Stefan menggeliat pelan, saat sorotan matahari pagi yang masuk melalui jendela kamarnya. Jendela kamarnya memang baru saja dibuka, sehingga cahaya berwarna kuning itu dapat menyelinap masuk menembus kamarnya.
Stefan berguman pelan, matanya maish menutup rapat. Bahkan kini selimut yang ia gunakan, semakin ia naikan sampai kebatas dagunya.
"Sampai kapan kau ingin bermalas-malasan stefan."
sebuah suara tegas, berhasil membuat stefan membuka sedikit matanya. seorang gadis muda dengan celemek dipinggangnya tampak berdiri didepan stefan, dengan kedua tangannya yang terlipat didepan dada. Matanya menatap stefan kesal, sembari sesekali menggelengkan kepalanya.
"Nasya... jangan menggangguku sekarang, aku masih sangat mengantuk."
kata stefan dengan suara parau, menandakan jelas bahwa setengah nyawahnya masih berada dialam bawah sadar.
"Ck... apa begini sikap pewaris Zafasura Kingdom?"
Tak ada jawaban yang keluar dari mulut stefan. Hal itu membuat Nasya kesal. perlahan ia berjalan mendekati stefan, menarik kuat selimut yang menutupi tubuh lelaki itu.
Dan... berhasil. stefan terbangun. Tapi nampak jelas ekspresi tak suka dari wajahnya.
"Bukankah sudah kubilang, jangan membangunkanku jika tak ada hal yang penting."
"Sayangnya ada hal penting yang harus kau lakukan."
jawab Nasya sambil menarik tangan stefan agar pemuda itu segera turun dari ranjang empuknya.
Stefan menurut, ia bahkan membiarkan Nasya mendorongnya menuju ruangan mandi.
"Kau harus menghadiri sidang kerajaan. Ini menyangkut masalah pewarisan tahtamu sebagai raja."
Stefan menguap bosan. Ia tau ia akan menjadi raja Zafasura cepat atau lambat nanti. Namun Hanya saja, sebenarnya ia bahkan tak tertarik dengan semua itu.
Stefan memang menyukai statusnya sebagai keluarga kerajaan, itu semua memudahkan ia dalam melakukan segala hal. Namun ia sama sekali tak menggilai hak, kekuasaan, serta harta yang ia punya. Semua itu membuatnya merasa terikat.
Stefan menatap Nasya sejenak. Gadis itu kini sibuk merapikan ranjang stefan yang berantakan.
"Lalu apa hubungan semua ini denganmu?" tanya stefan langsung.
Sejak awal ia memang sedikit bingung dengan pelayannya ini. Nasya adalah orang yang paling mendukung naiknya tahta stefan.
"Aku? tentu aku ingin yang terbaik untukmu." kata Nasya sembari tersenyum manis.
"Sekarang bersihkan dirimu, aku akan menunggumu diluar"
***
Stefan memainkan jari-jarinya malas. Sudah setengah jam ia mengikuti sidang kerajaan ini, tapi tak ada satupun pembicaraan yang menarik perhatiannya. Bukannya ia tak tau apa yang dibahas oleh ayahnya dan para penasihat kerajaan ini. Hanya saja, ia memang tak tertarik akan semua itu.
Dia melirik Nasya sejenak, gadis itu kini sedang menuangkan anggur pada cawan para penasihat. Merasa stefan memperhatikannya, Nasya berbalik, menampilkan sebuah senyum yang dibalas stefan singkat.
Untung ada Nasya di tempat ini, kalau tidak Stefan bisa mati bosan.
"Apa kau setuju dengan yang mereka katakan Stefan?"
sebuah suara berat dan terkesan berwibawa mengagetkan Stefan.
Stefan berbalik, mendapati sang ayah, Raja Juliano Kevin sedang menatapnya tajam. Seolah menunggu jawaban dari putra semata wayangnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss or Death
Fanfiction"A dan Mora. Kau adalah A, orang yang membutuhkan, dan Yuki adalah Mora orang yang dibutuhkan. Karena kau di hidupkan dengan darah Yuki, kau akan selalu bergantung padanya. Dalam dirimu ada darahnya, dan itu akan berlaku untuk selamanya" membutuhkan...