Irina membawakan minuman serta beberapa cemilan yang ia buat, Kelvin sedang berlari mengambil bola bersama Mario yang pagi ini memilih libur dan bermain dengan Kelvin. Charlotte pun kembali ke asalnya bersama sang suami dan akan kembali bulan depan jika tidak ada halangan.
"Mainnya 5 menit lagi ya!" teriaknya hingga membuat Kelvin dan Mario menengok serta mengacungkan jempol mereka kearahnya.
Ia tersenyum dan duduk di teras, melihat kedua orang yang asik mengejar benda bundar tersebut. Kelvin berlari menghindari Mario, mungkin jika rumah tangganya tidak gagal, Mario akan tergantikan dengan sosok Al yang menjadi teman serta ayah bagi Kelvin. Tak hanya itu, mungkin hidupnya akan bahagia, melihat dua orang yang ia cintai tertawa bahagia setiap hari.
Lagi Irina memikirkan hal yang seharusnya ia buang jauh-jauh, seharusnya ia tidak memikirkan hal tersebut apalagi menggantikan Mario dengan Al yang sungguh jauh berbeda di keduanya. Mario yang begitu dewasa memang sosok yang sangat pas bagi single parent seperti Irina, Mario bisa memposisikan dirinya sebagai ayah pengganti bagi Kelvin. Tapi jika Irina menginginkan pernikahan kembali, bukan waktu yang tepat saat ini, hatinya belum siap menerima Mario terlebih kemungkinan menyakitkan akan ia terima, lebih baik seperti ini.
"Kamu mikirin apa?" pertanyaan itu membuat Irina sadar, Mario tengah berdiri di hadapannya dengan meminum susu hangat buatannya.
"Enggak ada," Jawabnya cepat lalu ia bangkit. "Sini El minum susunya!" serunya.
Mario menatap Irina yang mengelap keringat Kelvin, dengan canda keduanya membuat Mario tersadar keinginan bergabung diantara mereka semakin menguat. Dia ingin setiap hari berada di sekitar mereka, menjaga mereka.
"Om, ayo!" terdengar ajakan Kelvin yang kini memakai kaus dalam saja, melihat itu membuat Mario berniat membuka bajunya juga karena basah oleh keringet.
"Eits! Mau ngapain?" tanya Irina dengan waspada.
"Gerah, udah lama enggak olahraga jadi banyak banget keringetnya," ujar Mario dengan santai dan meneruskan melepas bajunya, tanpa peduli reaksi Irina yang kini menutup matanya.
Tubuh tegap serta punggung kuat itu kini terpampang, apalagi perut Mario yang tidak jauh beda dengan Al membuat Irina membuang mukanya.
"Gapapakan aku buka?" tanyanya dengan jahil.
"Inikan rumah orang, kamu harusnya sopan dong. Jangan telanjang gitu!" jawab Irina dengan salah tingkah.
"Astaga, Ir! Bikin gemes aja," Mario yang tak bisa berkata apa-apa dengan tingkah Irina, dengan jahilnya mencubit kedua pipi Irina dengan gemas dan memberikan kecupan di bibirnya.
*
Seharusnya ia tidak di sini, sebelumnya Irina pun sudah berkata jika hari ini Kelvin akan bersama Irina seharian tapi apa boleh buat rasa rindu tak pernah puas untuk Kelvin. Namun resikonya seperti saat ini, dia melihat Mario mengecup bibir Irina meskipun singkat. Demi amanat dari sang Mama, Al memasuki rumah Irina dengan mengatur nafasnya.
Ia mengambil barang yang dititipkan sang mama di kursi belakang, sebelumnya ia dapat melihat mimik wajah kaget Irina saat mobilnya memasuki perkarangan rumah sedangkan kelvin tetap asik bermain bola dengan Mario.
Baru saja Al menutup pintu mobilnya namun Irina telah berdiri di belakangnya, wajahnya penuh waspada.
"Aku udah bilang -"
Tak ingin mendengar ocehan Irina, dengan lancang Al mengecup bibir Irina singkat. Dan tak perlu waktu lama, pipinya pun merasakan perih. Irina menamparnya saat ia mengecup bibir Irina, niat Al melakukan hal itu untuk menghilangkan bekas kecupan Mario seperti janjinya dulu tak boleh seorang pun menyentuh Irina.
"Sialan!" Al langsung mendorong tubuh Irina memasuki mobilnya, ia butuh bicara dengan Irina. Biarkan Kelvin bermain dengan Mario, biarkan semua yang terjadi hari ini sebagai jawaban Al dan ketetapan hati Irina.
Al menyalakan mobilnya meninggalkan rumah Irina, pintu mobil sudah terkunci otomatis namun Irina masiih bersikukuh membuka mobil di saat Al membawa dengan kecepatan kencang. Melihat tingkah Irina yang tidak berhenti, akhirnya Al menepikan mobilnya lalu ia menarik tangan Irina untuk bersandar di kursi dan ia memakaikan Irina sabuk.
