Chapter 2 "Good, I Love You Too"

3.8K 204 5
                                    

Justin dan Letty keluar dari sebuah plaza dengan tangan penuh kantong belanjaan. Letty merasa sangat diberkati ia dipertemukan dengan Justin di Miami, seorang selebriti Hollywood yang baiknya tiada tara, membelikannya bertumpuk - tumpuk baju, memperbolehkannya tinggal di apertemen, astaga. Rasanya Letty merasa banyak berhutang, dan dia tidak suka itu.

Bayangkan jika seandainya yang ditemui Letty adalah seorang berandalan bengis yang ternyata suka berganti - ganti wanita. Atau yang ditemuinya adalah seorang maniac sex, Letty bergidik membayangkan hal itu. Jika dia tidak bertemu Justin, mungkin dia sedang berada di klub, menjual tubuhnya untuk bertahan hidup. Mengerikan. Tapi apa yang kau harapkan dari seorang gadis jalanan?

Mereka menyebrangi lahan yang luas, untuk sampai ke mobil Cadillac Justin. Justin tidak menggunakan Skyline-nya, karena menurut laki - laki itu, Skyline hanya akan menarik perhatian orang - orang. Apalagi Beliebers, yang benar - benar mengenali mobil cowok bermata karamel itu. Mereka masuk kesebuah Cadillac klasik dengan warna kayu jati yang teduh, dan mobil itu langsung melesat kejalan raya.

Suasana mobil itu hening. Hanya terdengar siaran radio berisi musik - musik klasik dan decitan rem yang bergesekan dengan aspal.

"Bicaralah" ucap Justin tanpa menatap Letty, jujur, ia tidak suka keheningan. Keheningan membuatnya gugup, dan Justin Bieber tidak pernah terlihat gugup didepan seorang wanita.

"Oke."

Lalu hening lagi. Sudah? Hanya itu saja? Hanya tiga huruf, satu kata singkat. Oke. Geez, bukankah ada perbedaan besar antara berbicara dan mengucapkan satu kata?

"Ceritakan tentang hidupmu" Justin masih tidak menyerah.

"Nothing special, membosankan." Letty berucap sambil memperhatikan kuku - kukunya. Seolah Justin tidak ada disana. Apakah kuku - kuku dijemarinya jauh lebih tampan dibanding Justin? Atau Justin tidak cukup menarik?

"Aku serius, Fillard" Pria itu mendengus kesal. Membuat Letty -akhirnya- menoleh kearahnya sambil mengangkat alis. Tapi toh gadis itu tetap menceritakannya.

"Aku lahir di Vegas. Ayah dan Ibuku bercerai saat umurku 5 tahun. Mereka menitipkanku pada Kakek, tapi Kakek meninggal saat aku berumur 16 tahun." Letty berujar dengan nada yang monoton. Datar, seolah dia tidak merasa sakit mengingat - ingat masa kelamnya. Bahkan Justin yang meringis mendengar cerita singkat Letty.

"Hanya itu?"

"Sudah kubilang hidupku membosankan." Membosankan? Justin pikir kata membosankan lebih bagus diganti menyedihkan. Seorang gadis seperti Letty, harusnya berada di televisi sekarang. Menghadiri interview atau menerima tawaran main film, menjadi cover majalah bergengsi dan dikenal semua orang dipelosok dunia. Bukannya menjadi gadis jalanan yang menggantungkan hidupnya pada balapan liar. Letty terlalu cantik dan terlalu..lembut, untuk berada di dunia gelap dan keras seperti saat ini.

"Bagaimana dengan hidupmu?" Gadis berambut cokelat itu menatap Justin. Membuat Justin tersenyum manis.

"Menakjubkan." Justin menjilat bibir bawahnya. "Aku punya kedua orang tua yang menyayangiku -meskipun mereka sudah bercerai-, adik dan kakak yang memiliki sifat melengkapi satu sama lain. Kristen yang dingin, perkasa, dan penguasa diimbangi dengan Leona yang gemulai, lembut, cerewet, dan keibuan. Lalu aku punya Beliebers, yang menyayangi dan mendukung apapun yang kulakukan."

"Termasuk terjun ke dunia gelap dan vakum dari dunia keartisan?" Justin tersentak. Baiklah, apakah ayah dan ibu Letty adalah seorang cenayang? Letty terkikik melihat respon Justin yang langsung gusar.

The Fast And Furious of Justin BieberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang