Mata Stefan terbelalak kaget, saat menyadari Yuki berlari mendekat, namun... namun gadis itu menghampiri Max, bukan dirinya.
Mata Stefan terus mengikuti Yuki. baik ketika mata gadis itu yang tak lagi menatapnya, baik ketika gadis itu melangkah menuju samping Max. dan ketika gadis itu menatap Max penuh khawatir.
Dan anehnya sesuatu dalam diri Stefan mulai muncul, sesuatu yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Entalah ia sendiri bingung menggolongkan perasaannya ini pada rasa kesal, marah, emosi, tak terima atau.. lebih tepatnya cemburu.
"Ka..kau terluka." suara Yuki terdengar ketakutan.
Tentu saja, gadis itu sangat tak menyukai darah. Membuatnya ketakutan ketika melihat seorang pemuda yang meringis kesakitan dengan tangannya yang berlumuran darah, jelas membuat Yuki tak bisa menahan diri untuk tidak menolongnya.
Dilain sisi Max terdiam. Ia menatap Yuki dalam seolah menerawang wajah gadis dihadapannya ini. Ia seperti melihat sosok lain disana, Sosok yang sangat ia rindukan. Sosok lembut yang selalu memberikan kehangatan untuknya.
Dengan rasa takut Yuki mengambil tangan Max yang terluka itu, menatapnya penuh keseriusan. Seolah mendeteksi seberapa parah luka pada tangan pemuda yang bahkan tidak dikenalnya itu.
"Yuki...."
Yuki terlonjak kaget saat suara Stefan memanggilnya. Ia mendongak, menatap pemuda itu yang balik menatapnya dengan tatapan tidak terima.
"Apa yang kau lakukan?" suara Stefan terdengar berat, ia seperti sedang menahan emosinya.
"Dia terluka Stefan, dan dia membutuhkan pertolongan." kata Yuki lembut, matanya menatap Stefan meminta pengertian. kemudian beralih kembali menatap pemuda disampingnya dengan kasian.
Max yang ditatap seperti itu jelas akan marah. Ia benci mendapat tatapan simpati yang menyedihkan seperti itu. namun sepertinya kali ini hal itu tak terjadi. Ia malah seperti menikmati ketika mata teduh Yuki menatapnya dalam.
"Apa kau tak ingin mengobatiku?" tanya Stefan, ia sengaja menjulurkan sedikit tangannya kedepan agar Yuki juga dapat melihat tangannya.
Yuki terdiam sesaat, ketika tangannya yang sebelah meraih pergelangan tangan Stefan. Stefan memang terluka. Namun jelas lukanya tak separah Max. Yuki tak melihat darah pada tangan Stefan, hanya beberapa goresan kecil yang tercetak diatasnya.
"Sepertinya dia lebih membutuhkan bantuanku, Stefan." jawab Yuki penuh penyesalan.
Dengan lembut ia melepas tangan Stefan. Kedua tangannya kini membantu Max berdiri.
Stefan mengeram, tangannya mengcengram kuat. Jelas ia tak terima. Melihat Yuki lebih memilih Max dibandingkan dirinya, hal terburuk yang tak mau ia alami.
"Maaf."
Yuki menunduk takut saat melewati Stefan, bahkan perkataannya itu mungkin tak diketahui Stefan, jika lelaki itu tak melihat bibir Yuki yang berucap.
Yuki memang tak mau meninggalkan Stefan seperti ini. Ia jelas ingin menolong Stefan dibandingkan Max.
Tapi ketika melihat Max yang terluka, ia tak mungkin meninggalkan pemuda itu.
karena sejujurnya, Max yang terluka saat ini mengingatnya pada Stefan yang terluka waktu itu.
***
Yuki dan Max kini terduduk ditaman dengan Yuki yang sibuk mengobati luka Max.
dan Max... lelaki itu kini sibuk menatap Yuki, Ia terlalu asik menikmati wajah Yuki. wajah yang mengingatkannya pada sosok masa lalunya."Apa Stefan yang melukaimu?" tanya Yuki lembut, ia masih sibuk membalut luka Max. Max menatap Yuki singkat, lalu tersenyum kecil.
"Sepertinya dapat dikatakan begitu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss or Death
Fanfiction"A dan Mora. Kau adalah A, orang yang membutuhkan, dan Yuki adalah Mora orang yang dibutuhkan. Karena kau di hidupkan dengan darah Yuki, kau akan selalu bergantung padanya. Dalam dirimu ada darahnya, dan itu akan berlaku untuk selamanya" membutuhkan...