Chapter 9

2K 137 0
                                    

BA: Nothing special, tp ada beberapa kode disini. Wgwgwgg.

Play: Christina Perri feat Steve Kazee – A Thousand Years

"Sometimes, we are like stars, we fall to make someone's wish come true."

Sang surya baru saja terbangun dari tidurnya, dia melihat bulan sudah tenggelam mempersilahkannya untuk berganti siftt, sang surya pun beranjak dari kemalasan, berbagi kehangatan pada penduduk diseluruh dunia. Termasuk Miami, Florida. Sinarnya yang hangat membakar lembut masuk tanpa permisi melalui celah – celah jendela setiap rumah ataupun gedung bertingkat di Miami. Membuat penduduk – penduduk terbangun dan bersiap – siap menantang hidup mereka.

Berbeda dengan penduduk yang baru saja terbangun, Dolyn Owen sudah terbangun tiga jam yang lalu, dan sekarang dia tengah berada dihalaman belakang rumahnya, melakukan boxing bersama Brian.

"Come on, baby, apakah hanya segitu kemampuanmu? Hah?" Brian berujar mengejek ketika dia berhasil menghalangi tinjuan Dolyn dengan mengatupkan lengannya didepan wajah. Dolyn dengan nafas terengah – engah makin bernafsu meninju Brian.

Brian dan Dolyn sedang berada di salah satu rumah keidaman keluarga Owen yang tidak ditempati. Kakek Dolyn mewariskan semua hartanya pada cucu satu – satunya itu. Dolyn melepaskan sarung tinjunya kasar membuat Brian terkekeh. Brian ikut melepaskan sarung tinjunya lalu memeluk gadisnya yang terduduk kesal.

"Kontrol emosimu, baby, jangan mudah marah, nanti kau cepat mati," ujar Brian membuat Dolyn tersenyum kecil. Brian mencium pipinya lalu beranjak pergi masuk kedalam rumah.

Dolyn menatap punggung pria itu menjauh, menghilang dibalik koridor rumah setelahnya. Gadis itu menjadi seikit bersalah pada Brian, mereka memang sepasang kekasih. Tapi Dolyn tidak pernah mencintai Brian seperti Brian mencintainya. Gadis itu hanya tidak sanggup menolak ajakan kencan si ceria Brian, takut – takut malah menghancurkan sisi periang dari pria itu. Dolyn tidak pernah ingin menyakiti siapapun. Tidak. Dia hanya ingin semua orang bahagia, sederhana.

Tapi apakah harus sesakiti ini? Haruskah sesakit ini jika kita ingin membahagiakan orang lain? Gadis itu mengepalkan tangannya lalu meninju halaman rumput yang berembun. Rahangnya menegang, marah. Marah pada keadaan, marah pada dirinya sendiri.

Dulu, dulu sekali, Dolyn ingat betul kata – kata kakeknya waktu mereka sedang berjalan – jalan sore bersama anjing pudol mereka yang lucu, mengelilingi taman sambil memakan es krim cokelat, sore itu Dolyn bertanya pada kakeknya.

"Apakah aku sekarang bahagia?" tanya Dolyn kecil sambil menjilati es krim-nya. Kakeknya tersenyum teduh lalu menatap langit cerah.

"Belum, Olyn." Ah. Olyn. Panggilan sayang dari kakeknya yang sangat manis. "Kau baru akan merasa bahagia ketika melihat orang – orang yang kau sayangi bahagia," Dolyn kecil mengangguk. Lalu berujar lagi dengan mulut belepotan es krim.

"Meskipun kita harus berkorban? Apakah kita nanti akan bahagia juga?" tanya-nya polos membuat kakek Dolyn mengacak rambut hitamnya.

"Ya." Kakeknya tersenyum mengelap noda es krim di sudut bibir Dolyn. "Sometimes, we are like stars, we fall to make someone's wish come true."

Perkataan kakeknya waktu itu terbukti sekarang. Dia jatuh. Jatuh untuk membuat permintaan Brian terkabul. Jatuh dalam kepura – puraannya bertahun – tahun. Dolyn hanya lelah, mungkin dia sangat beringas diluar, tapi tidak didalam.

Dia hanya gadis kecil yang rapuh. Sangat rapuh.

***

Las Vegas.

The Fast And Furious of Justin BieberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang