"Rian???" Gumam Nara tak yakin.
Kemudian mobil dimana pria paruh baya dan Rian berada berlalu meninggalkan area parkir sekolah. Nara bersembunyi dibalik tiang lobby karena mobil itu melintas melewati dirinya.
"Ada hubungan apa Reza dan Rian?" Tanya Nara pada dirinya sendiri. Ia menggelangkan kepala, mengenyahkan segala pikiran negative yang berkelebat didalam benaknya. Lalu, Nara berbalik dan keluar dari tempat persembunyiaan. Alangkah terkejutnya Dia saat berbalik dan mendapati Reza tepat berada didepannya.
Kepala Nara tersentak kebelakang saking terkejutnya, "Astagfirullah..." Ia mengelus-ngelus dadanya. Baru saja Nara ingin angkat bicara, namun lagi lagi Ia terkejut dengan tindakan Reza. Saat ini, Reza menarik pergelangan tangannya dan menyeret Nara dengan paksa.
"Lepaskan...Kamu mau bawa aku kemana?" Tanya Nara sembari berusaha melepaskan cekalan tangan Reza. Cowok itu tidak menjawab, justru Ia semakin mengeratkan genggamannya saat Nara mencoba berontak.
"Kita bukan mahram Reza!" Seru Nara dengan cukup keras.
Reza tersentak kaget mendengar Nara. Cowok itu berhenti melangkah dengan tangannya tetap menggenggam tangan Nara. Lalu Ia menoleh untuk menatap Nara. Dahi Reza berkerut, bingung dengan sikap cewek ini. Jika kebanyakan cewek diluar sana, mengantri untuk menjadi pacarnya. Bahkan tak jarang pula mereka para gadis menyerahkan diri secara suka rela hanya untuk menyandang status sebagai kekasihnya. Namun cewek ini berbeda, disentuh saja tidak mau. Dan hal inilah yang membuat Ia tertarik dengan Nara.
"Gak usah bawel deh. Aku gak nyentuh kamu kok, masih ada yang menghalangi. Tuh...Baju kamu!" Reza menunjuk seragam Nara dengan dagunya, dan saat itu juga Nara berhasil melepaskan genggaman Reza. Tetapi hal itu terjadi hanya sebentar, karena detik berikutnya, reza kembali menarik Nara menuju sebuah mobil mewah yang terparkir di lapangan parkir samping sekolah.
Nara menatap mobil itu dengan tatapan bingung, karena tadi pagi jelas-jelas Reza membawa sebuah motor besar yang dengan sengaja ditabrak Rion.
"Gue gak mungkin pakek motor rusak!" Seru Reza yang sepertinya mengetahui kebingungan Nara. Nara menoleh kearah Reza, "Siapa yang nanyak?" Batin Nara.
Cowok itu membuka pintu depan mobil dan memberikan perintah secara otoriter ke Nara, "Masuk. Gue antar pulang!"
"Haa?" Nara beraksi lambat. "Nggak. Aku pulang naik angkot." Ucap Nara dan berniat meninggalkan tempat itu. Namun langkahnya dicegat oleh Reza.
"Ini udah mau sore, Ai. Lagian kita juga kan mau belajar kelompok di rumah kamu, jadi sekalian aja aku langsung kerumah kamu." Jelas Reza sembari melirik jam yang berada ditangan kirinya.
"Kamu gak pulang?"
"Gue males pulang."
Nara tertegun mendengar jawaban itu. Entah mengapa, dari kata 'males pulang' itu Nara menangkap sebuah sinyal kesedihan. Dan entah setan mana yang merasukinya, Nara menyetujui ajakan cowok itu.
"Oke. Aku mau diantar pulang, tapi dengan satu syarat."
"Apa?"
"Aku duduk di kursi belakang!"
"Kamu pikir gue sopir, hah? Lagian apa salahnya sih duduk didepan?" Ucap Reza yang nampak tidak setuju dengan ide Nara.
"Ya udah deh kalau kamu gak mau! Aku gak maksa kok."
"Oke. Gue setuju!" Sergah Reza begitu melihat Nara yang mengambil ancang-ancang untuk meninggalkannya. Cowok itu mendengus kesal, Kemudian membuka pintu penumpang untuk Nara.
Antara sadar dan tidak sadar Nara masuk ke dalam mobil dan duduk manis di kursi penumpang. Sebelum menutup pintu mobil, Reza memandang Nara lekat-lekat. Kini Nara memandang Reza sekilas sambil mengernyitkan dahi dan terlihat sedikit risih.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TAK BERNAMA
SpiritualAisyah Ayudia Inara. Seorang gadis berumur 16 tahun yang dalam kesehariannya selalu menggunakan jilbab. Berbeda dengan sebagian besar gadis seumurannya yang selalu mendambakan seorang pacar, Nara justru sama sekali tidak pernah pacaran. Bukannya tid...