Chapter 12: Affair

6.2K 331 13
                                    

"Cie bujang lapuk." Sebuah sindirian dari wanita muda terdengar ketika melihat adiknya baru saja memasuki rumah, namun tiba-tiba matanya terbelalak kaget melihat adiknya membawa seseorang di belakangnya. "Eh bawa siapa itu? Gebetan baru nih ye," sambungnya dan mulai menggoda adiknya, namun dengan stay cool Mario hanya diam tanpa meladeni ucapannya.

Irina hanya bisa mengikuti langkah Mario memasuki sebuah rumah megah itu, hari ini ia diundang hadir makan siang oleh keluarga Mario. Meskipun terasa aneh namun ia tetap menetapi janjinya pada Mario, karena perlahan ia sudah memulai membuka lembar baru dengan pria tersebut. Kakinya mulai masuk dalam wilayah kekuasaan keluarga Soedibyo yang sedang berkumpul di ruang keluarga, matanya menatap wajah di hadapannya dengan senyum ramah.

"Mom kira kamu tidak akan datang," ucapan itu keluar dari wanita yang melahirkan Mario, Akifah Alfiana Rosebud. Wanita yang menjadi istri pengusaha tambang tersebut langsung memeluk putra bungsunya dengan erat.

"Mom..." desis Mario mengingatkan sang Mommy jika ada seseorang yang melihatnya. Ifah pun melepas pelukannya dengan malas, lalu matanya menatap sosok wanita.

Tatapan terkejut terlihat jelas di mata yang memiliki garis di ujungnya. "Mantan istrinya Al kok bisa sama kamu?" tanya Ifah terkejut melihat Irina yang berada di belakang Mario, dengan tersenyum kikuk Irina menatap Mario dan Ifah secara bergantian.

Tak ada jawaban dari Mario atau Irina untuk pertanyaan Ifah, mereka lebih memilih diam dan membiarkan keheningan penuh tanya melingkupi mereka. Namun tak lama, Ifah memilih untuk meninggalkan mereka berdua. Mario tersenyum menenangkan Irina yang terlihat canggung, ia menggenggam tangan Irina dengan erat. Sorot mata yang terlihat penuh maksud, bisa Irina tangkap dengan jelas dari mata Mario.

"Ayo kita makan siang!" sebuah ajakan dari ruang makan terdengar, Irina menengokkan kepalanya untuk melihat pemilik suara.

Irina tersenyum mengikuti langkah Mario menuju meja makan. Makan siang yang terasa hangat dan terbuka bisa Irina rasakan, terlebih Devin dan Caca yang pernah Irina temui di Moskow beberapa tahun yang lalu.

*

Kelvin Memeluk erat leher Al saat memasuki sebuah rumah yang telah lama tak ia kunjungi, suara pekikan anak kecil terdengar semakin mendekat ke arahnya dan semakin membuat Kelvin mengeratkan pelukkannya serta tatapan takut menatap Al.

"Tidak apa-apa, El pasti suka di sini." Sebuah senyuman Al berikan pada putranya untuk tidak terlalu takut dan Kelvin menjawabnya dengan sebuah anggukan.

Al mulai memasuki rumah yang terlihat ramai, entah sudah berapa lama ia meninggalkan rumah masa kecilnya ini hingga ia begitu merindukan suasana kekeluargaan yang hangat. Namun pekikan yang sejak tadi ia dengar menjadi semakin dekat, hingga sebuah pelukan ia rasakan di kakinya. kepalanya menunduk untuk melihat pelukan tersebut, sebuah senyuman langsung terukir di wajahnya.

"Papa!" panggiilan menggemaskan itu mampu membuat Al menghangat, ia berjongkok tanpa melepas gendongan Kelvin. Salah satu tangannya mengusap puncak kepala bocah tersebut, mencubi pipi gembilnya dengan gemas.

Kelvin ikut menatap bocah tersebut, pandangannya terlihat tidak suka karena ia selama ini ia sangat sulit berteman dengan anak seumurannya. Al menurunkannya hingga berdiri di samping bocah yang memanggilnya Papa.

"Siapa Dia?" tunjuk bocah itu ke arah Kelvin.

"Dia El, kamu baik-baik ya sama dia."

*

Irina mengelap mulutnya dengan tisu, acara makan siang itu telah selesai dan kini tinggal berbincang lebih panjang lagi dengan keluarga Mario. Tanpa terasa tangannya di genggam oleh Mario, ia menatap mata pria itu yang terlihat khawatir sejak mereka menyetujui untuk bergabung makan siang hari ini yang seharusnya diisi meeting dengan klien.

Forever Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang