“Mungkin sekarang, aku bisa mendapatkan ciumanmu tanpa harus merasakan sesak nafas, Yuki.”
Yuki masih menutup matanya takut ditambah dengan perkataan Stefan tadi, kini tanpa ia sadari tubuhnya sedikit gemetar. Nafasnya naik turun, ketika ia merasakan deru nafas stefan yang kini menyatu bersama dirinya.
“Apa kau takut?” tanya Stefan pelan, namun terkesan tajam.
Ia menatap Yuki yang berada dibawahnya. Menunggu reaksi apa saja yang akan diberikan Yuki. gadis itu masih diam, bibirnya seolah ingin mengatakan sesuatu. Tapi semua itu ditahan akan sikap stefan. Sikap stefan yang membuatnya gugup dan mati kutu. Laki-laki ini bukan menyiksa Yuki dengan sesuatu yang kejam. Tapi laki-laki melakukannya dengan lebih terhormat. Hanya dengan pesonanya saja, Yuki sudah tak tau harus berbuat apa.
“Apa aku menakutimu?” tanya Stefan sekali lagi. Kali ini Yuki merasa berbeda dari nada biacara Stefan dengan sebelumnya. Perkataannya kali ini terkesan lembut.
Tak berapa lama, Yuki merasakan sapuan hangat tangan stefan pada pipinya. Tanpa Yuki duga, Stefan medaratkan sebuah kecupan lembut pada keningnya.
“Buka matamu, aku sudah berjanji tak akan menyakitimu, dan aku bukanlah seorang yang pengingkar.”
Yuki menurut, Perlahan ia membuka matanya. memaksa diri untuk menatap tepat pada iris mata Stefan. Iris yang selalu membuat ia kaku, namun bisa hangat disaat yang bersamaan. Dan sekarang pemilik iris itu tersenyum lembut. Membuat sekujur tubuh Yuki menjadi kaku.
“Kau tak perlu takut, untuk prosesi yang ketiga, kita tak perlu melakukannya. Lagipula kurasa bantuanmu sudah sangat cukup, dan jelas aku tak ingin merepotkanmu lebih jauh.”
Yuki diam, menelaah semua perkataan Stefan tadi. Tak perlu melakukannya? berarti tak perlu ada pembuktian bahwa ia dan stefan adalah raja dan ratu Zafasura sekarang?
Ia seharusnya lega bukan? tapi kenapa hati kecilnya berkata lain? Kenapa ada sedikit rasa kecewa dhatinya? kenapa pembatalan ini, seolah adalah penolakan telak dari stefan akan dirinya.
Yuki memilih diam. Menyimpan semua dalam suara hatinya.
“Bolehkan aku bertanya sesuatu padamu?”
Yuki menatap Stefan ragu, menunggu persetujuan lelaki itu. tak berapa lama, Yuki mendapat sebuah anggukan kecil dari kepala Stefan.
“Jika bukan aku.. siapa yang akan menjadi ratumu stefan?”
Entah apa yang Stefan rasakan ketika pertanyaan itu keluar dari bibir. Yang jelas, ia merasakan kesulitan sendiri untuk menjawabnya. Perlahan Stefan menatap Yuki dalam.Mencoba mencari lebih jauh pikiran gadis itu.
tapi nihil. Ia tak pernah bisa membaca Yuki. bahkan untuk pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh gadis itu.
Masalah ratu. Stefan sangat tahu, kepada siapa hatinya memilih. Hanya saja ia terlalu bodoh. Dan entah kenapa ia kini menjadi bingung dengan perasaannya sendiri. Apakah ia menyesal atas kebodohannya itu. atau ia patut bersyukur atas kebodohan yang ia buat itu.
“Aku tak tau. Tapi memiliki kau disampingku sebagai ratu sekarang, ku anggap sebagai ke beruntungan.”
Yuki mengangguk menanggapi perkataan Stefan. Dalam hati ia berpikir lain. bertemu stefan, penyakit aneh, ratu Zafasura. menurutnya hanya satu hal yang bisa membuat semuanya seperti ini. Dan jelas takdirlah yang mengambil tempat itu.
“Jadi maukah kau berjanji menjadi ratu Zafasura yang baik untukku?”
Entah kenapa kini jantung Yuki berdetak cepat. Perkataan Stefan memang merupakan ajakan kerjasama agar Yuki dapat membantunya. Tapi hati gadis itu menasfirkan yang lain. Hatinya menjadi hangat, jika berpikir ucapan stefan tadi adalah permintaan pada seorang gadis yang dicintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss or Death
Fanfiction"A dan Mora. Kau adalah A, orang yang membutuhkan, dan Yuki adalah Mora orang yang dibutuhkan. Karena kau di hidupkan dengan darah Yuki, kau akan selalu bergantung padanya. Dalam dirimu ada darahnya, dan itu akan berlaku untuk selamanya" membutuhkan...