Part 21 - A Shoulder to Cry On

10.4K 570 18
                                    

Hai...hai maaf ya baru update sekarang. Maafkan sekali lagi saya ini yang selalu sok sibuk di dunia nyata ^_^

Pas bikin part ini pas sambil denger lagunya Tommy Page, makanya ku kasih judul part ini dengan lagunya dia.

Selamat menikmati part ini yah, jika ada kekurangan mohon dimaafkan dan saya nya di kasih saran gitu yah... happy reading

*************************************************************************************************

Mengapa aku dianugerahi cinta?

Sedangkan mencintai untuk ku terasa menyakitkan

Aku hanya ingin melihat pelangi

Terlalu muluk kah pintaku?

********************************************************************************

Tak henti-hentinya Rendra mengganggu hidupku. Berulang kali dia menyampaikan keinginannya yang tentu saja kutolak mentah-mentah. Sesungguhnya manusia macam apakah dia? Seenaknya saja mempermainkan hidupku. Tak pernah terpikirkankah betapa sakitnya hatiku, bahkan sampai saat ini bayang getir itu selalu menghantuiku, membuatku sulit terbuka dengan orang lain dan membuatku ketakutan akan diperlakukan seperti sampah lagi.

"Bagaimana sayang, sudah kamu pikirkan kembali? " tanya Rendra

"Apa yang musti aku pikirkan? Jawabannya sudah jelas" jawabku sambal berusaha menarik nafas sebanyak mungkin.

Ku tahan semua emosi dalam diriku dan berusaha melakukan pendekatan persuasif padanya.

"Aku mohon mas, tolong jangan ganggu hidupku lagi. Aku ingin menjalani kehidupanku dengan tenang" pintaku penuh harap padanya.

"Ayolah...aku rela berubah sesuai keinginanmu demi aku, kau dan Vandra"

"Apa?? Rela berubah sesuai keinginanku?"

"Untuk semua yang terjadi dalam kehidupanku, kau bilang keinginanku?"

"Gila kau!! Siapa yang mengkhianati kepercayaan dan kesetiaanku? Siapa yang pergi meninggalkan kami? Dirikukah?"

"Ya...ya...waktu itu aku khilaf" kilah Rendra masih tak mau mengakui kesalahannya.

"Khilaf katamu? Saat wanita mengandung membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari pasangannya, saat itu kau bilang sedang khilaf"

"Saat aku memohon, merendahkan diriku di hadapan kau dan perempuan itu kau katakan dirimu sedang khilaf?"

"Untuk semua kepahitan yang kau berikan kepadaku, kusarankan kau pergi kepada Tuhan, sujud memohon ampunan padaNya daripada kau mengutarakan keinginan gilamu"

"Oh ayolah...aku yakin kamu bisa tenang hidup bersamaku kembali. Aku masih sangat mencintaimu Van. Ayo kita lakukan semua untuk aku, kau dan Vandra"

"Demi Vandra terutama, dia butuh perlindungan dan kasih sayang dari ayahnya selama tumbuh kembangnya" Rendra masih saja mempertahankan yang dia anggap sebagai suatu kebenaran.

"Demi Vandra??"

"Dimana kau saat Vandra sedang sakit dan mengigau menyebut namamu?"

"Dimana kau saat dia berlari menangis melihat pementasan pertama sekolahnya tanpa dihadiri ayahnya?"

"Dimana kau saat dia butuh pelukan dari seorang ayah?" desisku.

"Dimana kau saat kami jatuh bangun mempertahankan kehidupan kami hari demi hari?" jawabku dengan penuh luapan emosi bahkan tak sadar air mata telah mengalir dengan derasnya.

Tentang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang