8.

4K 288 3
                                    

“Jika, kau tak menjadikan dia sebagai pelayan pribadiku, maka lebih baik aku menjadikan dia selirku, ayah.”

Kevin tak sadar menebalkan iris matanya. ia tak menyangka putranya bisa mengeluarkan kalimat seperti itu. tapi Kevin tau, Stefan hanya mengancamnya.

Ia tau benar watak putranya itu. Stefan tak pernah mengambil suatu keputusan dengan jalan pendek. Lelaki itu menuruni sifatnya, selalu memikirkan akibat dari semua tindakan yang ia buat.

Kevin berbalik, menatap seorang gadis disamping putranya. Gadis itu menunduk dalam, berusaha menyembunyikan wajahnya yang penuh dengan air mata.

Kevin yakin, jika gadis bernama Nasya itu mengangkat wajahnya. Kevin dapat melihat ketakutan yang dirasakan oleh teman anaknya itu.

“Lakukan jika itu maumu.” kata Kevin tegas, membuat Stefan semakin mengeraskan rahangnya.

Ia tahu benar, Kevin sedang mempermainkan pikirannya saat ini. Ayahnya pasti hanya ingin mencoba dirinya. Ia yakin itu.

“Lakukan jika itu maumu, tapi ingatlah. hati manusia bukan suatu tawaran Stefan.”

Stefan terdiam. Ia tahu benar maksud perkataan Kevin. Ia tahu hati siapa yang akan tersakiti jika ia menjadikan Nasya selirnya.

Lagipula, ia memang tak pernah berniat menjadikan Nasya selir. Ini akan melibatkan dua hati wanita dalam hidupnya.

Nasya, gadis yang ia cintai, dan Yuki gadis yang ingin ia lindungi. Stefan tak mau menyakiti keduanya.

Lagipula, menjadikan Nasya selirnya sama saja menyiksa gadis itu. dan juga Yuki. Stefan sendiri sudah berjanji tak akan menyakiti Yuki. Gadis itu bahkan terlalu baik untuk sekedar menjatuhkan setetes air matanya.

dan jujur stefan sangat nyaman menjadikan Yuki ratunya, dan ia tak cukup bodoh untuk melepas perasaan nyaman itu.

“Bagaimana Stefan, bagaimana keputusanmu sekarang?”

Kevin menatap Stefan tajam, bibir pria itu menampakan sebuah senyum kecil. Ia menunggu jawaban apa yang akan ia dengar dari penerusnya itu.

“Kau tentu yang paling tahu apa yang aku putuskan, ayah." stefan berkata pelan, namun tak kalah tegas. Membuat Kevin mengangguk pelan.

Matanya kini menatap Nasya, gadis itu kini tak lagi menunduk, ia kini menatap Stefan disampingnya dalam. Seolah menanyakan bagaimana keputusan Stefan tentang dirinya.

“Aku harap pemikiranku tak salah. Kau tak perlu menjadikan gadis ini sebagai selirmu. Kau tau, aku tak pernah membuat ibumu menderita karena ada selir dikehidupanku. Dan aku rasa kau juga akan bertindak demikian.” kata Kevin.

matanya kemudian beralih kembali pada Nasya, pandangannya seolah memaksa gadis itu untuk menatapnya.

“Dan untuk kau Nasya, aku senang karena selama ini kau telah menemani putraku. Dan kurasa itu cukup, ia sudah memiliki ratu sekarang. Lagipula aku tak mungkin membuang orang setia sepertimu. Kau tetap menjadi pelayan. Tapi bukan lagi pelayan pribadi anakku.”

Nasya terdiam. Ada sedikit kekecewaan disana. Mendengar Stefan ingin menjadikannya selir, ia sudah sangat bahagia. Ini seperti keberuntungan saat ia telah kehilangan keberuntungan sebelumnya. Tak masalah jika tak menjadi ratu, toh seorang selir juga membuat ia dapat selalu berada disamping Stefan.

Tapi kini, angannya itu seolah menguap tiba-tiba. Ia tetap menjadi pelayan, tapi ia bukan lagi menjadi pelayan pribadi Stefan. Yang artinya kemungkinan bertemu Stefan semakin sedikit, atau bahkan mungkin sudah tak ada lagi.

“Apa kau tak senang dengan keputusanku?” Kevin bertanya, membuat Nasya sadar dari lamunannya. Beberapa detik kemudian gadis itu tersenyum kecil.

Kiss or DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang