Chapter 2: Who are you?

9.8K 573 23
                                    

Sudah hampir sebulan Irina tinggal di rumah lamanya, renovasi yang dilakukan sudah selesai namun furnitur yang ia beli sebulan yang lalu tak kunjung datang, dengan segera ia menghubungi toko tersebut. Ia berjalan keluar untuk mendapatkan signal yang bagus, selama menunggu panggilan tersambung Irina melihat jalanan depan rumahnya sepi tidak seperti biasanya yang ramai dengan tukang sayur keliling.

"Pagi Teh," ujar seorang ibu yang dia ingat tetangganya.

Irina hanya tersenyum karena panggilannya sudah terhubung.

👨

Abri baru saja tiba di cabangnya yang berada di Bogor setelah sebulan ia menunda pekerjaannya karena harus berlibur bersama keluarganya, saat memasuki ruangannya ia langsung disambut dengan deringan telpon yang berbunyi nyaring. Suara seorang wanita langsung terdengan dari seberang sana, suara itu tak asing bagi Abri terlebih nada kesal yang terlontar.

"Maaf ini dengan Ibu siapa? Nanti akan saya check," ujar Abri dengan sopan.

"Atas nama Irina Dendrobium. Tolong secepatnya kirim barang saya!"

Panggilan tersebut terputus secara sepihak membuat Abri terdiam atau mungkin sejak wanita itu menyebutkan nama atas barang yang dibeli pada tokonya, setelah lama ia mencari keberadaan wanita itu akhirnya ia menemukannya sebagai pelanggannya. Membeli barang dagangannya dengan harga yang fantastis hingga persediaan untuk cabang di Bogor habis dibeli olehnya.

"Aku enggak nyangka, ternyata kali ini Tuhan mengabulkan doaku," ujarnya dengan senang. Tanpa menunggu lama ia langsung meminta alamat yang pelanggan yang baru saja komplain, namun kali ini ia menyunggingkan senyum yang sangat jarang ia tampilkan.

"Saya akan ikut mengantar," ujarnya setelah melihat barang yang dipesan sudah siap dikirim.

👨

Irina memandang tubuh Kelvin yang sedang bermain di ladang milik pak Awan, membiarkan baju anaknya itu kotor karena lumpur sedangkan Pak Awan dengan baik hati menganggap Kelvin seperti cucu baginya.

"Aku tidak pernah lihat Bapak sebahagia itu," ujar Malik yang tiba-tiba saja datang mengejutkan Irina.

Malik langsung duduk di samping Irina yang sedang bermain tab juga ada sebuah kamera SLR di sampingnya, ia menatap Kelvin juga bapaknya bergantian. Kelvin, bocah kecil yang sudah sebulan lebih tinggal di desanya sudah mencuri hati sang bapak begitu pula dengan Maminya yang sudah mencuri hati Malik sejak kejadian tabrakan itu.

"Kamu wanita hebat ya? Bisa besarin Kelvin hingga sekarang," puji Malik, Irina hanya tersenyum simpul. "Semoga suami kamu bahagia di sana," tambah Malik lagi, kini raut wajah Irina terlihat bingung dengan ucapannya.

"Alexander Hutama meninggal bukan? Saat kecelakaan tiga tahun yang lalu," tanya Malik mencoba mengungkit kejadian mengenaskan yang diberitakan seluruh stasius televisi swasta.

Irina menggelengkan kepalanya, ia sama sekali tidak tahu. Bahkan selama ia pergi mengasingkan diri ke Belgia, Al sama sekali tidak mencarinya bahkan dua bulan setelah kepergiannya hanya Mama Luna yang mencari keberadaannya, itu pun tidak lama. Setelah itu, ia tidak lagi mendengar keluarga Hutama bagaikan ditelan bumi. "Aku tidak tahu."

Malik mengulurkan tangannya untuk mengajak Irina ke suatu tempat, sekilas Irina melihat Kelvin yang masih asik bermain dengan Pak Awan dan tidak menyadari kepergiannya. Malik membawanya ke salah satu rumah yang berisi seorang gadis muda, bahkan cantik dengan wajah putih alami.

Wajahnya terlihat terkejut, kedua bola matanya membulat melihat Irina dan Malik yang berdiri di rumahnya. Ia mengambil nafas dalam-dalam lalu senyum lebar terukir di wajahnya. "Kak? Inikan model itu ya?" tanya gadis itu dengan tidak percaya.

Forever Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang