Pagi cerah menyambut Al dengan begitu terik, namun tak menurunkan semangatnya bertemu dengan Kelvin. Hari ini akan ia manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk bersama putranya, mungkin tak akan ada lagi kesempatan kedua untuknya. Berbagai kegiatan yang sudah terpikir dalam otaknya semakin membuatnya bersemangat, bahkan ia sampai menunda pekerjaannya hari ini dan membuat sekretarisnya kalang kabut dengan tindakan atasannya. Mobilnya kini tiba di sebuah rumah besar yang selama ini menjadi tempat Kelvin dan Irina tinggal, mesin mobil berhenti dan langkahnya keluar dengan melepas kacamata hitam yang sejak tadi melindungi mata cokelat beningnya.
Al menghampiri Kelvin yang sedang duduk di ruang tamu dengan berbagai mainan yang ia dapatkan, sudah dua hari setelah keluar dari rumah sakit kondisi Kelvin semakin membaik terlebih paru-parunya yang kini berjalan normal.
"Hai El!" sapanya begitu santai, kedua tangannya menggenggam pundak mungil Kelvin. Kedatangannya berbarengan dengan Irina yang baru saja keluar dari dapur dengan membawa susu untuk Kelvin, wajahnya terlihat santai dan tak ada pancaran benci yang dulu ia lihat.
Kepala Kelvin langsung menoleh, kedua alisnya menaik sebelah menatap Al. "Kelvin, Om. Bukan El," protesnya menatap Al.
Al tersenyum miris, Kelvin masih memanggilnya dengan sebutan Om. Namun ia tetap menerimanya, mungkin belum waktunya Kelvin memanggilnya dengan sebutan yang layak. "Om panggilnya El aja ya?" matanya menatap Kelvin dengan begitu memohon, membuat Kelvin mengangguk pasrah. "El lagi main apa?" lanjutnya.
Kelvin langsung menunjukan mainannya, sebuah alat musik yang akan mengeluarkan berbagai macam suara jika ditekan tombol berbentuk hewan atau nada. Sedangkan di tangannya ada sebuah botol susu yang masih menempel di mulut Kelvin.
"El suka mainan apa?" tanya Al menatap Kelvin yang kini menatap Al dengan mata berbinar.
"El suka main ini, Om," ujar Kelvin mengambil mainan yang sempat ia sembunyikan dari Irina.
Al melihat mainan yang ditunjukkan Kelvin, senyumnya terukir dan ia tak tahu harus senang atau malah terharu melihat Kelvin menunjukan sebuah mainan plastik berbentuk spatula.
"Ini kan mainan anak perempuan, kenapa El suka ini?" tanyanya.
Dengan menatap spatula itu Kelvin berkata, "Karena mami masakannya enggak enak Om," ujarnya.
Mendengar ucapan jujur Kelvin membuat Al tak bisa menahan ketawanya, kepalanya menoleh dan menatap Irina yang sudah menutup wajahnya dengan kedua tangan. Irina langsung memberi tatapan sinis saat Al menatapnya, hingga tawanya tertahan.
"El mau ikut Om enggak?" tanya Al setelah berhenti tertawa.
"Ke mana om?" wajah Kelvin terlihat antusias.
"Jalan-jalan"
👨
Al tak ingin melepaskan Kelvin dengan berjalan, karena tempat ini bukan yang tepat untuk Kelvin berkeliaran, hingga akhirnya ia memakai kereta dorong mengunjungi Seaworld yang terlihat sepi. Kelvin sangat antusias melihat berbagai binatag air di sebuah akuarium besar, ia meminta Al untuk turun dari kereta dorong, beruntung Al membawa suster yang siap membantunya.
Mata biru Kelvin yang aneh terlihat berbinar bahagia melihat kura-kura yang besar hingga ia tak ingin berpindah, dengan bujuk rayu yang Al keluarkan akhirnya Kelvin mau mengikutinya. Tak hanya itu saja, terkadang Al harus menjawab berbagai macam pertanyaan Kelvin yang cukup banyak."Om, layang-layang!" seru Kelvin membuat Al mengikuti arah telunjuk Kelvin.
Al terkekeh. "Itu ikan pari, El. Bukan layang-layang," jawabnya.
Kelvin menatap Al bingung, seakan ia siap berargumentasi panjang padanya. "Layang-layang ganti nama Om?" tanyanya dengan polos, Al yang gemas akhirnya menyejajarkan tubuhnya menatap El.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Mine
Romance[[ Hutama Family-season 3 ]] SQUEL REIS Setelah tiga tahun meninggalkan Indonesia, akhirnya Irina kembali bersama putra satu-satunya yang ia cintai. Mencoba melupakan luka dan masa lalu yang pernah terjadi ketika menginjakkan kakinya, melupakan Al y...