedang memakai kemeja putihnya. Mau kemana dia?

"Edgar..." panggilku, membuatnya langsung menghentikan aktifitasnya.

"Aku membangunkanmu, ya?" tanyanya sembari mendekati ranjang.

"Kamu mau ke mana pagi-pagi udah rapi?" balasku setelah memastikan jika waktu masih pagi, dan benar saja sekarang baru pukul 7 pagi.

"Aku mendapat panggilan darurat dari rumah sakit, ada pasien yang harus segera melakukan operasi pagi ini. Jadi aku harus cepat pergi ke rumah sakit!" Jelas Edgar yang membuatku mengerutkan keningku.

"Kamu enggak ambil cuti, Gar?"

Edgar menggeleng, "Aku belum sempat ambil cuti, sayang. Hari ini aku berniat melakukannya."

Aku terdiam mendengar jawaban Edgar, membiarkannya kembali bersiap-siap pergi ke rumah sakit. Aku sama sekali tidak ada niat untuk membantunya bersiap-siap, selain karena keadaanku di balik selimut yang tidak memakai sehelai benang pun dan rasa sakit dibagian selangkanganku, juga rasa kesal yang lebih mendominasi.

"Aku pergi dulu ya, sayang! Baju gantimu ada di laci rias, lalu nanti pukul 8 sepupuku Karin akan menjemputmu. Tunggu aku di rumah ya!" Tutur Edgar, lalu mengecup keningku dan mencium bibirku dengan lembut.

My Destiny is You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang