"Bapak Tirek!" seru Awan tertahan menatap Jura yang baru selesai berlatih futsal.
Menoleh mengikuti arah pandang Awan, Riksha tersenyum tipis, menatap Jura yang masih mengibas jerseynya demi menghilangkan hawa panas juga keringat. Tak lupa rambut yang cukup basah seperti baru selesai mandi.
Riksha melambaikan tangan pada Jura untuk ikut duduk di tangga taman sekolah. "Udah siap tanding besok?"
Jura mengembus napas lelah, lantas mengangguk dan turut duduk di sebelah Riksha. "Lumayan."
"Kok cuma lumayan?"
Melirik singkat, Jura menunduk. "Permainan gue lagi kurang bagus, gak paham kenapa. Gue rasa gara-gara mood gue yang kurang bagus."
Riksha mengangguk. "Biasanya Awan beliin aku es krim supaya perasaan aku membaik. Kamu boleh coba nanti."
Jura hanya mampu berdeham sebagai jawaban, tak ayal pikirannya semakin terusik begitu tahu kalau selama ini hanya Awan yang ada untuk Riksha, dan bukan dia.
Beberapa waktu mereka hanya diam menikmati angin yang menyentuh halus kulit juga rambut mereka di siang hari berawan ini. Lagi-lagi Jura menghela napas begitu melihat Awan yang tengah memainkan jemari Riksha di atas lututnya, sedangkan si empunya jari hanya terdiam menatap taman sekolah.
"Sha."
Mendengar panggilan dari Jura, Riksha mengalihkan pandangannya. "Iya, kenapa?"
Seakan tersihir, Jura kembali terdiam. Terpaku pada senyum manis yang luar biasa jarang Riksha tunjukkan selama ini. Jantung Jura kembali berdetak lebih cepat sama seperti saat ia menggiring bola menuju gawang lawan, hanya saja kali ini ia hanya diam menatap persona yang mampu memporak-porandakan isi hatinya.
"Jura?"
Perlahan tangan Jura menyentuh sebelah kiri dadanya.
"Kamu kenapa?" tanya Riksha mulai khawatir karena Jura sama sekali tak merespon panggilannya.
"Jantung gue sakit, Sha," jawabnya kemudian.
"Kamu sakit jantung?! Aku harus gimana?? Awan, panggil guru, Jura kena serangan jantung!" seru Riksha panik, menepuk pundak Awan yang turut panik berdiri dan bersiap untuk lari.
Jura melebarkan mata. "Gak, woi! Awan, gue gakpapa!" panggilnya pada Awan.
"Lah, kenapa kamu bilang sakit jantung?" Riksha semakin menekuk kedua alisnya.
Menepuk jidat lelah, Jura memilih untuk berdiri dan meninggalkan kedua saudara tak sedarah itu dalam kebingungan mereka.
"Kenapa dia?" bisik Riksha menatap kepergian Jura yang sedari tadi geleng-geleng dan mengusak rambutnya kasar.
Mengangkat kedua bahu, Awan kembali menatap taman di depannya. "Ih, mawar yang bulan kemarin masih kuncup, udah mulai mekar!"
Memilih mengikuti arah tunjuk Awan, Riksha hanya mengangguk, tanpa tahu mawar mana yang Awan maksud. Ia tak menyadari bahwa semburat merah perlahan muncul di kedua pipi Riksha.
Sedangkan di sisi lain, nampak Dean dan Harsa yang memerhatikan mereka dari jauh. Menatap satu sama lain, mereka mendengkus geli, menertawakan kisah kasih tragis sahabatnya yang kini masih menggerutu di sepanjang jalan menuju kelas.
"Kisah cinta adeknya sama berantakannya kaya kakaknya." Harsa menggeleng, menyisir rambutnya yang mulai gondrong dengan jemari.
"Hah?" beo Dean menatap Harsa yang lebih dulu jalan.
Mengabaikan pertanyaan temannya, Harsa hanya berjalan santai menuju Riksha dan Awan. Tanpa permisi, ia duduk di sebelah Riksha--tempat Jura duduk sebelumnya. Dean hanya mengembus napas, turut duduk di sebelah Harsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ꮒꫀᥲɾ ℳᥡ Ꮒꫀᥲɾtᖯꫀᥲt || Ꮖk᥉ᥲᥒ Ᏼꪮᥡ᥉
Teen Fictionft. Kim Minji and Jo Zoa ⚠️ JANGAN COPAS! R16+ --> update every Sunday Tentang Azzura yang menemukan semestanya, juga Antariksha yang menemukan warna baru dalam hidupnya. . . . . "Ganggu banget." "Dibanding mengganggu, gue lebih suka nyebutnya menja...
