PART 25

4.3K 273 34
                                    

Warning !!!

Part ini mengandung kata-kata yang belum diedit sebagaimana mestinya, jadi maaf kalau typo bertebaran dan alur cerita yang mungkin tidak anda sukai.

Jangan lupa vote dan komen ^_^

Happy Reading :)

*

*

*


Beberapa menit yang lalu, bel pulang berbunyi. Koridor yang tadinya sepi, kini mulai penuh sesak dilalui oleh siswa-siswi yang berhamburan keluar kelas. Beberapa siswa saling berebut jalan menuju parkiran. Sedangkan bagi mereka yang punya pacar, biasanya jam ini adalah waktu yang tepat untuk menunggu sang kekasih di tetangga sebelah. Tak jarang pula beberapa siswa lebih memilih sekolah sepi terlebih dahulu sebelum pulang. Salah satu diantara mereka adalah Aldo.

Seperti biasa, cowok itu berjalan sendiri dengan sepasang earphone terpasang di telinganya. Hanyut dalam kesendirian yang sudah biasa Ia jalani. Kesendirian dalam penantian yang tentu saja sering terbuai oleh keterlenaan. Munafik jika Aldo mengatakan tidak pernah jatuh cinta. Karena bagaimana pun, Ia juga anak muda yang pasti ingin berbagi rasa dengan seorang hawa.

Pacaran itu cuma mempermainkan wanita, berusaha menjaga perasaannya padahal ia bukan siapa-siapa. Toh pacaran gak menjamin dia menjadi milikmu seutuhnya.

Begitulah kalimat yang Aldo ucapkan saat pendiriannya mulai goyah. Karena jujur, menjaga hati sama rumitnya dengan menjaga bolpoin yang sering hilang di kelas. Seperti bolpoin yang tanpa sadar menghilang sendiri, pun dengan hati yang mudah sekali tercuri. Maka tidak heran jika manusia sekelas Rasulullah pun sering melafadzkan kalimat : Wahai Zat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.

Braakkk....

Aldo mengaduh. Tangannya bergerak mengelus kepala yang terkena timpukan suatu benda. Sedikit menunduk, cowok itu melihat botol air mineral yang tersisa sedikit air tergeletak di lantai. Kemudian Ia melepaskan earphone dan membalikkan setengah badan. Aldo mendecakkan lidah melihat Dinda mengahmpirinya.

Cewek itu tersenyum tanpa rasa bersalah. Ia sedikit berlari menghampiri Aldo dengan tangan kiri terlentang, berniat mengalungkannya di bahu Aldo. Namun, cowok itu dengan cekatan menunduk kemudian meraih botol tadi dan...

Bukkk...

"Haisshh....Sakit tauk." Dinda mendesis ketika mendapatkan pukulan balasan dari Aldo.

"Siapa duluan?"

"Lo sih, gue panggil gak nyahut-nyahut. Terpaksa deh gue pakai cara ini. Hehhee."

"Ngapain manggil? Katanya musuhan!" Kata Aldo mengingatkan chat mereka sebelum Reza sakit.

"Sensitif banget sih, gitu aja dimasukkin ke hati. Indikasi terlalu lama jomblo tuh."

"Apa kabar lo yang masih ngejar Reza."

"Kayak lo gak tahu aja tentang kenyataan gue sama Reza." Ucap Dinda sewot dengan ucapan Aldo. Sejurus kemudian senyum cewek itu mengembang. Matanya tertuju kepada Reza yang berdiri di dekat pintu keluar sebelah selatan.

"Hai Reza."

Dinda menghampiri cowok itu. Namun Reza malah melongos, melewati dirinya begitu saja dan melangkah mendekati Aldo.

"Ikut gue!" Reza meraih kerah seragam Aldo.

Dinda mengernyit heran, pun dengan Aldo yang pasrah saja diseret Reza. Suasana sekolah yang sudah mulai sepi memberikan keuntungan bagi Reza untuk melancarkan aksinya.

CINTA TAK BERNAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang