Part 20 - Merengkuh Angin

9.6K 546 9
                                    

Hampir sebulan sejak pertemuan terakhir kami, aku dan Vanno tak pernah bertemu lagi. Dia seperti menghindariku atau benar-benar melaksanakan ucapannya tempo hari, entahlah.

Setelah berusaha menenangkan emosiku pada waktu itu dan setelah menelaah kembali apa yang terjadi pada diriku belakangan ini, aku mencoba untuk menghubungi dia. Berkali-kali aku mencoba menghubunginya tetapi tidak satupun panggilanku yang dijawabnya, bahkan pesan-pesan yang ku kirimkan padanya juga tak kunjung mendapatkan balasan. Sebegitu mengerikankah diriku sampai dia harus menghindariku? Berkali-kali pertanyaan itu mampir di otak ku.

Tak putus asa dengan usahaku, maka kucoba untuk menelepon Vanno di kantornya sebagai usaha terakhirku lusa kemarin yang justru berakhir dengan kekecewaan. Vanno pergi bertugas ke luar kota sudah dua minggu lamanya tanpa memberi tahu diriku sama sekali. Tanganku sudah gatal ingin menghubungi Tania ataupun ibu Mathilda untuk menanyakan keberadaan Vanno tetapi pada akhirnya selalu ku urungkan niatku. Tak bijak rasanya jika menambah beban pikiran mereka lagi atas apa yang terjadi antara aku dan Vanno.

Aku hanya bisa terdiam, memandang langit seraya memeluk tanganku di sudut balkon apartemen. Menggigit bibir sebagai usaha menahan perih di dada, menahan gelombang air mata yang terasa mendesak untuk banjir. Aku tak pernah ingin menangis lagi, rasanya air mataku sudah mampu membentuk anak sungai untuk setiap bulir yang telah mengalir jatuh. Tetapi sepertinya bendungan ini tak mampu bertahan lagi, dia menjebol dindingnya dan mengalir dengan sendirinya tanpa bisa ku cegah, menangis lagi dan lagi.

Memandang dari sudut ini membuatku memutar kembali peristiwa-peristiwa dalam hidupku. Inilah rasa yang kutakutkan, resiko atas segala rasa yang ditimbulkan. Ah laki-laki, selalu saja menorehkan luka dalam hatiku, menancapkan sembilu berkali-kali. Status janda yang melekat pada diriku membuat aku seperti wanita yang tak punya pilihan. Berkali-kali didekati laki-laki yang begitu tau statusku langsung mundur teratur memandang sebelah mata, bahkan tak jarang ada yang terang-terangan mengajak ku hanya menjadi partner pemuas libido. Walaupun aku tak pernah menanggapi mereka-mereka itu, tetap saja perlakuan mereka membuatku terluka. Terlalu rendahkah harga seorang janda di mata masyarakat? Kalau mau ditanya ke kedalaman hatiku, sungguh aku tak pernah menginginkan hal ini. Semua luka yang sudah campur aduk menjadi satu itu membuatku menutup pintu hati untuk bisa mempercayakan lagi satu kisah untuk hidupku. Aku tak pernah siap untuk menghadapi risiko atas semua rasa yang ditimbulkan dari kisah itu, dan disinilah aku pada akhirnya, hanya merengkuh angin. Senyum miris tercetak di sudut bibirku. Mungkin yang namanya kebahagiaan memang masih jauh untuk ku atau aku memang tidak ditakdirkan dengan kisah yang lain.

Ku ambil handphone ku di atas meja dan untuk yang terakhir kalinya mencoba peruntunganku tetapi lagi - lagi hanya terdengar kotak suara di seberang. Ku hela nafas panjang dan pada akhirnya kuputuskan untuk mengetikkan pesan padanya.

To : jovianno_azaryanatad@***mail.co.id

Hai mas Vanno, apa kabarnya? Aku harap baik-baik saja ya mas. Semoga kesibukanmu akhir-akhir ini tidak membuatmu lalai menjaga kesehatan ya mas :)

Mas...kenapa kamu menghindariku? Sebegitu marahkah dirimu padaku? Hmmm padahal aku hanya ingin minta maaf padamu.

Maafkan aku mas...maafkan aku yang sudah membuatmu kecewa. Maaf, maaf dan maaf kalau pada akhirnya aku menjadi salah satu dari sederetan wanita yang membuatmu terluka dan kecewa. Sungguh aku tak pernah dengan sengaja ingin membuat seperti itu.

Terima kasih ya mas karena sudah mendampingi hari-hariku belakangan ini, menjadi tempat berbagi dan membuat aku dapat tersenyum. Terima kasih sekali lagi karena sudah pernah mengijinkan aku masuk dalam hatimu. Semoga semua yang pernah terjadi bisa menjadi kenangan indah buat kita. Mungkin yang namanya pelangi masih jauh dari jangkauan mataku dan belum bisa ku lihat sekarang.

Take care ya mas...jaga kesehatan selalu dan jangan sampai sakit lagi ya :)

Thanks for everything...

Cheers,

Rivanka


Nyeri kembali hadir, hatiku seperti tercabik-cabik rasanya, tetapi aku harus kuat. Sekali lagi harus mengalami kepedihan rasanya tak mengapa karena aku sudah hafal dengan rasa ini, berkali-kali merasakan pedih dan pahit. Ku hirup udara sebanyak mungkin dan mengisi rongga dadaku dengan banyak udara untuk menghempaskannya dengan penuh kekuatan. Masih ada satu masalah lagi yang harus ku bereskan.

To : 08119333xxx

Aku akan menemuimu seperti permintaanmu. Satu jam dari sekarang aku akan tiba disana.

Setelah pesan itu ku kirimkan, ku sambar tas dari dalam kamar dan bergegas keluar apartemen.


Holaaa...slow update yah, kerjaan lagi padat merayap plus modem sempet kenceng kendor wkwkwk... apa sih, sok kece, berasa ada yang nungguin update an dari sayah hahaha.

Semoga berkenan yah, ditunggu komen dan sarannya. Mamacih :)

Cheers,

DD

Tentang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang