" I got her" suara disebrang telepon terdengar ditelinganya. Membuat si penerima tersenyum mengangkat satu sudut bibirnya. Lalu berucap lembut.
"Oke, katakan ciri – cirinya." Lalu hening, dan beberapa menit kemudian terdengar lagi suara berat khas orang kulit hitam.
"Rambut cokelat, mata hitam, tinggi-"
"Jangan main – main. Banyak sekali gadis berambut cokelat dan bermata hitam dimuka bumi sialan ini." Pria itu meneguk ludahnya mendengar ucapan sang bos yang mengancam.
"Dia terlihat seperti dia." Deg. Sosok itu menegang, lalu meremas tumpukan kertas yang ada dipangkuannya.
"Akan kuhubungi kau lima belas menit lagi. Give me her name."
***
Pesta pertunangan Taylor dan Ed berlangsung satu hari penuh. Dari siang hingga malam dengan tamu yang silih berganti dan hidangan yang silih berganti pula. Joe Crowd, yang tidak terbiasa dengan sampanye dan jas hanya memandang sebagian orang yang tengah berdansa dengan romantis. Joe hanya meneguk sampanye-nya perlahan, lalu memandang Kristen yang tengah berbicara dengan salah satu artis Hollywood terkenal, Jennifer Lawrence. Joe membisikkan sesuatu pada telinga Kristen. Lalu gadis itu mengangguk membiarkan Joe berjalan menikmati pesta sendirian.
Laki – laki itu menghembuskan nafasnya, lelah dengan segala kemewahan yang ada disini. Ia ingin pulang. Tapi tentu saja dia tidak bisa membiarkan Kristen sendirian. Joe berjalan ke sofa disudut ruangan. Dia duduk lalu memejamkan matanya berusaha menikmati lagu lembut yang mengalun. Baru beberapa detik Joe memejamkan matanya, dia merasakan sofa itu bergerak, membuatnya tersentak spontan membuka matanya.
"Reeny Jhonson?" Bola mata Joe rasanya ingin keluar begitu melihat Reeny dalam balutan gaun hitam yang seksi sedang tersenyum dingin padanya. Wanita itu meneguk red wine-nya lalu berujar.
"Brian Hood?" Joe mendengus.
"Nope, Joe Crowd." Reeny mengangguk – angguk lalu menatap gelasnya sesaat. Gadis itu memiringkan gelasnya membuat cairan merah bening itu ikut bergoyang seiring gerakan gelas tinggi digenggaman wanita itu.
"Red wine terlihat seperti darah ya," Reeny menjilat bibirnya. "Kau tahu, aku jadi membayangkan bagaimana rasa darah seseorang." Apa? Apa katanya? Wanita ini ingin merasakan darah seorang manusia? Dia gila atau dungu atau apa? Joe menggigil mendengar ucapan wanita itu yang terdengar..sinting? atau terdengar seperti ucapan psikopat? Reeny tertawa kecil dengan seringainya.
"Kau gila."
"Yes I am," Reeny menatap mata Joe dengan tatapan licik yang kental membuat pria itu mewanti – wanti. "Kadang menjadi gila itu menyenangkan," Reeny memainkan mata hjaunya lalu terkikik.
"Bagaimana bisa kau ada disini?" Joe memilih mengganti topik pembicaraan.
"Aku kenal Ed, he is my oldfriend," Reeny mengangkat bahunya santai. "Dan kenapa kau bisa ada disini?" tanyanya kemudian tanpa menatap Joe.
"Karena Kristen diundang, kau pikir apa lagi?"
"Yayayaya, gadis pirangmu itu," Reeny menatap Kristen yang sedang berbicara dengan Jennifer lekat – lekat, gadis itu meneguk wine-nya lagi. Lalu berkata, "Kau tidak cocok dengannya." Joe tertawa membuat Reeny menatapnya dingin.
"But I love her," sergahnya sambil memandang Kristen yang tertawa. "I love her, and I don't fucking care about you stupid opinion." Reeny tertawa keras mendengar ucapan Joe, membuat pria itu mengernyit heran. Apanya yang lucu? Dia hanya mengatakan yang sebenarnya. Joe benar – benar tidak peduli apa yang orang katakan tentang hubungannya dengan Kristen. He loves her, and she loves him. Adakah yang menjadi alasan untuk mereka agar tidak bersatu?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fast And Furious of Justin Bieber
FanfictionJustin Bieber. Siapakah orang dungu yang tak kenal dengan pria tampan nan macho ini? Bukankah Justin Bieber mempunyai miliaran fans yang tersebar dimana saja? Dengan wajahnya yang tampan, kharismanya yang luar biasa, serta suaranya yang bagai desau...