PART 3

10K 438 2
                                    

Reza masih memandangi punggung Nara yang bergerak menjauh hingga akhirnya punggung itu masuk ke dalam angkot.

" Lo gak pulang?" Tanya Rian yang mengakibatkan Reza mengalihkan pandangannya.

Reza melirik Rian sekilas. Dia berbalik dan berjalan meninggalkan Rian tanpa menggubris pertanyaan itu. Rian pun hanya menggelengkan kepalanya dan menjalankan motornya meninggalkan halte sekolah.

"Pucing pala Barbie.... pala Barbie...Aw aw..."

Di halte lainnya, halte disamping sekolah Gerombolan Reza –Bayu, Arya, Angga, dan Bagas – sedang bernyanyi. Bayu memainkan gitar kesayangannya dan yang lainnya menari mengikuti penyanyi dari pemilik lagu tersebut. You know lah..... Reza geleng-geleng kepala melihat kelakuan teman-temannya. Karena memang menurut mereka ; temanan itu bukan Jaim bareng tapi temenan itu Jail bareng. Jadi gak ada tuh ceritanya dalam hidup mereka jaga image didepan orang lain, entah itu didepan teman atau bahkan didepan guru sekalian.

"Gue cabut duluan." Kata Reza sambil menaikki motor ninja-nya yang terparkir dipinggiran Halte samping sekolah.

"Mau kemana lo?" Tanya Bayu menghentikkan permainan gitarnya.

"Somewhere lah!"

"Jangan-jangan lo mau pergi bunuh diri gegara di tolak sama Nara." Sahut temannya yang lain --Arya-- dengan nada mengejek sambil cekikikan. Dan yang lain pun ikutan tertawa.

"Gak usah sok tau kalian."

"Ya udah lo hati-hati bro, jangan lupa ntar malem!" Sahut Arya lagi.

Reza mengacungkan jempolnya sambil menutup kaca helm-nya. Dihidupkan mesin motor besarnya lalu tancap gas meninggalkan sekolah dan juga teman-temannya.

"Ehh...liriknya kita ganti aja jadi ; pucing pala babi...pala babi aw..aw." Kata Bayu sepeninggal Reza sembari menyanyi memberi contoh.

"Lo aja. Gue sih ogah! Muka ganteng kayak gini disamain babi." Ucap Arya dengan ekspresi jijik.

"Iya kali Mbak Yu, masak kita dibilang babi. Kalau Barbie mah gak apa-apa, kita kan emang unyu-unyu. Hahaa." Timpal Bagas.

"Sialan lo gajah...jangan panggil gue kayak gitu." Teriak Bayu ke Bagas yang memang memiliki badan segede gajah, Karena Bayu paling nggak suka di panggil Mbak Yu. Cowok mana juga yang mau dipanggil mbak-mbak. Welehh..welehhh. Bayu meletakkan gitarnya di bangku halte dan segera berlari menagkap Bagas yang sudah kabur dari halte. Sedangkan Arya dan Angga hanya tersenyum melihat perkelahian mereka.

Motor Reza melaju membelah jalanan kota Mataram yang mulai memadat seiring dengan datangnya senja. Kendaraan mulai mengisi setiap sisi jalan, deringan klakson mulai ribut mengganggu pendengaran. Motor Reza meliuk-liuk diatas jalan menghindari jalanan yang sedikit macet. Sudah 30 menit Ia berada diatas motor dan sebentar lagi Ia akan sampai ditempat yang beberapa bulan ini belum sempat Ia kunjungi. Motor besar Reza memasuki jalanan yang agak sepi, karena lokasinya memang jauh dari hiruk pikuk keramaian Kota mataram yang menjadi Ibu kota dari pulau Lombok, pulau yang dikenal sebagai pulau seribu masjid dengan sejuta maling.

Reza berhenti disebuah tempat dan memarkirkan motornya diluar bangunan. Ia membuka helm dan turun dari motornya. Reza menggunakan jaket kulitnya yang berwarna hitam sebelum memasuki tempat itu. Karena angin mulai berhembus menyambut matahari yang akan kembali ke peraduannya.

Reza menghela napas. Terasa berat sekali baginya melangkahkan kaki dan memasuki tempat ini. Karena luka itu masih bersemayam di lubuk hatinya. Luka yang tak bisa dilihat oleh orang lain karena memang luka itu tak bernoda dan juga tak berbekas. Tetapi cukup bagaimana Ia sekarang menjadi bukti bahwa luka itu masih ada dan entah kapan Ia bisa berdamai dengan masa lalu untuk menyembuhkan luka itu. terkadang Reza tak mau lagi ketempat ini, karena masih terlalu menyakitkan untuk menerima kenyataan yang terjadi dua tahun lalu. Tetapi disisi lain, ketika Ia benar-benar merindukan mereka hanya tempat inilah yang Reza bisa kunjungi.

CINTA TAK BERNAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang