Bab 15

9.4K 529 6
                                    

Sorry update-nya lama dan kayaknya aku bakalan ganti jadwal buat update deh. Jadi awal minggu, senin/selasa. Terus cerita ini juga beberapa bab lagi bakalan end dan aku udah nyiapin cerita penggantinya. Tapi nanti, sekarang nikmati Edgar-Naila couple dulu aja ya!

Oh iya, ada bagian Edgar yang aku gak Italic-in, harap maklum kalau nanti berubah POV-nya.

Please VOTE and Comment!!!





       "Ini baru benar!"

        Aku terkekeh mendengar ucapan Edgar. Dia mendapatkan kembali kedudukannya di dalam mobil sebagai pemegang kendali. Kami dalam perjalanan pulang setelah menghabiskan waktu berdua tadi. Aku benar-benar bersyukur karena Edgar menyukai kejutanku dan aku merasa seperti pasangan sesungguhnya sekarang. Walaupun lusa kami akan kembali dengan aktivitas kami dan persiapan pernikahan yang semakin di depan mata.

      "Aku harus diet!" tekadku yang mulai merasakan efek dari kue tart yang tadi kami berdua habiskan. Walaupun sebenarnya aku hanya menghabiskan seperempatnya saja dan Edgar yang menghabiskan sisanya.

      Edgar mengeleng-geleng tidak setuju. "Apa lagi yang perlu kau dietkan, sayang? Semuanya masih sama di mataku."

      "Aku takut besok saat fitting baju pengantin, bajunya kekecilan, Gar!"

     "Tidak akan! Percaya padaku."

      Aku hanya mengangguk-angguk menanggapinya, setengah setuju, setengah tidak.

     "Besok, mungkin aku akan ke butik agak sore. Maaf tidak bisa melakukannya bersama, aku sudah janji untuk memberikan seminar paginya." Tutur Edgar.

      Aku mengerti kesibukannya, meskipun rasa sedih sedikit melingkupiku. Walau bagaimanapun aku sama halnya dengan wanita lain yang ingin bersama-sama calon suaminya saat fitting baju. Tetapi aku tahu porsiku di mana dan aku harus menerimanya.

     "Jadi, kau tidak akan pulang bersamaku besok pagi ke Jakarta?" Edgar mengangguk dengan pasti.

     "Maaf, sayang!" ucap Edgar sembari sebelah tangan kirinya mengusap-usap kepalaku.

     Dan karena sentuhan tangannya itu membuatku tertidur dalam mimpi yang tak berujung. Aku hanya ingat jika Edgar mengecup pipiku ketika mobil berhenti dan setelah itu aku tidak mengingat apapun lagi.

***

      Dia tertidur begitu manis membuatku mencuri sebuah ciuman darinya. Aku tidak tahu apa dia merasakannya atau tidak, aku tidak peduli. Yang jelas malam ini adalah malam di mana aku sangat bersyukur karena telah dilahirkan ke dunia ini. Dan ini adalah malam terbaik sepanjang sejarah ulang tahunku. Merayakannya bersama orang yang kucintai dan kupuja begitu lama, itu adalah hadiah terindah yang diberikan Tuhan di hari aku bertambah tua. Di mataku tidak ada yang lebih indah selain kehadiran Naila di sampingku saat ini. Tertidur dalam mimpi yang kuharapkan ada aku di dalamnya.

      "Aku mencintaimu, Naila!" batinku.

      Saat itulah mataku menangkap sebuah flower shop yang masih buka. Akupun menepikan mobilku tepat di depan flower shop itu dan tanpa suara aku keluar dari mobil. Aku berharap toko itu mempunyai bunga kesukaan Naila atau setidaknya bunga yang mungkin disukainya. Aku juga ingin memberinya kejutan karena telah membuat hatiku senang. Untunglah flower shop itu mempunyai bunga kesukaan Naila dan aku juga membeli beberapa bunga mawar. Setidaknya walaupun bukan favoritenya, Naila juga pasti menyukai sesuatu yang disukai kaumnya.

      Kutaruh buket bunga itu di pangkuan Naila, jadi saat dia bangun nanti dia akan langsung melihatnya. Kurapihkan anak rambut yang menutupi dahinya dengan hati-hati. Aku tidak ingin membangunkannya, dia sudah berusaha menyetir sendiri dan mempersiapkan kejutan untukku. Walau aku tahu dia sudah sangat lelah menyelesaikan foto pra-wedding kami, tapi dia tetap saja melakukannya.

My Destiny is You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang