Rian menatap lekat lelaki separuh baya yang ada dihadapannya saat ini. Lelaki itu terlihat lebih tua dari umur yang sebenarnya. Wajah tampan yang dulu berhasil memikat sang Ibu kini mulai memudar karena tidak terurus. Rambutnya mulai memutih sebagian. Tubuh atletis yang dulu di puja-puja banyak wanita diluar sana, kini berubah menjadi kurus kering seakan tak pernah makan beberapa tahun. Rian miris, Ia merasa sesak melihat keadaan lelaki yang sejatinya Ia benci sekaligus Ia sayangi. Sebesar apapun rasa bencinya terhadap lelaki ini, namun Rian tak bisa menutupi kenyataan bahwa di dalam dirinya mengalir darah si lelaki yantg selama 2 tahun lebih ini mendekap di dalam sel penjara.
"Sudah kukatakan jangan datang kesini!" Suara tegas dan tajam dari lelaki itu mengembalikan jiwa Rian ke dunia nyata.
"Salahkah kalau anak yang kau benci ini merindukanmu?"
"Pulanglah! Aku tidak ingin melihatmu lagi." Laki-laki itu bangkit meninggalkan Rian yang sempat membisu ditempat.
"Papah..." Lirih Rian. Langkah pria paruh baya itu terhenti ketika mendengar panggilan itu. Panggilan yang sebenarnya sangat Ia rindukan. Tak ada kebahagian yang lebih besar bagi seorang ayah saat mendengar sang anak memanggilnya dengan sebutan 'Papa' setelah beberapa tahun tak pernah terdengar. Akan tetapi, ego yang tinggi dalam dirinya sanggup mengalahkan rasa sayang yang selalu Ia tutup-tutupi. Pria itu kemudian berbalik dan tersenyum miring kearah Rian.
"Aku bukan papamu lagi semenjak Mamamu lebih memilih berada disisi laki-laki bajingan itu!"
***
"Aduh!" Nara berjengit begitu memasuki gerbang dan merasakan kepalanya membentur sesuatu. Seketika cewek itu mengangkat kepala. Pupil matanya melebar begitu melihat siapa yang ada didepannya saat ini.
"Untung nabrak dada gue, kalau sampai nabrak tembok gimana?" Reza berucap dengan santainya sambil memasang seringai. "Makanya kalau jalan jangan mikirin gue terus!" Ia menunduk, menyesuaikan kepalanya dan berbisik tepat disamping kepala Nara. Mendadak tubuh cewek itu menegang saat mencium aroma maskulin Reza menyelimuti seluruh atmosfir. Hembusan napas Reza berhembus ditelinganya yang terbungkus jilbab sekolah sampai bulu kuduk Nara merinding.
Hah?! Nara mengerjapkan mata bulatnya berkali-kali setelah sadar dari keterkejutannya karena bisikkan Reza. Refleks, cewek itu mundur beberapa langkah memperlebar jaraknya dengan cowok berbahaya itu.
"Pagi." Reza terlihat tanpa beban seperti biasanya sambil memperlihatkan senyum simpulnya.
Nara menghela napas, merutuki dirinya yang harus berurusan dengan Reza di hari pertama sekolah. Nara ingin berkata, "Ngapain sih lo muncul pagi-pagi?" tapi segera ditelannya kata-kata itu berganti dengan balasan yang terbata, "Pp-agi."
"Wuihhh, Reza masih pagi nih! Udah nyosor aja!" Terdengar sahutan dari arah punggung Reza, Bayu muncul dengan nada menggoda. "Hai Nara. Makin cantik aja lo!" Bayu menepuk bahu Nara, terlihat pura-pura akrab dengan cewek itu.
"Hati-hati ya, jangan asal megang," Ucap Reza sengit dengan nada memperingatkan sambil menyingkirkan tangan bayu dari Nara.
"Megang doang kok Za, nggak sampe ngapa-ngapain. Sensi banget, ih."
"Aku ke kelas duluan." Nara tak mau ambil pusing dengan perkelahian yang menggelikan antara Reza dan Bayu.
"Mau gue anterin nggak? Sekalian, kan kita sekelas."
"Aduh so sweet banget sih. Mau dong dianterin Reza, gue juga yaa?" Bayu segera nimbrung tapi dibalas sorotan tajam dari Reza. Cowok itu mendecakkan lidahnya, kesal dengan Bayu yang ikut campur terus.
"Nggak. Aku sendiri aja. Kamu pikir aku anak kecil yang perlu diantar sampai depan kelas?"
Reza sedikit terkekeh mendengar penolakkan Nara yang tajam, setajam silet. "Oke." Reza mengangguk kemudian menarik tubuhnya kesamping, memberi jalan bagi Nara supaya bisa lewat dan berjalan menuju kelasnya.
Bayu memincingkan matanya menatap Reza, cowok itu menjulurkan tangannya menyentuh dahi Reza. "Apaan sih?" Reza menepis tangan itu dan menatap Bayu dengan tatapan yang penuh curiga.
"Za, lo nggak sakit, kan?" Tanya bayu dengan suara khawatir yang dramatis.
"Nggak." Reza menggeleng dengan ekspresi datar.
"Anjrit!!!" Bayu teriak dengan suara melengking sampai mereka berdua jadi tatapan dari murid-murid yang hilir mudik masuk ke gerbang, mungkin ada sebagian mikir aneh-aneh. "Jatuh cinta beneran lo?"
Reza menggeram dan langsung menoyor kepala Bayu. "Sialan. Gue kirain kenapa."
"Heheeehee, akhirnya lo kena virus cinta gue juga!"
"Ke kelas yuk? Gue pengen jadi anak baik-baik di hari pertama sekolah." Reza langsung merangkul bahu Bayu dan menggiringnya paksa.
Teeettt....tetttt....
Suasana kelas XI Ipa 3 sedikit gaduh karena guru belum datang, dan seketika suasana santai itu berubah menjadi mencekam ketika pintu belakang kelas di tendang kasar oleh seseorang.
Brakk....
Semua mata terbelalak melihat Riko muncul dengan aura mengerikan, persis seperti malaikat kematian. Tanpa aba-aba, Ia langsung menendang Reza yang sedang duduk di bangkunya hingga tubuh cowok itu tersungkur ke lantai.
Reza segera bangkit dan terlihat sangat marah dengan serangan mendadak itu. Arya menahan gerakan Reza agar tidak terjadi perkelahian, apalagi hari ini adalah hari pertama sekolah.
"Lepasin gue!" Reza memberontak dan kemudian menarik kerah seragam Riko dengan kuat. "Dasar sinting! Mau lo apa sih?"
Riko hanya tersenyum kecut dan langsung melayangkan tinju tepat di wajah Reza.
"Haishhh!!! Brengsek lo!" Reza kalap dan berhasil membalas tinjuan Riko hingga kini situasi berbalik.
Buk...bukk
Nara menegang, mulutnya ternganga melihat baku-hantam tepat didepan matanya. Seketika lututnya lemas. Dengan tangan bergetar, cewek itu berusaha menahan lengan Reza yang ingin melayangkan tinju lagi.
"Reza, hentikan!" Ucapnya dengan ketakutan.
"Lepaskan!" Reza menepis tangan itu dengan keras hingga tubuh Nara terdorong ke belakang, dan....
Bukk...
Tubuh Nara terajatuh dan kepalanya membentur meja.
"Ahh." Nara meringis kesakitan sembari memegangi kepalanya yang terasa berdenyut-denyut.
"Nara, kamu baik-baik saja?" Tiba-tiba Rian sudah berlutut di depan Nara dengan wajah yang terlihat khawatir. Cowok itu menoleh kebelakang dan melihat perkelahian itu masih berlangsung. Ia segera bertindak untuk melerai mereka. Reza memberontak ketika aksinya dihentikan bahkan Dia juga berniat memukul Rian yang ikut campur, jika saja Bu Nur tidak segera datang untuk menghentikan kegaduhan tersebut.
"Ada apa ini?" Teriak Bu Nur menggelegar. "Reza, Riko! Ikut Ibu." Perintahnya tegas.
Reza tak mengindahkan perintah itu, Ia justru mematung ditempat saat menemukan Nara yang masih terduduk di lantai sambil memegangi kepalanya. Sorot matanya memancarkan rasa bersalah. Cowok itu sama sekali tak menyadari bahwa orang yang memegang lengannya tadi adalah Nara. Reza maju berniat mendekati Nara, namun sebuah tangan menyentuh pundaknya dan menarik tubuh kekar Reza ke belakang.
"Jangan dekati Nara lagi, kalau lo hanya bias menyakiti dia!" Rian berucap memperingati Reza dan kemudian bergerak ke sisi Nara untuk memeriksa luka yang ada di dahi cewek tersebut.
***
Akhirnyaaaaa update lagiiii . . . . Huhh, udah lama banget gak update! Sorry ya.
Gimana nih sama part ini??? Sebenarnya part ini masih ada lanjutannya, tapi segini dulu aja deh. heheee. Saya lagi ujian guys, jadi bisanya cuma segini doang. so, minta doanya dong^^ semoga Ujian saya berjalan lancar dengan nilai yang memuaskan dan bisa segera melanjutkan cerita ini. Aminn.
Sorry ya kalo jelek. Tapi, saya butuh banget masukan, kritikan, saran, dan pendapat dari kalian tentang cerita ini. Jadi, please tinggalkan comment kalian^^ Kalau mau ngevote juga gak apa-apa, malah tambah seneng gue. Hehee #Modusss.
See you. . . .
Sabtu, 24 Oktober 2015.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TAK BERNAMA
EspiritualAisyah Ayudia Inara. Seorang gadis berumur 16 tahun yang dalam kesehariannya selalu menggunakan jilbab. Berbeda dengan sebagian besar gadis seumurannya yang selalu mendambakan seorang pacar, Nara justru sama sekali tidak pernah pacaran. Bukannya tid...