"Ehh Ra, kamu kemana aja?" Cerocos Aini saat Nara baru saja masuk ke dalam kelas. "Dicariin Aldo tadi!" Lanjutnya lagi.
"Aldo? Kenapa nyariin aku?" Tanya cewek itu sembari duduk dan mengeluarkan bukunya.
"Katanya ada rapat mendadak untuk kegiatan penggalangan dana besok minggu."
Nara hanya ber-oh-ria mendengar penjelasan Aini dan kemudian fokus dengan buku fisika-nya. Meskipun terlihat fokus, sesungguhnya pertanyaan Reza di taman belakang sekolah berhasil membuat pikirannya kacau balau sampai-sampai tidak konsentrasi dengan proses belajar yang telah dimulai.
***
Penggalangan dana untuk korban asap di Riau dilaksanakan di Taman Udayana yang setiap hari minggu dilakukan car free day. Kemarin, penggalangan dana juga telah dilaksanakan dibeberapa titik lampu merah sekitar wilayah mataram. Meskipun saat ini Lombok juga sedang diterpa bencana yaitu 'Anak Gunung Rinjani Baru Jadi' beberapa hari yang lalu meletus dan kini abu vulakniknya telah sampai ke wilayah Mataram. Akan tetapi hal ini sama sekali tidak menyurutkan semangat anak-anak ROHIS untuk melakukan aksi kemanusiaan untuk saudari dan saudaranya yang juga terkena musibah berupa asap dibelahan kota lain di Indonesia.
Para panitia penggalangan dana sedang sibuk mempersiapkan atribut yang akan digunakan untuk orasi di halaman Islamic Center, begitu pun dengan Rian yang ikut dalam kegiatan ini. Disampingnya, Dita berwajah masam melihat kekasihnya itu lebih memilih sibuk dengan spanduk ketimbang dirinya.
"Kapan sih kamu punya waktu luang untuk aku?" Tanya Dita kesal terhadap Rian yang sedang sibuk mempersiapkan spanduk. "Kemarin janjinya mau ngajakin aku jalan. Tapi sekarang..... malah ikutan kegiatan ini!"
"Aku kan ketua osis, yank. Jadi gak mungkin aku gak ikutan disaat anak-anak ROHIS melakukan penggalangan dana. Aku mau memberikan contoh yang baik sebagai pemimpin." Ucap Rian diplomatis.
"Tapi kamu udah janji!"
"Iya deh maaf, lain kali pasti aku tepati. Oke?? Jangan marah lagi dong, nanti cantiknya hilang." Hibur Rian sambil tersenyum dan berusaha mengelus rambut panjang Dita, namun segera ditepis oleh cewek itu.
"Kapan? Kapan kamu bakalan tepati? Dari kemarin kamu janji mulu tau! Semakin kesini kok aku merasa kamu semakin jauh ya, kamu berusaha menghindar seperti menyembunyikan sesuatu!"
Rian mengernyitkan dahi, "Maksud kamu?"
"Argghhh.... Tau ahh. Jangan buat janji kalau kamu gak bisa tepati!" Dita menghentakkan kakinya, berlalu meninggalkan Rian yang termangu memandang punggung ceweknya yang kian menjauh.
"Maafin aku Dita. Maaf telah mempermainkan perasaan kamu."
***
"Ra, kamu gak malu?" Tanya Dita saat menghampiri Nara yang sedang menuliskan sesuatu diatas kardus.
Nara menghela napas, lalu meletakkan kardus diatas tanah. "Malu? Malu karena apa?" Cewek itu berdiri sembari mengernyitkan dahi.
"Ya malu minta-minta sumbangan. Nanti gimana kalau dicuekin sama orang, terus mereka ngatain yang nggak-nggak?"
"Ngapain mesti malu? Yahh...memang begitulah kita sebagai manusia, tidak malu saat berbuat maksiat tapi justru malu saat berbuat kebaikan. Pegangan tangan didepan umum, mesra-mesraan di jalan dan dengan bangganya memperlihatkan aurat. Saat berbuat demikian kita tidak malu sama sekali. Tapi saat disuruh berbuat kebaikan, katanya malu-maluin." Nara tersenyum miris.
"Aku banget tuh." Ucap Dita merasa tersindir.
"Bukan cuma kamu, aku juga." Cewek itu tersenyum, "Aku yang mengingatkanmu belum tentu lebih baik dari kamu Ta. Tapi disaat aku mengingatkan orang lain maka disaat itu pula aku sedang mengingatkan diriku sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TAK BERNAMA
EspiritualAisyah Ayudia Inara. Seorang gadis berumur 16 tahun yang dalam kesehariannya selalu menggunakan jilbab. Berbeda dengan sebagian besar gadis seumurannya yang selalu mendambakan seorang pacar, Nara justru sama sekali tidak pernah pacaran. Bukannya tid...