Yuki masih setia membelai rambut Stefan. lelaki itu kini tertidur pulas dengan paha Yuki sebagai bantalnya. Sebelah tangan Yuki memang membelai kepala Stefan, namun sebelah tangannya kini ia relakan untuk sang suami. Sejak tadi, Stefan meletakan tangan Yuki pada bibirnya. Awalnya ia menggunakan jari-jari Yuki untuk menyentuh bibirnya. Namun karena kini Stefan sudah terlelap, jadi Yuki lah yang mengambil ahli kegiatan itu.
DEGGG…
Yuki meringis, sesuatu dalam tubuhnya entah mengapa terasa nyeri. Perlahan tangannya menyentuh perutnya pelan. Gadis itu kembali mendesis. Sepertinya ada sesuatu yang salah pada perutnya. Yuki berbalik menengok Stefan sejenak. Lelaki itu masih dalam kondisi terlelapnya, membuat Yuki sedikit bernafas lega. Ia tak ingin Stefan menghawatirkan dirinya. Sudah cukup suaminya itu terbebani dengan rasa sakit yang dialaminya sekarang. Dan Yuki tak mau mengambil peran sebagai orang yang menambah rasa sakit itu. lagipula jauh dilubuk hatinya, ada sedikit perasaan malu dalam dirinya, Ia belum siap membiarkan tubuhnya dilihat oleh Stefan.
Perlahan Yuki mulai meraih ikatan pita pada gaunnya.
Satu ikatan sudah terbuka. Yuki kembali meringis, entalah sepertinya ada sebuah luka pada perutnya.Yuki membuka ikatan kedua, namun betapa terkejutnya ia ketika sebuah tangan kekar, memegang jarinya sekarang.
“Apa yang kau lakukan?”
“Ste… stefan? kau sudah bangun? sejak kapan?” tanya Yuki kikuk.
Stefan menguap sebentar, lalu bangun dan memilih duduk disamping Yuki. gadis itu menunduk, entah kenapa ia merasa malu pada Stefan,padahal jelas tak ada hal yang perlu membuat pipinya merah seperti sekarang.
Stefan mengerutkan keningnya bingung. Dengan cepat ia meraih dagu Yuki, membuat mata gadis itu tepat menatapnya.
“Apa terjadi sesuatu?”
“Tidak ada Stefan.”
Stefan menatap Yuki, mencoba mencari kebohongan disana. Yuki sendiri terlihat gugup.
Oh Tuhan, berbohong adalah hal yang paling tidak bisa ia lakukan.“aku pikir setelah semua kejadian ini membuatmu bisa terbuka kepadaku.”
Terlihat nada kekecewaan disana. Tentu, tapi jelas rasa kecewa itu tak Stefan tujukan pada Yuki. Ini lebih pada dirinya. Pada dirinya yang belum bisa membuat Yuki memberikan rasa kepercayaan yang dia punya seutuhnya.
“Aku.. aku hanya merasakan sedikit… sakit.” jawab Yuki sepelan mungkin. Ia sebisa mungkin menghindari nada bicara yang membuat Stefan khawatir.
Namun sepertinya usahanya sama sekali tak berbuah manis.
Mata Stefan membulat, ia seperti mendengar kabar yang sangat buruk. Sedetik kemudian tangannya mengulur pada kening Yuki. tak merasakan apa-apa, ia menempelkan keningnya pada kening Yuki. matanya tertutup, mencoba mendeteksi sesuatu yang dirasakan Yuki pada tubuhnya.Yuki sendiri terlihat linglung, dan gugup. Jelas saja, wajah stefan sangatlah dekat saat ini.
Stefan kembali mengerutkan keningnya. Ia tak menemukan gejala sakit pada diri Yuki, suhu tubuh gadis itu normal. Lalu apa yang membuat gadisnya itu merasa sakit.
“A.. apa ciuman tadi juga membuatmu sakit? Oh Tuhan.. maafkan aku. Aku.. jika kau merasa sakit, aku tak akan membiarkan tubuhku sedikitpun menyentuhmu,sayang.”
cercah Stefan bertubi-tubi, ia terlihat seperti seorang yang sangat depresi, hal itu membuat Yuki tak dapat menahan tawanya.DEG
“Issshhhh…” Yuki kembali mendesis sakit, tawanya tadi sepertinya membuat sesuatu diperutnya bertambah sakit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss or Death
Fanfiction"A dan Mora. Kau adalah A, orang yang membutuhkan, dan Yuki adalah Mora orang yang dibutuhkan. Karena kau di hidupkan dengan darah Yuki, kau akan selalu bergantung padanya. Dalam dirimu ada darahnya, dan itu akan berlaku untuk selamanya" membutuhkan...