10.

3.8K 284 9
                                    

Nina menajamkan pandangannya pada pemuda dengan jubah besinya. Pemuda itu tampak sibuk mengasah pedangnnya, Seolah bersiap menghunuskan pedang itu kapan saja.

Perlahan Nina mendekat, hati kecilnya memang tak menyukai lelaki itu.

entalah... pertemuan pertama yang menurutnya aneh dan menyebalkan membuat gadis itu tak segan memberikan cap buruk pada pemuda itu.

Namun jika naluri yang berbicara disini, Nina tentu harus menjauhkan semua gengsinya itu. Pemuda ini, dapat membantunya menyelamatkan Yuki dan Stefan. Tentu Nina tak mau kehilangan kesempatan untuk itu.

“Ehemm..” Nina berdehem, berusaha menarik perhatian pemuda itu. dan berhasil.

Pemuda itu berbalik sekilas membuat Nina tersenyum kecil, namun senyum itu menghilang ketika mendapati pemuda itu kembali menekuni pedangnya alias tidak memperdulikannya.

“Hey… apa kau tak pernah diajarkan sopan santun?” tanya Nina dengan matanya yang hampir keluar, tangannya ia topangkan pada kedua pinggangnya.

“Bukankah pertanyaan itu harus ditujukan padamu?”

Pemuda itu masih tak berbalik, namun nadanya terdengar seperti sindiran.

“Waktu itu aku dan kau bukanlah pihak yang benar. dan sekarang, jelas aku berada dipihak yang benar.” perkataan Nina berhasil membuat pemuda itu berbalik dan menatapnya tajam.

Tapi seperti api yang berkobar, pandangan Nina tetap fokus menantang. Persetan dengan rasa malunya, yang penting ia dapat membebaskan Yuki.

“Jadi apa maumu?” tanya pemuda itu tajam, pandangannya menatap tepat pada mata Nina, membuat gadis itu sedikit berdebar.

“Memperbaiki sesuatu yang salah, seperti... perkenalan ulang.”

Rizky tersenyum mengejek, membuat Nina menahan kepalan tangannya. Ini sudah menurunkan derajatnya sebagai gadis dengan ego yang tinggi. Dan jika pemuda dihadapannya ini melakukan sesuatu yang lebih menyebalkan, ia tak akan segan-segan merontokan semua rambut dikepala lelaki ini dengan salah satu mantranya.

“Baik, aku Rizky. Dan kau, Nina.” kata Rizky cuek. Tangannya yang sedari tadi memegang pedang, kini ia sarungkan kembali sabung kulit dipinggangnya.

Nina menahan nafas, ia harus bersabar pada sikap sombong pemuda Ini.

“Jadi, Rikzy. aku membutuhkan bantuanmu.”

“Ckk.. perkenalan yang tidak tulus.”

Kali ini Nina yang tersenyum kecil, ia tak menolak jika Rizky melemparkan kalimat seperti itu. karena memang sesungguhnya itulah tujuannya.

“Jadi?”

“Aku membutuhkanmu untuk menterjemahkan buku ini.” kata Nina, sembari mengeluarkan buku Amozura.

Rizky melirik buku itu sejenak, ia ingat pernah membaca deretan kalimat aneh dalam buku itu. dan buku inilah yang membuat ia menyimpulkan bahwa Nina adalah gadis yang aneh.

“Baiklah.” jawab Rizky enteng, dan membuat Nina bernafas lega.

"tapi..."

Rizky tersenyum licik, membuat Nina seketika menyadari tak semudah itu semua ini terjadi.

“Kalahkan aku dengan pedangmu, dan aku akan membacakan buku ini untukmu.”

Nina mengeraskan rahangnya. Sialan. Pedang? ia bahkan tak pernah berhubungan dengan benda tajam yang satu itu. jika ia diminta mengubah pedang menjadi bunga, tentu ia akan dengan senang hati melakukannya. Namun jika menghunuskan pedang pada orang lain, tentu itu adalah hal terburuk yang bahkan tak pernah ingin ia lakukan.

Kiss or DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang