Chapter 3: He's back disturbing us

10.2K 518 13
                                    

Kelvin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelvin

Hari ini aku akan menemani Kelvin berenang, anakku itu meminta belajar berenang meskipun umurnya sangatlah kurang untuk mengikuti kelas renang. Ditemani Mbak Elly, Kelvin berlari menghampiriku yang berdiri di depan rumah setelah memanaskan mobil.

I want to swim, Mami,” ujarnya dengan mengangkat wajahnya menatapku, matanya menatapku dengan begitu antusias.

“Memang Kelvin bisa berenang?” tanyaku mengangkat tubuhnya, sedangkan Mbak Elly memasuki peralatan yang sudah aku siapkan.

“Nanti Kelvin belajar,” ujarnya dengan cengiran. Inilah sifat Kelvin yang sangat identik dengan Al, dia selalu saja memiliki alasan yang banyak. “Mami,  Kung Awan,” tunjuk Kelvin dengan senang, aku pun membalik tubuh dan benar ucapan Kelvin kalau di sana berdiri Pak Awan dan Malik dengan senyuman hangat.

Entahlah sudah seminggu ini aku menghindar dari mereka yang sering mengunjungi kami, perasaanku terlalu takut jika mereka dekat dengan Kelvin dan akan memberitahu keluarga Al untuk mengambil Kelvin dariku. Aku masih khawatir akan hal itu, terlebih sejak dua tahun yang lalu keluarga Hutama itu katanya hilang bagai ditelan bumi.

“Permisi, Teh Irina dan Kelvin,” sapa Pak Awan dengan senyum hangat. Aku masih berdiri dan menyuruh Mbak Elly membuka gerbang, Kelvin masih kugendong dengan erat. Malik berjalan di belakang pak Awan, aku hanya tersenyum tipis dan tetap menggendong Kelvin meskipun dia telah menggerakan tubuhnya agar aku menurunkannya. “Mau ke mana atuh Kelvin?”

“Kelvin mau berenang, Kung,” jawab Kelvin dengan senang.

“Yah, Kung Awan baru saja mau ajak Kelvin mancing. Yaudah kalau gitu, Kelvin jangan jauh-jauh dari Mami ya,” ujarnya lagi seraya mengacak rambut Kelvin dengan pelan.

Aku hanya menatap sekilas ke arah pak Awan yang disertai senyum manis, lalu menatap Malik yang menghampiriku dengan tatapan tenangnya.

“Mungkin kamu berpikir kami akan mengambil Kelvin dari kamu, tapi itu sama sekali enggak akan terjadi. Karena Ayahku cuma ingin seorang cucu yang belum pernah aku kasih ke dia,” ujar Malik yang kini mencubit pipi Kelvin namun pandangannya melembut menatapku.

Apa aku harus percaya? Namun tatapan Malik sama sekali tidak meragukan ucapannya, terlebih hampir dua bulan aku tinggal di sini belum ada tanda-tanda seorang mata-mata yang mengawasiku dan Kelvin.

“Maaf,” ujarku pelan.

“Tidak apa-apa. Makasih ya sudah memperbolehkan Ayah bermain dengan Kelvin,” ujarnya lagi.

Setelah Pak Awan dan Malik pamit pergi, aku langsung memasuki mobil bersama dengan Kelvin dan Mbak Elly yang aku ajak. Wajah penuh antusias Kelvin membuatku tersenyum, terlebih ini pertama kalinya bagi Kelvin berenang di tempat umum karena aku jarang mengajaknya ke tempat umum. Kami harus menempuh perjalanan hampir satu setengah jam karena harus ke kota,  Kelvin pun tertidur. Aku memandang wajah Kelvin yang benar-benar tampan, aku akui jika Kelvin adalah copy paste Al, dari rambutnya yang berwarna cokelat, tatapan biru yang begitu tajam namun meneduhkan serta sikapnya dan aku hanya memberinya warna kulit berwana putih dan mata biru.

Forever Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang