"Selamat bertambah usia, Awan!"
Senyum Awan merekah, tangannya ikut bertepuk ceria di hadapan kue dengan topping buah-buahan dan dua lilin berangka 1 dan 8 yang menyala. Kue sederhana yang merupakan hasil tangan Jura dan Riksha, serta sedikit bantuan Aru yang tak ingin ketinggalan.
"Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga, sekarang jug--" Nyanyian mereka terputus begitu Awan segera meniup api kecil dari lilin tersebut hingga mati.
Jura berdecak, "Belum juga selesai nyanyinya."
Awan hanya tertawa, lanjut bertepuk tangan sembari menerima pisau kue dari Aru. "Kalau mau memotong kue, harus bernyanyi lagi, tidak?"
Riksha mengangguk. "Kali ini, tunggu kita selesai nyanyi, ya?"
"Oke!"
Nyanyian kembali bergaung dalam ruang tamu rumah Riksha, menanti Awan bersiap memotong kuenya. Tubuhnya ikut berayun ke kiri dan kanan sesuai irama nyanyian mereka.
"Yey, kita potong kuenya!" Awan mulai memotong kue menjadi bentuk segitiga, lalu mengambilnya ke atas piring.
"Mau kasih suapan pertama ke siapa, Awan?" tanya Aru membantu Awan meletakkan kuenya.
Awan sempat terdiam. "Memangnya harus kasih siapa?"
Riksha dan yang lain menarik napas, hampir melupakan jika ini pertama kalinya hari lahir Awan dirayakan setelah belasan tahun ia besar di panti asuhan.
"Untuk seseorang yang paling lu sayang aja," jawab Aru mencoba mencairkan suasana.
"Sayang itu perasaan seperti apa? Berbeda dengan suka?" tanya Awan sudah menatap kue dengan mata yang berbinar, tak sabar untuk merasakannya.
Riksha tertawa kecil, "Udah, sini aku suapin aja, ya?"
Awan mengangguk semangat, memberikan piring saji pada Riksha, lantas membuka mulutnya lebar-lebar. Hal itu mengundang tatapan datar dari dua persona di sebelah mereka.
Terus aja terus. Jura diam-diam mendecak.
"Gemas banget!" seru Riksha sembari mengusak rambut Awan.
"Terima kasih, ya! Awan senang sekali bisa merayakan ulang tahun. Terima kasih kuenya, Bapak Tirek!" ucap Awan dengan mata yang menyipit dan senyum lebar.
Kedua kakak-adik kandung itu akhirnya menghela napas, lalu tersenyum menanggapi. Hati mereka menghangat perlahan, membahagiakan persona yang sebelumnya tak tahu harus bagaimana saat perayaan ulang tahun ternyata membuat beban mereka seakan sedikit berkurang.
"Sudah makan kuenya?" Mendapat anggukan Awan, Riksha kemudian berdiri. "Kalau begitu, kita beresin kuenya, lalu kita pergi ke amusement park! Siapa yang udah gak sabar?"
"Awan!" balas Awan mengangkat satu tangannya.
"Oke! Ayok, Jura, Kak Aru kita beresin dulu kuenya Awan, terus kita berangkat!" Riksha menarik pelan tangan Awan untuk membantunya berdiri, sedangkan dua kakak-beradik itu merapikan meja lebih dulu.
"Jangan dicolek, Ra!" Aru berdecak dalam perjalanan menuju lemari pendingin. Pasalnya, telunjuk Jura baru saja mencolek krim kue.
Jura mengemut jarinya sebentar sebelum menjulurkan lidahnya. "Ngatur."
"Anak bagong."
"Bagong itu apa?" Awan menoleh pada Riksha yang duduk di sebelahnya dalam perjalanan ke amusement park.
Haish. Aru memejamkan matanya erat saat berhenti di lampu merah. Pasti dia dengar yang gue bilang ke Jura di dapur.
Riksha mengerjap. "Bagong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ꮒꫀᥲɾ ℳᥡ Ꮒꫀᥲɾtᖯꫀᥲt || Ꮖk᥉ᥲᥒ Ᏼꪮᥡ᥉
Teen Fictionft. Kim Minji and Jo Zoa ⚠️ JANGAN COPAS! R16+ --> update every Sunday Tentang Azzura yang menemukan semestanya, juga Antariksha yang menemukan warna baru dalam hidupnya. . . . . "Ganggu banget." "Dibanding mengganggu, gue lebih suka nyebutnya menja...
