ft. Kim Minji and Jo Zoa
⚠️ JANGAN COPAS!
R16+
--> update every Sunday
Tentang Azzura yang menemukan semestanya, juga Antariksha yang menemukan warna baru dalam hidupnya.
.
.
.
.
"Ganggu banget."
"Dibanding mengganggu, gue lebih suka nyebutnya menja...
Riksha lagi-lagi termenung. Entah sudah hari keberapa ia merasa sepi. Tak ada lagi yang menjahilinya seperti sebelumnya. Memang benar, rasanya tak nyaman kala seseorang yang selalu berada di dekat kita tanpa dipedulikan, tiba-tiba menghilang.
Celotehan Awan sampai tak Riksha dengarkan karena dirinya fokus pada persona yang berlarian di tengah lapangan menggiring bola ke gawang lawan. Satu gol ia cetak, membawa sorakan dari orang-orang yang menonton pertandingan itu.
"Wah, Bapaknya Awan hebat banget main bolanya!" sorak Awan bertepuk tangan dari balkon lantai dua sekolah.
Riksha di sebelahnya justru tak berekspresi, ia terlalu dalam menyelami pikirannya yang kini penuh senyuman cerah persona penyandang status kapten futsal itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bunda?" Awan melambaikan tangan tepat di depan wajah Riksha, membuat Riksha kembali ke dunia nyata.
"Kenapa, Awan?"
Awan memberengut. "Bunda bengong terus."
Riksha tersenyum kecil. "Maaf, ya."
"Maaf kenapa?"
"Karena tadi bengong terus," jawab Riksha.
Awan menggeleng. "Gak perlu minta maaf, Bunda gak salah. Bunda pasti masih lapar, ya? Harusnya Awan ajak makan soto ayam aja tadi, jangan mie goreng."
"Mie goreng udah ngenyangin banget, Awan."
Bibir bawah Awan kembali maju. Mengetahui maksud tersembunyi lelaki yang menunduk sebelahnya, Riksha mengulum senyumnya.
"Mau ke kantin lagi? Aku beliin camilan."
Awan lantas menatap Riksha penuh binar. "Ayok!"
Terkekeh melihat bagaimana Awan dengan riang berlari kecil ke arah tangga, Riksha menyempatkan diri melirik ke tengah lapangan.
Jantung Riksha seakan berhenti kala seseorang di bawah sana kini membalas tatapannya dengan tajam beberapa saat, lalu membuang muka setelah meliriknya sinis.
"Jura ... kenapa?"
"Bunda!"
Segera Riksha mengalihkan pandang begitu panggilan Awan menarik perhatiannya. "Iya, Awan."
Menyusul Awan yang kembali berlari kecil menuruni tangga, Riksha berusaha mempertahankan fokusnya pada anak tangga dan melupakan kejadian adu tatap tadi dengan Jura.
Hampir sampai di pintu kantin, bahunya tanpa sengaja bertubrukkan dengan seseorang yang baru saja keluar dari kantin.
Tubuhnya oleng dan hampir terjatuh kalau Harsa tidak menahan lengannya. "Hati-hati, Jura."
Riksha menatap Jura yang tadi menubruk dirinya. Kedua alisnya menekuk samar begitu Jura memilih mengiraukan dirinya, dan berlalu bersama teman futsalnya yang lain.