Bab 17

9.7K 570 16
                                    

Hai!!! For announcement, ini aku jadiin bab terakhir sebelum pernikahan Edgar-Naila di laksanakan. Jadi, selamat membaca! 

Don't forget for Vote and Comments!!!! ^^



       "Selamat pagi, Dokter Naila!"

       "Pagi, Dok!"

       Sapaan-sapaan silih berganti menghampiri telingaku. Kembali bekerja memberikan semangat tersendiri buatku. Walaupun menghadapi pasien bukanlah hal yang mudah. Tapi aku senang menjalaninya, karena ini adalah mimpiku. Meskipun begitu, aku merasa jika suatu saat nanti aku akan melepaskan mimpiku ini. Jadi, hingga saat itu tiba aku akan berusaha melakukan yang terbaik yang bisa kulakukan.

       Hari ini aku melakukan room visit seperti biasa dan menjenguk Nara yang beberapa hari lalu melakukan operasi dengan tim Edgar. Aku juga ingin memberinya oleh-oleh karena dari laporan yang kudapatkan gadis kecil itu sudah mau berinteraksi dengan anak-anak seusianya.

       Aku mengetuk pintu kamar Nara lebih dulu karena aku mendengar suara orang bercakap-cakap. Dan sebuah suara menyahutiku, mempersilahkanku masuk.

       "Dokter Naila!" pekik Nara girang melihat kehadiranku.

       Aku melambaikan tangan kananku dan tersenyum menanggapi pekikkannya. Aku juga tidak lupa memberikan sikap santunku kepada dua orang yang sepertinya bercakap-cakap dengan Nara tadi. Narapun semakin bertambah girang begitu aku menunjukkan boneka strawberry yang menjadi buah kesukaannya. Segera saja aku memberikan bonekanya kepada Nara yang langsung dipeluknya erat-erat.

       "Terima kasih Dokter sudah merawat Nara dengan baik. Saya adalah tantenya Nara, Iren. Dan suami saya, Hadi!" wanita yang tadi menyahutiku memperkenalkan dirinya sebagai tantenya Nara. Dan juga memperkenalkan pria di sampingnya yang adalah suaminya.

      "Sudah menjadi tugas saya untuk merawat Nara dengan baik." Balasku dengan senyum yang biasa aku berikan kepada orang tua atau wali pasien.

     "Kami akan membawa Nara ke Jerman untuk tinggal bersama kami setelah Nara sembuh nanti!" kali ini pria yang bernama Hadi, Om Nara memberikan penjelasan.

      Aku menganggukkan kepalaku lalu tersenyum kepada Nara, dia membalas senyumku juga. "Saya berharap anda berdua menjaga Nara dengan baik! Jujur saja, Nara sudah saya anggap sebagai anak saya sendiri di sini." Ungkapku kepada Tante dan Om-nya Nara.

      "Dokter tidak usah khawatir, Nara adalah harta terakhir kakak saya, tentu kami akan menjaganya dengan baik."

      Aku tersenyum tidak sampai mata, karena walau bagaimanapun Nara adalah pasien special untukku. Dia sudah seperti anakku sendiri bahkan ketika aku belum menikah. Aku bahkan sempat berpikir untuk mengangkat Nara sebagai anakku jika saja tidak ada keluarganya yang menjadi walinya. Aku benar-benar menyayangi Nara.

***

      Aku keluar dari ruangan Nara dengan berat hati. Rasa-rasanya aku membutuhkan udara segar. Seharusnya sebagai seorang dokter tentu aku harus bersikap professional, tetapi ada saat-saat tertentu di mana aku tidak bisa melakukannya. Terlalu dekat dengan pasien memberikan efek yang sensitive kepadaku. Karenanya aku memutuskan untuk pergi ke taman rumah sakit untuk menetralkan perasaanku dan kembali bersikap professional.

      Baru saja beberapa langkah aku meninggalkan ruangan Nara, Dokter Haris menyapaku dengan wajah terlihat sedikit bingung. Dia mendekatiku sembari melihat ke belakangnya.

      "Anda kenapa Dokter?"

      Dokter Haris terus saja beberapa kali melihat ke belakangnya. "Aku kira yang bersama Dokter Edgar tadi itu kau, tapi kau ada di sini. Jadi, tadi itu siapa?" tanya Dokter Haris yang terkesan lebih kepada dirinya sendiri.

My Destiny is You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang