Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima menit yang lalu, akan tetapi Nara masih didalam ruang Rohis sedang merapikan berkas-berkas bersama Dita. "Udah?" Tanya Dita saat dilihatnya Nara sudah memakai tasnya.
"Iya udah. Ayokk!" Nara merangkul lengan Dita kemudian mereka berdua keluar ruangan menuju ke lobby sekolah.
Mereka sudah sampai didepan lobby. "Ternyata masih ramai Ta, kirain udah sepi," komentar Nara saat melihat lapangan parkir masih padat, banyak motor-motor dan beberapa mobil berjajaran di sana.
"Ra, itu Reza!" Dita menyenggol pingggang Nara dengan sikutnya sampai Nara ikut-ikutan menoleh. Dilihatnya Reza baru muncul dari pintu samping sekolah dengan tas ransel di punggungnya, sedang berjalan menuju ke lapangan parkir. Reza sempat melirik kea rah Nara dan Dita, hanya sekilas dan datar. "Kayaknya Reza mau kesini deh, Ra, tunggu bentar."
"Nggak ah. Aku mau pulang aja. Mungkin Kak Revan udah nunggu didepan." Nara tampak ogah-ogahan.
Dita menahan Nara hingga akhirnya mereka merapatkan punggung di dinding gedung sekolah belum sampai ke gerbang depan. "Ra, dia beneran mau kesini. Kayanya mau nganterin kamu pulang deh." Bisik Dita sambil mencengkram lengan Nara dengan kuat untuk menahan Nara yang sedari tadi ingin kabur.
Reza naik ke motor besarnya kemudian memakai helm. Nara yang tak bisa berkutik dari sanderaan Dita akhirnya memperhatikan gerak-gerik cowok itu dengan seksama. Saat dilihatnya motor Reza mulai mendekati mereka, mendadak tubuh Nara menegang. Tetapi Nara dan Dita langsung tersentak kaget saat motor itu tidak berhenti di dekat Nara. Reza justru sama sekali tidak melihat Nara, negelirik pun enggak.
Reza justru menghentikan motornya di depan gerbang, saat dilihatnya Erin melambaikan tangan untuk meminta tumpangan.
"Reza, Gue bareng lo ya!" Erin menepuk pelan bahu Reza, lalu dengan semangat 45 dia naik ke motor besar Reza.
Nara melihat adegan itu dengan nyata, benar-benar jelas tanpa pembatas! Karena cuman berjarak beberapa langkah dengan posisinya saat ini. Nara melihat langsung Erin memeluk Reza dari belakang, posisi mereka benar-benar dekat. Nyaris tanpa jarak sedikit pun.
"Ra, Itu....Reza kok..." Dita menatap Nara bingung. "Kok Dia...." Terlalu banyak tanda tanya yang muncul dikepala Dita setelah melihat kejadian yang mencengangkan. "Dia gak ngelirik kamu sama sekali? Gak seperti biasanya."
"Tau ah. Syukur deh kalau dia nggak gangguin aku lagi." Ucap Nara berusaha tak mau ambil pusing, namun ucapan itu kontradiktif dengan wajahnya yang memancarkan kehilangan. Dia segera mempercepat langkahnya supaya keluar dari gerbang sekolah dan sampai di halte menunggu jemputan. Nara memandang kejauhan, dilihatnya motor besar Reza masih terlihat dengan Erin yang berada di boncengan cowok itu.
***
Nara sedang rebahan diatas kasur sambil membaca sebuah buku non fiksi dengan genre islami, karangan dari Ahmad Rifa'i Rifan.
Tuhan maaf, kami sedang sibuk!
Tuhan, harap maklumi kami, manusia yang begitu banyak kegiatan. Kami benar-benar sibuk, sehingga kami amat kesulitan menyempatkan waktu untuk-Mu.
Tuhan, kami sangat sibuk. Jangankan berjamaah, bahkan munfarid pun kami tunda-tunda. Jangankan rawatib, zikir, berdo'a, tahajjud, bahkan kewajiban-Mu yang lima waktu saja sudah sangat meberatkan kami.
Jangankan puasa senin-kamis, jangankan ayyamul baith, jangankan puasa nabi daud, bahkan puasa ramadhan saja kami sering mengeluh.
Tuhan, maafkan kami, kebutuhan kami didunia ini masih sangatlah banyak, sehingga kami kesulitan menyisihkan sebagian harta untuk bekal kami di alam abadi-Mu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TAK BERNAMA
EspiritualAisyah Ayudia Inara. Seorang gadis berumur 16 tahun yang dalam kesehariannya selalu menggunakan jilbab. Berbeda dengan sebagian besar gadis seumurannya yang selalu mendambakan seorang pacar, Nara justru sama sekali tidak pernah pacaran. Bukannya tid...