Koridor sekolah sudah dipenuhi siswa dengan aktivitas mereka masing-masing. Ada yang sibuk mengobrol, ada yang sibuk baca buku pelajaran atau mungkin novel, dan ada pula yang sedang membersihkan kelas. Mereka berlalu lalang untuk sekedar pergi ke toilet, menuntaskan rutinitas biologi yang tertunda di rumah, atau sekedar pergi ke kantin untuk mengisi energi sebelum proses belajar dimulai. Namun rupanya aktivitas itu terhenti ketika seseorang melintas di depan mereka.
Sudah 3 hari semenjak Reza tak masuk sekolah. Cowok itu melangkahkan kaki menyusuri koridor sekolah dengan tas punggung tersampir dibahu kanan serta tangan memegang tali tas tersebut. Sedangkan tangan kirinya di masukkan ke dalam saku celana dengan baju yang tak dimasukkan dan tak dikancing. Secara penampilan tak ada yang berubah, tetapi setidaknya Reza kali ini tidak terlambat seperti biasa. Begitulah komentar teman-temannya yang mulai berbisik-bisik tentang Reza.
"Jadi Reza sama Rian itu saudara? Kok bisa?"
"Tumben si Reza gak telat?"
Sayup-sayup Reza mendengar komentar beberapa siswa. Satu sudut bibirnya terangkat saat mendengar itu. Cowok itu terkesan dingin, tak mau menanggapi. Lebih memilih meneruskan langkahnya, lalu berbelok menuju tangga yang menghubungkan kelasnya. Kali ini kedua sudut bibirnya tertarik membentuk lengkung sempurna ketika melihat Nara berdiri di depan madding sekolah yang berada tepat di sebelah tangga. Reza mendekat tanpa menyapa. Ia berdiri di sisi kanan gadis itu. Berpura-pura ikut membaca informasi disana.
1 menit
2 menit
3 menit
Nara masih berdiri tanpa suara.
Reza menoleh ketika tak ada respon yang diberikan Nara. Memperhatikan gadis yang sedang fokus ke depan, sampai-sampai tak menyadari keberadaannya. Lalu mengikuti arah mata Nara. Penasaran dengan hal yang membuat cewek itu terbang ke alam bawah sadar. Ia tak menemukan sesuatu yang menarik, kecuali satu kalimat.
Kenapa harus takut kehilangan, jika pada hakekatnya kita tidak pernah memiliki apapun!
Reza menaikkan satu alis, memikirkan pesan dari kalimat itu. Rasa kehilangan itu hadir karena ada rasa memiliki. Dan sayangnya, manusia selalu merasa memiliki dengan sesuatu yang bahkan bukan untuknya. Pun dengan hati seseorang yang penuh misteri.
Cowok itu mengedarkan pandangan ke Nara. Memandangnya dalam diam dan bertanya pun tanpa suara.
"Hatimu milik siapa?"
Lalu Reza menggedikkan bahu.
Reza mengetuk sisi kiri kepala Nara dan membuat cewek itu kembali ke dunia nyata. Nara menoleh ke kiri. Karena tidak menemukan apapun, otomatis kepalanya bergerak ke kanan. Matanya melotot dan spontan menarik kepala ke belakang ketika wajah Reza yang sedang tersenyum terpampang jelas dihadapannya. Cewek itu mengerjap beberapa kali baru kemudian mundur satu langkah.
"Sejak kapan kamu disini?" Tanya Nara setelah berhasil mengatasi keterkejutannya.
"Udah lama, tapi gak selama menunggu kamu membalas perasaanku."
"Tumben gak telat?!" Ucap Nara mengalihkan pembicaraan.
"Cieee... Berarti selama ini kamu memperhatikan aku telat atau nggak dong? Telat membawa berkah ini mah namanya." Ujar Reza dengan senyum merekah. Senyum itu sirna ketika mendengar jawaban dari Nara.
"Apaan si? Kan kita teman sekelas, ya jelas kalau aku tahu kamu telat apa enggak. Jadi itu bukan perhatian."
Nara berlalu dan menaiki anak tangga.
Tentu saja diikuti oleh Reza dibelakangnya.
"Kamu lagi liat apaan tadi, fokus bener lihatnya? Coba sesekali kamu liatin aku kayak gitu juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TAK BERNAMA
SpiritualAisyah Ayudia Inara. Seorang gadis berumur 16 tahun yang dalam kesehariannya selalu menggunakan jilbab. Berbeda dengan sebagian besar gadis seumurannya yang selalu mendambakan seorang pacar, Nara justru sama sekali tidak pernah pacaran. Bukannya tid...