"Lepasin gue!" pekik Irina dengan marah.
"Gue butuh waktu berdua dengan lo!" Balas Al tak kalah sengit.
"Kalau gitu enggak perlu kaya gini -"
"Lo harus diginiin, sifat keras kepala lo bakal kalah sama kegilaan gue Rin," tukasnya lalu ia menghela nafas pelan, tidak mungkin ia membawa Irina jauh disaat kedua otak mereka sedang emosi.
Al kembali menatap Irina dengan sayu, ia berharap Irina masih bisa memahami sikapnya. Irina pun menghela nafas pelan, ia tau apa yang sedang dirasakan keduanya, hubungan yang jauh dari kata akur membuat mereka sedikit sensitif namun ini saatnya pula ia mengusir Al daari hidupnya.
"Mario minta hubungan seriuskan? Bukan sekedar sahabat atau teman kerja?" tanya Al pelan.
"Kenapa lo mau tau?" Irina tanya balik dengan wajah menantang.
"Kenapa sama Mario -"
"Dan kenapa lo sama Sandra?" sela Irina dengan emosi, pertanyaan Al membuat emosinya tersulut.
"Aku minta maaf, Rin, aku tau maaf tidak akan mengubah segalanya tapi kita bisa memulainya dari awal. Beri aku kesempatan untuk memperbaiki semua, hubungan kita," jelas Al
"Enggak semudah itu Al, lebih baik kamu menjalin hubungan hanya dengan Kelvin bukan denganku. Ini keputusan kita sejak bercerai, aku sama kamu tidak ada lagi sangkut paut kecuali untuk perkembangan Kelvin," ujar Irina tenang.
Al bersiap untuk menyela ucapan Irina, namun sebuah tatapan biru yang sangat lurus menatapnya membuat bibirnya tak bisa bergerak dan mengeluarkan suara.
"You can't undo what's been done. it's done," lanjutnya.
Al menatap mata biru yang memancarkan ketegasan itu, kalimat yang baru diucapkan Irina telah jelas. Perceraiannya tetap menjadi perpisahan yang tidak pernah ia inginkan, namun itulah jalan terbaik bagi keduanya apalagi bagi Irina.
Irina mengucapkan kalimat yang tak sengaja teringat dari serial disney Brother Bear yang pernah ia tonton bersama Kelvin. Kalimat yang cocok untuk menjelaskan semua pada Al, semua akan terus berjalan tanpa harus mengembalikan yang telah berlalu.
Tapi seharusnya Irina tahu apa yang ia rasakan, meskipun mereka telah bercerai bahkan kisah yang belum sempat terukir indah dengan hadirnya Kelvin, cintanya akan selalu sama terhadap Irina sebesar apapun itu dan sejauh apapun itu.
*
Entah minuman yang keberapa yang Al tenggak ke dalam tenggorokannya, bahkan ia langsung melarikan diri ke puncak menyusul keberadaan sepupunya sekaligus junior di kuliahnya dulu. Megan, anak dari tante Rara.
"Astaga Al, ayolah lo jangan lemah gini! Cewe tuh pengennya diperjuangin bukan malah dibiarin gini." seru Megan dengan Kesal.
"Lucu lo Gan, Irina tuh udah jadi wanita. Wanita terindah sejak kita high school," Racau Al dengan memainkan gelas minumnya.
"Ya...ya... whatever!" ujar Megan malas, jadwal datenya malam ini harus tertunda karena kedatangan sepupunya yang tanpa kabar langsung masuk rumahnya dan betapa menyebalkannya kedatangan Al di saat dia siap di jemput dan harus membatalkannya.
"Dengan lo begini, malah Irina semakin deket sama Mario! Lo harus tetep deketin dia walaupun dia bilang lo pergi jauh," ujar Megan lagi.
"Elo ada benernya juga. Oh ya ngomong-ngomong minggu depan Sean ulang tahun, lo harus dateng ya!" ujar Al yang kini bangkit meskipun setengah sadar.
"Lagi-lagi berurusan sama orang mabuk," keluh Megan yang dengan malas mengangkat tubuh Al yang tergeletak pingsan di lantai
*
"Meg, Gue nginep sini lagi ya" ujar Al dengan memohon."No!" pekik Megan dengan tegas. "Lo harus kejar Irina, sekarang!" lanjutnya.
Al tersenyum kecut mendengar hal itu. "Kisah gue udah berakhir, Meg. It's Over at all."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Mine
Romance[[ Hutama Family-season 3 ]] SQUEL REIS Setelah tiga tahun meninggalkan Indonesia, akhirnya Irina kembali bersama putra satu-satunya yang ia cintai. Mencoba melupakan luka dan masa lalu yang pernah terjadi ketika menginjakkan kakinya, melupakan Al y...