Part 30

808 59 3
                                    

"Tidaaakkkkkk!!!!! Arlieeeeeee!!!!" Jerit Ferry putus asa. Ia melihat tubuh Arlie yang mungil melayang jatuh. Airmata Ferry tumpah. Tubuh Arlie tidak kelihatan lagi.

"Arlieee...!!!" Seru Ferry. Ia sesenggukan. Kalau saja... kalau saja ia lebih cepat mencegah Linda, mungkin ini semua tidak terjadi.

Ferry jatuh terduduk, ia menangis sekeras2nya. Arlie... Arlie ku...!!

***

"Ferry!! Bangun Fer!!"

Ferry membuka matanya. Ia melihat di sekelilingnya putih. Tampaknya ini Rumah Sakit.

"Mama? Papa?" Ujar Ferry. Mama papanya mengangguk, membantu Ferry untuk duduk.

"Apa yang terjadi?"

"Kamu jatuh pingsan... di atas gedung itu..." jelas mama.

"Ah..." Ferry memegangi kepalanya. Jadi itu bukan mimpi... Arlie sudah...

"Bagaimana dengan Arlie? Arlie!!!" Ferry buru2 berdiri dan menuju pintu kamar Rumah Sakit.

Tetapi sebelum ia sempat membukanya, pintu itu terbuka, dan Arlie masuk ke dalam.

"Ferry... kamu sudah sadar?" Tanya Arlie.

Ferry melotot. Tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"A...Arlie... Arlie!!" Jeritnya lalu segera merengkuh tubuh Arlie ke dalam pelukannya, "Arliee!!" Isaknya.

Arlie tersenyum. Ia menepuk2 punggung Ferry. Ia tahu jelas apa yang dipikirkan Ferry... bahwa dirinya sudah mati.

"Apa yang terjadi?" Tanya Ferry sembari melepaskan pelukannya.

Arlie tersenyum, "sewaktu aku tergantung di sana,Linda terus memaksaku untuk terjun. Aku tidak tahan lagi, Fer! Ketika aku melihat ke bawah, aku melihat sudah ada mobil polisi, dan juga tim penyelamat yang menyiapkan ancang2 jika aku loncat. Terakhir aku tau bahwa temanmu, Billy, yang menyiapkan semua itu. Jadi, aku memutuskan untuk loncat... maaf aku sudah mengagetkanmu, Fer..."

"Jangan lakukan itu lagi atau..." Ferry mencubit keras2 pipi Arlie.

"Ya sudah, mama dan papa pergi dulu ya, supaya kalian lebih enak," bisik papa Ferry sambil menggandeng mama Ferry keluar. Arlie tersenyum. Ia menggandeng Ferry duduk di tempat tidur.

"Ba...bagaimana dengan... Linda?" Tanya Ferry.

"Kemarin ketika kamu belum sadar, aku segera mencari informasi tentang papaku. Akhirnya aku mengetahui kalau selama ini ternyata papaku pergi dari rumah karena berselingkuh dengan wanita lain... dan bahwa ia sudah meninggal sekarang..." Arlie mengelap airmatanya, "kemarin aku datang ke makam papa..."

"Lalu, Linda?"

Arlie menggeleng, "Linda sudah menghilang. Kurasa selama ini sosok Linda muncul karena aku merindukan sosok ayah... ayah yang kupikir selalu menyayangiku... tapi ternyata, ia meninggalkan aku dan mama untuk wanita lain. Lindapun... sudah tau kenyataan ini. Dan ia sudah menghilang..."

Ferry mendesah. Ia menarik kepala Arlie , memeluk Arlie erat2. Arlie terisak.

"Semuanya sudah berakhir... ada aku di sini..." bisik Ferry.

"Oh ya, aku juga mau minta maaf... karena aku terlalu kekanak2an... kamu ingin aku ke psikolog tapi aku berpikir kamu menganggapku gila. Aku sadar, itu keegoisanku..."

"Aku yang salah, seharusnya aku..."

"Nggak, Fer.. aku sudah memutuskan. Aku ingin sembuh total. Aku nggak mau suatu hari Linda muncul lagi... aku mau dirawat oleh psikolog. Kamu mau kan, mencarikan dokter yang bagus?"

Ferry mengangguk, ia mengelus lembut rambut Arlie.

"Aku mencintaimu, Arlie. Asal kamu tau... apapun yang pernah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi, aku akan tetap mencintaimu. Apa adanya..."

Arlie mengangguk. Ferry mendekatkan wajahnya dan merekapun berciuman. Ciuman yang menandakan cinta dan kelegaan.

"Yuk kita jalan sambil cari es krim, mau?" Tawar Ferry. Arlie mengangguk senang.

"Aku suka sekali rasa strawberryy!!" Jerit Arlie. Ferry terkejut pada reaksi Arlie. Reaksi itu... Linda?!

"Li... Linda?" Bisik Ferry.

"Apaan sih Fer? Ini aku, Arlie... Ayo kita makan ice cream!" ajak Arlie lagi. Ferry mengangguk.

Ah... mungkin itu hanya perasaannya saja. Semoga.

TAMAT

Thanks ya udah baca... jangan lupa bantu vote and ditunggu comment nya :)

THE VOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang