"Katakan bahwa kau akan meninggalkan Stefan untukku."
Yuki tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Ada apa dengan Max, kenapa emosi pria itu selalu berubah-ubah dengan cepat. Beberapa detik yang lalu, Yuki masih bisa merasakan kesedihan yang lelaki itu rasakan, namun kini semuanya berubah. Max yang diliatnya kini sangat mengerikan.
Dengan tenaga yang dimilikinya Yuki berusaha melepaskan diri dari pelukan pemuda itu. Yuki berusaha membaca Max, tapi lelaki itu kini sulit ditebak.
"Apa maksudmu?" suara Yuki mulai melemah saat dirasakannya tangan Max yang mulai mengcengkram kuat pergelangan tangannya.
"Katakan bahwa kau mau menjadi milikku, meninggalkan Stefan dan menghancurkan lelaki itu seperti ia menghancurkan aku sekarang."
Max seperti kerasukan setan. Ia tak lagi mengontrol dirinya.
"LEBIH BAIK KAU MEMPERSIAPKAN NYAWA KEDUAMU, MAX!"
Yuki melihat Stefan disana, menatap kearahnya dan Max penuh emosi. Terlihat jelas rahang Stefan yang mengeras dan tangan lelaki itu yang mengepal kuat. Seolah kepalan itu siap mematahkan hidung Max dalam hitungan detik. Dan benar saja, detik berikutnya Yuki dapat melihat jelas, kepalan itu mendarat pada wajah mulus Max.
Perlekelahian itu tak dapat dihindari. seolah tak terima, Max menyerang balik dengan membabi buta, pemuda itu terus menyerang Stefan beruntun. Mencoba membalas lebam pada wajahnya.
Tak membiarkan itu Stefan terus berusaha menghindar, sesekali ia membalas serangan sepupunya itu.
Yuki sendiri terdiam. Bukannya ia ingin membiarkan kedua lelaki itu saling bertarung nyawa. Hanya saja ia terlalu takut. Ia terlalu takut untuk melerai mereka. Karena Yuki tau, semua pertarungan ini bukan hanya atas namanya. Ada suatu luka yang membuat Stefan dan Max, selalu ditakdirkan untuk saling mengalahkan.
Stefan dan Max terhempas bersama. Tak ada yang menang, dan tak ada yang kalah. Selalu begitu.
Yuki perlahan berjalan mendekati Stefan, mencoba membantu suaminya itu berdiri. Namun tanpa diduga, dengan penuh emosi Max menarik tangan Yuki. menghempaskan gadis itu seketika, sehingga tubuh mungilnya membentur lantai keras. Yuki meringis, dalam rasa sakitnya ia mendengar teriakan Stefan. Bahkan kini ia melihat dengan jelas, bagaimana Stefan mulai mengarahkan kembali pukulannya pada Max. Namun sebelum pukulan itu sampai...
Yuki merasakannya.
Ia dapat merasa dengan nyata sapuan bibir Max pada bibirnya. Lelaki itu menciumnya. Yuki berusaha merontak, namun Max jelas memiliki tenaga yang lebih besar dari gadis itu."AKKHHHH..."
Max menghentikan ciumannya, saat menyadari Stefan kini tergeletak tak berdaya.Kesempatan itu tak disia-siakan Yuki. dengan cepat ia mendorong tubuh Max menjauh. Tangannya menghapus bibirnya bergetar. Menghapus bekas bibir Max pada bibirnya.
Dengan cepat ia menghampiri Stefan. Pria itu tampak sesak nafas, tubuhnya meronta gila. Seolah tak ada satupun oksigen disekitarnya.
Stefan sesekali mencoba meraup udara yang ada, Namun semua itu tak membuat ia lebih baik. Tubuhnya kembali menejang, seolah tak ada satupun pasokan oksigen yang berada disekitarnya."ARRRRHHHHGGG.... SAKIT..."
Yuki tak dapat menahan tangisnya. Air mata gadis itu kini jatuh tepat mengenai wajah Stefan. Yuki kini mendapati dirinya merengkuh erat Stefan dalam pelukannya.Lalu dengan lembut bahkan sangat lembut, Yuki mengecup bibir Stefan.
Seolah dapat merasakan ciuman Yuki. Stefan menutup matanya erat. Membiarkan bibirnya menyatu bersama bibir istrinya. seolah sudah lama sekali, ia tak merasakan ketenangan ini. Ia menikmatinya. Ia menikmati kebersamaannya bersama Yuki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss or Death
Fanfiction"A dan Mora. Kau adalah A, orang yang membutuhkan, dan Yuki adalah Mora orang yang dibutuhkan. Karena kau di hidupkan dengan darah Yuki, kau akan selalu bergantung padanya. Dalam dirimu ada darahnya, dan itu akan berlaku untuk selamanya" membutuhkan...