Menjemput Bahagia (End)

17.4K 612 31
                                    


Sesakit inikah hatimu dulu sayang?
seperih inikah akibat sembilu yang kutancapkan?
inikah hasil tuaian dari apa yang kutabur?

sayangku, jika saja air mataku mampu menghapus semua rasa itu
aku rela menumpahkan semua air mataku

"Mas Ren...Mas Ren, ini kami datang"
Panggilku setelah kupencet bel berkali-kali tanpa ada sahutan dari dalam apartemennya. Agak heran karena tetap tidak ada tanda-tanda pintu akan terbuka walau aku sudah memanggil-manggil namanya. Padahal malam sebelumnya kami berkomunikasi lewat hand phone, sekaligus memberitahukan rencanaku mengantar Vandra ke tempatnya dan Mas Rendra kedengaran baik-baik saja.

Setelah perpisahan kami, memang kami telah bersepakat untuk memperbaiki hubungan kami sebagai orang tua dari Vandra secara baik-baik tanpa ada lagi rasa paling benar satu sama lain. Vannolah yang mendorongku untuk melakukan itu, dia mengatakan bahwa aku harus bisa memaafkan masa laluku.

Mengantarkan Vandra ke tempatnya juga merupakan usaha kami untuk mendekatkan Vandra dengan ayahnya. Tetapi situasi yang kami hadapi pagi ini membuat kami heran, handphonenya ketika kuhubungi pun tak memberikan jawaban sama sekali.

Mas Vanno menepuk pundakku dan menempelkan telinganya ke daun pintu memberi isyarat padaku untuk ikut mendengarkan. Samar-samar terdengar suara dari dalam dan ku ulangi sekali lagi panggilan ke nomor mas Ren untuk memastikan.Positif, terdengar suara dering handphone berdering dari dalam dan asumsi ku pasti mas Rendra ada di dalam apartemennya disertai rasa cemas dan heran dari kami berdua karena taka da tanda-tanda panggilanku dijawabnya.

Tanpa berpikir panjang lagi Mas Vanno bergegas menuju pihak keamanan apartemen untuk meminta buka paksa ruangan mas Ren untuk mengetahui kondisi di dalam sana. Semoga saja kecurigaan kami tak menjadi kenyataan.Vandra yang melihat kejadian itu segera memeluk erat kaki ku yang membuatku tersadar untuk memeluk dirinya yang sempat kami lupakan karena sibuk mengetahui keadaan mas Ren.

Segera setelah pintu apartemen terbuka kami berlari masuk. Refleks aku berteriak kaget melihat keadaan ruangan dan mas Ren sendiri. Mas Vanno segera menyuruhku untuk membawa Vandra menjauh dari situ karena Vandra tiba-tiba menangis histeris melihat kepanikan orang-orang disekitarnya.

*******************************************************************************

Sebuket mawar putih segar kugenggam dengan erat, sebuah senyuman kupasang di wajahku sambil menguatkan hati menuju ruangan itu. Dorongan perlahan dari tanganku membuka pintu yang membawaku menuju dirinya di dalam sana.

Wajah pucat terbaring lemah disana dengan mata terpejam. Ku cari saklar di dinding berusaha menyalakan lampu untuk membantu peneranganku. Sebuah gerakan lemah terlihat mencari-cari siapa orang yang berani menyalakan lampu di ruangan ini.

Di atas ranjang pasien terbaring mas Ren, pria yang dulu pernah mengisi hari-hariku. Kini dia terbaring lemah tanpa semangat yang dulu sering meletup-letup ketika memimpin anak buahnya bekerja.

Ku sentuh tangannya dan ku letakkan sebuket mawar putih yang tadi kubawa ke dalam genggamannya sambil mengelus-ngelus lengan tangannya. Bulir buning jatuh meluruh di kedua matanya, bahunya terguncang dan isakan lemah terdengar. Ku usap lembut sekali lagi lengannya dan dia segera bangun dari tidurnya, menuruni ranjangnya dan melakukan hal yang membuatku kaget setengah mati. Mas Ren menunduk mencium ujung kaki ku sambil mengucapkan kata maaf diiringi tangisan.

Sesaat aku terdiam karena terkejut tak menyangka akan mendapati mas Ren seperti itu. Ku bawa diriku ke bawah, duduk berlutut menghadap mas Ren dan memeluk dia sambil berusaha mengalirkan kehangatan kepadanya menunggu sampai tangisnya berhenti.
Kubiarkan dia mengeluarkan semua apa yang dirasanya sampai selesai. Ketika tangisnya selesai, ku sunggingkan sebuah senyum tulus kepadanya sambil berujar " aku telah memaafkanmu" .
Kembali air mata keluar dari matanya namun kali ini matanya memancarkan cahaya harapan.
Inilah semua kenyataan yang sekarang dihadapi mas Ren. Penyesalan yang terus menghantuinya selama ini setelah dia dari jauh menyaksikan pernikahanku dan Mas Vanno. Rasa peyesalan karena ingat pernah menyia-nyiakan aku dan anak ku dulu, bagaimana dulu perlakuannya terhadapku membunuh anak kami yang masih dalam kandungan menjadi penyesalan berkepanjangan.
Ketika dia melihat ku dan Vanno melangkah menuju altar membuatnya mengingat kembali bagaimana dulu perjuangan dia mendapatkan cintaku tetapi untuk kemudian dia buang begitu saja perjuanganny hanya karena godaaan wanita muda dan cantik yang pada akhirnya meninggalkan mas Ren juga.
Mas Ren mengingat sumpahku dulu ketika kuucapkan di depan dia dan perempuan yang dulu menggodanya sehingga membuat dia tertekan terus menerus. Menyentuh alkohol yang dulu tak pernah jadi kebiasaannya, tetapi ketika dia selama bersama perempuan keduanya hal itu menjadi suatu kebiasaaan buat mereka dan makin menjadi ketika melihat kenyataan diriku tak bisa lagi bersamanya. Bahkan usaha untuk mengakhiri hidupnya pun dilakukannya karena tak kuasa menahan penyesalan diri, rasa sedih berkepanjangan dan putus asa tanpa daya lagi menghadapi kenyataan di depannya. Satu hal yang kuingat dari ucapanku dulu bahwa Mas Ren kini telah menerima buah dari hasil perbuatannya, siapa menabur angin maka dia akan menuai badai.

Semua hal tadi menjadi penyesalan tersendiri buatku karena pernah mengucap sumpah untuknya. Ku tutup mataku seraya mengucapkan permohonan maaf kepada Tuhan karena menjadi manusia yang penuh dendam. Sambil tak lupa ku ucapkan terima kasih pada Tuhan yang telah mempertemukan aku dengan Mas Vanno, orang yang terus mendorongku untuk melupakan kepahitan masa lalu dan berjuang bersama dengan dia untuk meraih kebahagiaan baru. Mas Vanno lah yang dengan tulus mendorongku untuk memaafkan mas Ren dan membantu Vandra mendekatkan dirinya dengan ayah kandungnya walaupun Vanno sangat mencintai Vandra seperti darah dagingnya sendiri.

************************************************************************************

Di sudut kamar ini aku terdiam merenungkan semua yang terjadi belakangan ini dan semua kejadian dalam hidupku.
Berita yang ku dengar adalah Caroline yang dulu pernah merusak rumah tanggaku, pergi dari kehidupan mas Ren setelah diacuhkan mas Ren karena berusaha menarik kembali perhatianku. Caroline bahkan kembali menjadi perempuan perusak rumah tangga orang lain dan saat ini menghadapi tuduhan perzinahan. Kembali ku ucapkan permohonan maaf kepada Yang Kuasa karena pernah menjadi manusia penuh dendam.

Sebuah pelukan dari belakang membuatku menoleh. Kecupan lembut serta senyuman menghiasi orang yang saat ini paling kucintai. Mas Vanno, orang yang membuatku berhasil menghadapi kepahitan hidupku, orang yang membuatku berhasil melupakan masa lalu ku yang menyakitkan dialah orang yang membuatku berani mengambil keputusan memulai babak baru kehidupanku. Aku bersyukur pada Tuhan atas pertemuanku dan Mas Vanno, orang yang mempunyai hati seluas samudera.

"Terima kasih Mas"

"Terima kasih buat apa sayangku?" Tanya mas Vanno dengan heran.

"Terima kasih karena berhasil menyadarkanku untuk tak terus menerus menjadi manusia yang menyimpan kepahitan dan memaafkan masa laluku"

"Kamu tahu Vanka? Kamulah yang mengajarkanku arti sebuah ketulusan yang sesungguhnya, kamulah yang justru mengajarkan ku untuk memaafkan masa laluku dengan melihat semua perjuangan hidupmu. Kamu yang mengajarkanku arti kesetiaan. Kamu, kamu dan hanya kamulah yang menempati sebelah hatiku yang dulu pernah hilang"

"Inilah takdir hidupku Vanka. Aku harus melepaskan kebahagiaanku yang dahulu untuk menemukan kebahagiaan sejatiku kemudian"

"Semoga semesta merestui takdir kita, amin" kami mengucapkan ini secara berbarengan yang sungguh menjadi doa yang keluar dari lubuk hati kami terdalam.

"Tuhan jagalah hati kami masing-masing" doaku pada Tuhan Yang Mahakuasa.

Selesai sampai sini yah teman-teman. Mau pindah ke lapak yang satu lagi nih, kelamaan ga update.
Terima kasih sudah menjadi pembaca yang setia.
Ayo dong ditunggu komennya

Tentang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang