Chapter 29

1.3K 92 0
                                    

Letty terdiam menatap pada Justin yang berdiri dihadapannya, dengan kepala sedikit tertunduk hingga kepala mereka seajajar, wajahnya berkeringat seksi, beberapa jumput rambut jatuh pada dahinya. Tapi bukan posisi atau penampilan lelaki itu yang membuatnya terkejut. Kata – katanya. Apa maksudnya? Justin mengajaknya menikah? Ditengah situasi seperti ini? Apa dia bercanda?

"Will you?" Justin kembali bertanya sambil mengulas senyum manis semanis gula – gula yang digemari anak – anak. Dan senyum itu membuat Letty tidak bisa mengatakan tidak. Hell, siapa yang bisa menolak ketika kau dilamar Justin Bieber?

"Kau serius?"

"Apa aku terlihat bercanda?"

Sejujurnya tidak. Senyum Justin terlihat begitu tegas, dan cincin yang kini terulur tepat diwajahnya terlihat begitu nyata. Dan Letty tidak buta, kan?

"Tidak.." Dia menggigit bibir. Bingung. Dia ingin sekali langsung mengatakan, ya, lalu mencium Justin. Tapi dia tidak bisa. "Aku hanya.."

"Hanya apa, sayang?" Justin mengangkat dagu gadis itu, hingga mata mereka kembali bertemu.

"Aku.." Letty terlihat berpikir selama beberapa saat, lalu dia mendorong Justin pelan hingga bisa menemukan ruang nafasnya. "Aku hanya..goddamit Justin! Kau bisa menikahi perempuan manapun, so why me?"

Justin tertawa sarkatik sambil mendongakan kepalanya selama beberapa saat. Lalu dia mengambil duduk disebelah Letty, menggenggam jemari gadis itu hangat dan mengecupnya berkali – kali.

"I wanna marry you because you're the first person I wanna look at when I wake up in the morning, and the only one I wanna kiss goodnight." Justin berucap sambil menempelkan gamitan tangan mereka pada lehernya. Lalu dia membawa kaitan itu pada pangkuannya. "Because the first time I saw these hands, I couldn't imagine not being able to hold them."

Justin tersenyum, sementara Letty menatap lelaki itu tidak percaya. Justin Bieber baru saja mengucapkan kata – kata seindah itu padanya. Rasanya menakjubkan, seperti mimpi. Tapi bukan mimpi.

"But mainly, when you love someone as much as I love you, getting married is the only thing left to do. So will you, um, marry me?"

Letty mengerjapkan matanya, memandang kearah gamitan tangan mereka dipangkuan Justin. Apakah dia harus menerima lamaran lelaki itu? Apakah itu aman? Apakah Hector masih terobsesi membunuhnya? Apakah semua masalah akan pergi, atau justru makin datang menyerbu mereka?

Dan yang terpenting, apakah mereka akan bahagia? Selamanya?

Letty ingat bagaimana keberadaannya merubah hidup Justin menjadi sangat drastis. Misi Reeny Jhonson, kematian Joe Crowd, munculnya Isabelle dan Davin, dan sekarang...Hector mengancam nyawa lelaki itu.

Tapi Letty begitu egois. Dia tidak ingin, dan tidak mau melepaskan Justin, merelakan lelaki itu pergi dari hidupnya supaya dia bisa bahagia sementara Letty sendiri akan merenggang nyawa ditangan Hector. Dia tidak bisa melakukan itu. Dia tidak sekuat Mina, tidak setangguh Mina. Dan Isabelle pasti menertawakannya dari neraka sekarang.

Gadis itu menyusut air mata dengan tangannya yang bebas, lalu memandang Justin dengan bahagia, dan keputusasaan dalam matanya.

"I will, Justin. I will."

***

Keesokan harinya.

Leona sedang mondar – mandir di kediaman keluarga Bieber dengan ponsel biru laut ditelinganya. Gadis itu berjalan bagai setrika listrik menimbulkan dentuman heels hitamnya menggema diseluruh ruangan. Dan suaranya yang cempreng menggema diseluruh rumah, membuat siapapun yang mendengarnya akan segera menyumpal telinga mereka dengan galon. Beruntung, rumah ini kosong.

The Fast And Furious of Justin BieberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang