"Lu kenapa, Riksha?" tanya Jaenal. Ia tengah menyapu pecahan gelas yang Riksha jatuhkan tadi.
Beruntung kafe sudah tutup, jadi tak ada keributan kecil yang berasal dari pelanggan yang terkejut.
Riksha menghela napas. "Aku gak tahu, Kak." Peluh yang mengaliri dahinya seakan menjadi bukti kalau ia tengah kelelahan. Bibir yang biasanya merona berubah pucat.
"Gue antar pulang, ya? Pasti lu sakit," terka Jaenal yang Riksha tolak sopan. "Yakin?"
"Yakin, Kak," tegasnya.
Suara pintu kafe yang terbuka membawa atensi mereka. "Bunda?"
"Di sini, Awan."
"Habis ada yang pecah, ya?" tanya Awan memerhatikan sisa pecahan yang masih disapu Jaenal.
Jaenal mengangguk. "Iya. Bunda kamu bawa gelas kotornya gak fokus. Sakit kayanya, Wan."
"Bunda sakit apa?! Bunda pusing? Mual? Apa demam?" tuntut Awan menyentuh kening Riksha dengan punggung tangan.
"Aku gak sakit. Kamu kenapa ke sini?" ucap Riksha mengalihkan pembicaraan.
Awan terdiam sejenak. "Ah, itu ... besok libur sekolah, jadi Awan mau ajak Bunda ke pasar malam dekat sini. Tapi, kalau Bunda sakit kita gak perlu pergi. Awan temenin Bunda di kosan aja."
"Oh ... besok juga aku ambil libur, sih. Ya udah, besok malam aku ke toko kue," balas Riksha dengan senyum yang terlihat dipaksakan.
"Oke!" seru Awan memeluk Riksha dari samping. Menduselkan wajah pada ceruk si perempuan, Awan merasa kalau kulit Riksha lebih hangat dari biasanya. "Bunda sakit. Awan antar pulang, ya?"
"Gak usah. Nanti pulangnya kamu sendirian, memangnya gak takut?"
Awan tergugu, "T-takut, sih. Tapi--"
"Gak usah, Awan."
Awan mau tak mau mengangguk begitu Riksha memberi larangan mutlak. Saat itu, pernah sekali ia pergi mengantar Riksha pulang, tapi berakhir ia tersesat saat kembali. Jadi, Riksha yang harus menjemput dan mengantarnya pulang.
"Ya udah, Bunda hati-hati. Kabari kalau udah sampai, ya!"
Riksha mengangguk. Ia merapihkan barang-barangnya dan bergegas pulang. "Besok aku kabari lagi, Awan. Dah!"
"Dah, Bunda!"
⚠️⚠️⚠️
(TRIGGER WARNING)
Derap langkah Riksha hanya ditemani keheningan malam. Pikirannya berkelana dengan raga yang bergerak sendiri menuntunnya pulang lewat gang yang jadi jalan pintas menuju kosnya. Matanya terlihat lebih kelam dari biasanya. Sendu dan kosong.
"Harusnya aku gak terbawa emosi tadi sore," gumamnya kembali menghela napas entah yang keberapa kali.
Sesak.
Itu yang Riksha rasakan sampai kehilangan fokus saat bekerja tadi.
Pertengkaran yang terjadi sebelumnya dengan persona pemilik senyuman tercerah yang ia kagumi dalam diam telah meluluh-lantakkan hatinya.
Jura.
Persona yang selama ini menganggu kegiatannya dengan tingkah jahil menyebalkan, persona yang ia ketahui sering menatapnya diam-diam, persona yang akan tertawa kala berhasil mencetak angka di lapangan.
"Aku ... kenapa?"
Kala asik dengan pikirannya sendiri, sepasang sepatu berdiri tepat di depannya tanpa disadari. Alhasil wajah Riksha bertubrukkan dengan tubuh persona di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ꮒꫀᥲɾ ℳᥡ Ꮒꫀᥲɾtᖯꫀᥲt || Ꮖk᥉ᥲᥒ Ᏼꪮᥡ᥉
Roman pour Adolescentsft. Kim Minji and Jo Zoa ⚠️ JANGAN COPAS! R16+ --> update every Sunday Tentang Azzura yang menemukan semestanya, juga Antariksha yang menemukan warna baru dalam hidupnya. . . . . "Ganggu banget." "Dibanding mengganggu, gue lebih suka nyebutnya menja...