O.7

66 11 3
                                    

"Zuzu gimana ke lu?"

Riksha mengernyit. "Zuzu?"

"Jura."

"Oh. Gak gimana-gimana, Kak," jawab Riksha membuat Aru yang tengah menyetir memasang ekspresi kesal.

Jalanan yang mengarah ke kosan Riksha mulai Aru tak perhatikan karena sibuk mengamati Riksha dari sisi kemudi.

Benar gak peka?

"Lu punya pacar?" tanya Aru lagi.

Riksha menggeleng. "Punya Awan juga udah cukup."

"Lu suka sama Awan?"

"Tentunya."

Cengkraman Aru di kemudinya mengerat.

"Aku bundanya. Gimana aku bisa jadi bundanya kalau aku gak suka dia?" tambah Riksha tersenyum tipis pada Aru di sebelahnya.

Oh, sebagai bunda-anak.

"Awan itu salah satu alasan aku bertahan sampai sekarang. Adanya dia buat aku merasa punya tanggung jawab yang gak bisa ditinggal," jelas Riksha.

Aru memandangnya dengan kerutan samar di dahi. "Lu ada masalah?"

Menoleh dengan senyuman yang bertahan, Riksha membalas, "Setiap manusia punya masalah, 'kan?"

Aru berdeham, "Gak ... gak minat bercerita?"

"Makasih tawarannya, tapi untuk sekarang mungkin enggak. Kita baru ketemu dua kali, Kak. Aku rasa kita belum sedekat itu buat aku cerita tentang masalah yang aku alami," jawab Riksha kembali menatap jalanan di depannya.

"Lu cerita ke Awan?"

Riksha menggeleng. "Lihat Awan senyum aja udah buat aku lupain semua masalah."

Aru bergeming. Tak mampu membalas perkataan Riksha. Mereka saling diam sampai mobil Aru berhenti di kediaman Riksha saat ini.

"Makasih, ya, Kak. Sering-sering ke toko kue. Awan suka kalau Kakak datang," ucap Riksha lalu berjalan cepat memasuki kosannya karena gerimis mulai turun, meninggalkan Aru yang baru akan bertanya.

"A-awan suka kalau gue datang?" Ia menutup mulutnya dengan satu tangan, lalu terkekeh, "begitu kah?"

Aru bersenandung di sepanjang jalan pulang ke rumahnya, mengikuti alunan musik yang sengaja diputar. Suasana hatinya sedang bagus setelah mendengar penuturan Riksha tadi.

"Ah, lucu banget," kekehnya geli.

Sesampainya di rumah, ia langsung melenggang ke kamar setelah menyapa asisten rumah tangga. Membersihkan dirinya sebentar, Aru lantas merebahkan tubuh di kasur.

Mengotak-atik HP, senyum Aru mengembang. Foto yang terpajang di sana membuat semburat di kedua pipinya.

Foto yang tadi Aru ambil diam-diam saat mereka tengah termenung sambil menunggu Riksha datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Foto yang tadi Aru ambil diam-diam saat mereka tengah termenung sambil menunggu Riksha datang.

"Kalau gue ke toko kue lagi besok, kira-kira Awan bakal sesenang yang Riksha bilang atau gak, ya?" tanyanya pada diri sendiri.

Ꮒꫀᥲɾ ℳᥡ Ꮒꫀᥲɾtᖯꫀᥲt || Ꮖk᥉ᥲᥒ Ᏼꪮᥡ᥉ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang