Realita Cinta_1

16.5K 899 5
                                    

Ketika cinta berlabuh, akankah dia melemparkan sauhnya agar terus tertambat di labuhannya?

Akankah labuhan itu menjadi tempat terakhirnya berlabuh?

Cinta bagaikan gaung yang indah memantul di hati

Melambungkan jiwa menerbangkan raga

Tetapi...

Jika cinta itu menyesakkan dada, untuk apa dia tumbuh di hati?

Jika cinta hanya bisa menyakiti untuk apa dia hadir?

Jika mengiris hati dan merajam jiwa untuk apakah cinta tumbuh?

Jika cinta ini tidak menjadi yang terakhir untuk apakah dia berkembang?

Ingin aku menggugatNya,

Menggugat DIA yang telah menciptakan cinta

Namun tak mungkin, karena cinta tak pernah salah

Bagaimanapun juga, hanya karena kemurahan hatiNyalah maka cinta hadir

Kemanakah bahtera cinta berlayar?

Dimanakah pelabuhannya?

*** September 2014 ***


"sudah berapa lama kau merasakan hal itu mas?" tanyaku sambil menguatkan hatiku

"Sudah dua tahun..." kata mas Rendra

"Dua tahun sudah mas dan hal itu tidak pernah kau bicarakan kepadaku, tak pernah kau coba untuk bahas dalam pernikahan kita..." aku masih juga mencari kebenaran kata-katanya yang dia ucapkan bahwa dia sudah tak mencintaiku lagi.

"Maaf de...aku sudah tak punya lagi chemistry padamu, tak kurasakan lagi perasaan yang pertama kali dulu ku punya padamu".

"Kenapa mas....kenapa? kenapa bisa kamu lakukan ini?"

"Aku kan tadi sudah menjawab pertanyaamu" jawab mas Rendra.

Oh Tuhan....enteng sekali dia, mengatakan itu batinku. Semudah itukah dia membuang semua cinta itu batinku lagi. Air mata satu persatu membanjiri pipiku perlahan

"Setelah kamu melahirkan dan setelah anak ini mempunyai akte kelahiran,kita akan menyelesaikan semuanya" kata mas Rendra.

"Apa maksudmu mas?" tanyaku.

"Ya...kita akan berpisah" jawab mas Rendra dengan entengnya

Bagai disambar petir, aku terlonjak dari duduk ku.

"Apa mas??? Apa harus seperti ini mas? Tak bisakah kamu pikirkan lagi?" aku masih mengharap dia bermain-main dengan ucapannya barusan.

"Apa kamu ingin aku berpura-pura mencintaimu? Apa kamu ingin aku berpura-pura bahagia denganmu?" jawabnya.

"Mas...mas...please jangan lakukan itu" aku berlari memeluk kakinya.

"Tak bisakah kau ubah keputusanmu itu? Demi anak-anak mas" kataku sambil menangis.

Mas Rendra tetap menggelengkan kepalanya

"Sudahlah, aku tetap pada keputusanku"

"Oh Tuhan...apa salahku? Tidakkah kau punya rasa kasihan padaku? Tak apa jika kau sudah tak punya cinta lagi padaku tetapi aku mohon demi anak-anak, tetaplah utuh bersamaku".

"Maaf....." hanya itu yang dia ucapkan lalu dia beranjak pergi ke kamar kerjanya.

"Brengsek kau mas!!! Kejam sekali hatimu..." raungku. Bahkan untuk anak-anak saja kau tak bisa berpura-pura teriak ku.

Tentang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang