Part 29

3.4K 245 25
                                    

Sampai hari ini, Nara tidak pernah melihat Reza lagi baik di lingkungan sekolah atau di mana pun. Mungkin, dia bolos. Nara segera menggelengkan kepala, mengenyahkan kemungkinan negatif tentang Reza. Atau mungkin, dia sedang sakit. Segala kemungkinan dipikirkan oleh cewek itu hingga berakhir pada satu titik bahwa Ia tidak tahu keberadaan Reza dan sebenarnya Ia ingin tahu. Tapi bingung bertanya ke siapa?

Nanya ke Intan atau Dita, tidak mungkin karena mereka masih bermasalah. Nanya ke Arya dan teman-temannya, khawatir mereka akan berpikir yang bukan-bukan. Berpikir bahwa dirinya perhatian atau apalah. Meskipun sebenarnya begitu, tapi Nara masih tidak menyadarinya

Jadi? Ya, Reza hanya teman kelas, sehingga menurut Nara normal jika Ia ingin tahu tentang keadaan Reza.

***

Keinginan Nara untuk mengetahui informasi tentang Reza sepertinya akan kesampaian.

Di sekret Rohis, ada Aldo, Aini dan Nara yang sedang mengevaluasi kegiatan Do’a Bersama kemarin sekaligus sedikit membicarakan seminar motivasi untuk tahun ajaran baru.

“Aku pikir kegiatan kemarin berjalan lancar, meskipun ada beberapa kendala. Bagaimana menurut kalian?” Tanya Aldo di tengah pembicaraan.

“Iya lancar, meskipun sempat jantungan juga gara-gara Reza.” Timpal Nara yang diiyakan oleh Aini. “Ehh ngomong-ngomong, Aku gak pernah lihat Reza lagi semenjak acara itu. Dia kemana?”

Sepertinya Nara harus berterima kasih kepada Aini yang tiba-tiba menanyakan keberadaan Reza.

Aldo melirik Nara melalui sudut matanya. Kemudian beralih ke Aini, “Dia gak pernah ngabarin, jadi aku juga gak tahu.”

“Seriusan? Oh ya, aku baru tahu kalau kalian berteman sejak kecil. Tapi kok aku gak pernah lihat kalian berdua bareng, ya?” Tanya Aini penasaran.

“Tahu dari siapa?” Aldo mengerutkan dahi, “Jangan-jangan selama ini kalian gosipin kami.”

“Isshh apaan sih? Ini fakta, bukan gossip. Kami gak ngomongin aib kalian, kecuali kalau kamu memang menganggap pertemanan adalah aib.” Jelas teman sebangku Nara ini.

“Mungkin Aib bagi Reza. Kami udah gak sedekat dulu.” Lirih Aldo pelan dengan tangannya sibuk membolak-balik kertas laporan kegiatan.

“Kenapa? Dan apa hubungan Reza sama Dinda, kok dia juga ikutan menghilang?” Ujar Aini heran dan mencerca Aldo dengan pertanyaan demi pertanyaan.

Nara diam-diam melirik Aldo, menunggu jawaban dari mulut cowok itu. Ia dari dulu memang ingin tau hubungan antara Reza dan Dinda.
“Lagi ngomongin apa?”

Mereka bertiga spontan mendongak, melihat Imam yang tiba-tiba datang menginterupsi obrolan mereka. Cowok itu memandang teman-temannya bergantian, lalu ikut lesehan dan megambil posisi duduk disebalah Aldo. “Kenapa sebut-sebut nama Reza?”

Aldo menggedikkan bahu. “Kok ini jadi pada ngomongin Reza? Back to topic, deh!” Seru Aldo sembari kembali fokus dengan beberapa lembar kertas dihadapannya.

Nara menghela napas pelan, kemudian melanjutkan diskusi terkait program kerja selanjutnya. Meskipun sebenarnya ada perasaan kecewa di tempat yang tidak seorang pun bisa melihatnya.

***

Bel pulang berbunyi merdu membangunkan para siswa dari mimpi indahnya usai jam belajar yang terasa panjang. Mereka sering kali mengeluh, mengapa palajaran eksak yang seharusnya membutuhkan konsentrasi tinggi di jadwalkan di akhir jam sekolah. Alhasil rumus trigonometri pun menjadi dongeng sebelum tidur. Nara yang biasanya tetap fokus sampai jam  sekolah selesai, kali ini ikut merasakan bosan di tengah kegiatan belajar mengajar. Akhir-akhir ini Ia memang sering tidak konsentrasi.  Misalnya saja, seperti sekarang saat sedang bersiap-siap pulang.

CINTA TAK BERNAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang