O.1

128 13 2
                                    

Suara bising di meja depannya sama sekali tidak mampu membawanya kembali dari alam bawah sadar. Gebrakan meja, pesawat kertas yang melintas di atas kepalanya hingga ke luar jendela tidak mengganggunya. Bahkan konser dengan suara nyaring pun tak membuatnya bergerak.

Antariksha; biasa kawan-kawan juga guru memanggilnya. Perempuan yang gemar tertidur setiap ada kesempatan.

Orang-orang di sekitarnya sudah terbiasa akan kebiasaannya itu, hingga merasa tak aneh lagi kalau ia bisa saja lupa untuk makan siang kala istirahat seperti saat ini.

"Riksha, Ibu Ria udah datang," panggil persona di sebelahnya.

Maka dengan satu kalimat yang mengandung namanya, berhasil menarik Riksha kembali ke alam nyata.

Mengusap wajahnya pelan, ia terduduk tegap dengan mata setengah terbuka tengah mengumpulkan sisa kesadarannya.

Begitu matanya terbuka sempurna, hal pertama yang ia lihat adalah surai selembut kapas, netra tajam yang menyipit, disertai senyum paling menawan secerah langit biru menatap nabastala lewat jendela yang terbuka.

Begitu matanya terbuka sempurna, hal pertama yang ia lihat adalah surai selembut kapas, netra tajam yang menyipit, disertai senyum paling menawan secerah langit biru menatap nabastala lewat jendela yang terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Azzura, kembali ke tempatmu."

Seruan dari persona di depan kelas membuat yang ditegur mengalihkan pandangan, dan segera berjalan santai ke tempat duduknya bersama teman-temannya yang lain.

Semua itu tidak terlepas dari pandangan Riksha yang membuntutinya hingga atensinya kembali pada sosok guru yang mulai meminta mereka membuka buku fisika.

Apakah itu berarti Antariksha menyukainya?

Tidak.

Ia hanya mengagumi senyumnya yang menurut Riksha membawa warna baru dalam hidupnya.

Karena sifat Azzura tidak seindah senyumannya.

"Permisi," ujar seseorang di ambang pintu kelas, "maaf, Bu. Saya diminta memanggil Jura ke ruang BK."

Begitulah. Langganan guru BK.

Azzura hanya menampakkan wajah tidak peduli dan berjalan keluar mengikuti anak yang tadi memanggilnya tanpa berucap apapun pada guru yang tengah mengajar, melirik pun tidak.

Tak punya sopan santun.

"Pasti karena masalah berantem minggu lalu gara-gara dia bully salah satu murid sekolah sebelah." Perempuan di belakang Riksha berbisik dengan kawan di sebelahnya.

Tukang buat onar.

Riksha menghela napas dan memfokuskan diri pada papan tulis yang mulai penuh di depan.























Langkah lunglai membawa Riksha ke tempatnya bekerja sambilan selama beberapa bulan kemarin. Melewati gang sempit yang merupakan jalan tikus ke kafe yang ia tuju, netranya menangkap seseorang yang berjongkok dengan tiga persona mengelilinginya. Mereka memakai seragam yang sama dengannya.

Ꮒꫀᥲɾ ℳᥡ Ꮒꫀᥲɾtᖯꫀᥲt || Ꮖk᥉ᥲᥒ Ᏼꪮᥡ᥉ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang