Chapter 11 (flashback)

1.7K 109 0
                                    

H/F: Nama mantan pacarnya Justin gue ganti jadi Minaella Rowell yakk. Karena ternyata Daniella sudah dipake sama silpong di BTH. Spesial flashback Justin – Mina. Here is the answer kenapa Justin so damn depressed ketika Mina pergi. Enjoyyy

Play: Justin Bieber – Fall (Puter sampai akhir part yaaa)

***

"Cause you are the smile on my face,"

Kala itu, seorang gadis kecil dalam balutan baju musim dinginnya berjalan perlahan sambil mengatupkan tangannya yang dibungkus sarung tangan. Rambutnya di kuncir dua dengan sebuah kupluk ungu membuatnya makin terlihat lucu. Dia berjalan menuju sebuah taman bermain untuk menemui seseorang yang sedang menunggunya.

Mina Rowell sampai ditaman bermain yang kini sepi dan hening. Hanya ada salju dan udara dingin disana. Mina berjalan perlahan menuju sebuah ayunan kecil. Gadis itu memutuskan untuk menunggu Justin disana. Ya, Justin Bieber. Seorang cowok umur 14 tahun yang sudah menjadi sahabatnya sejak mereka masih mengenakan popok. Justin dan Mina hanya berjarak 2 tahun. Ketika Mom Pattie memberitahu kalau Auntie Chole melahirkan, Justin sangat antusias karena dia akan mempunyai adik perempuan. Lalu Justin kecil berumur dua tahun mengunjungi rumah keluarga Rowell setiap hari. Mengajak bermain Mina tentu saja.

Mina tersentak ketika dia merasakan ayunan disebelahnya bergerak. Gadis kecil itu menoleh lalu mendapati Justin sedang tersenyum padanya. Cowok itu nyengir lalu menyodorkan capuchino hangat pada Mina.

"Thanks." Ucapnya lalu menyeruput capuchino itu perlahan. Justin hanya tersenyum kecil memperhatikan setiap detail gerakan Mina.

"Jadi, apa yang membuatmu menyuruhku keluar rumah ditengah salju begini, Justin?" tanya Mina dengan suara khas anak dua belas tahun yang lucu. Membuat Justin tersenyum getir mengingat hal yang harus dikatakan.

"Aku akan pergi Ell," Ell. Panggilan kesayangan Justin untuk Mina. Orang – orang biasa memanggil Mina dengan sebutan Mae, atau Minay. Tapi Justin tidak suka nama itu. Nama Mae ataupun Minay terdengar seperti nama orang sakit. Dan tak pantas menjadi nama panggilan untuk gadis kecil menggemaskan dengan semburat merah dipipinya seperti Mina.

"Oh." Mina kembali menyeruput capuchino-nya. "Kalau begitu cepatlah, kau akan terlambat." Gadis kecil itu menatap Justin polos membuat Justin makin tak tega saja melihatnya. Kenapa Mina membuatnya menjadi sangat sulit?

"Aku akan pergi ke tempat yang sangat jauh," Justin berujar menatap Mina yang kini terlihat penasaran. "Sangat jauh dari Stratford,"

"Kemana?" tanyanya dengan suara pelan. Bahkan terdengar seperti desisan membuat Justin memaki pada Scooter Braun yang membuatnya harus meninggalkan kota ini, dan gadis kecil kesayangannya ini.

"Atlanta." Mina tertegun lalu menatap capuchino-nya sebentar dan kembali menatap Justin.

"Kau akan kembali, kan?" tanya gadis itu dengan suara pecah. Mungkin dia memang hanya gadis kecil polos yang tidak mengerti persoalan orang dewasa. Tapi Mina cukup mengerti kalau Justin akan pergi ketempat yang jauh, itu berarti Justin akan meninggalkannya. Mina mengerti itu.

Justin menghela nafasnya lalu menatap sepatunya yang tercemar salju. "Aku tidak tahu, Ell." Justin rasanya ingin membatalkan perjanjian sialan itu ketika dia melihat guratan sedih pada wajah Mina.

"Kalau begitu, hati – hati." Ucap gadis itu mengulas senyum kecil. Dia melirik jam tangan yang melingkar ditangan mungilnya lalu berdiri dari ayunan. "Aku harus pulang membantu Mom menghias pohon Natal, sampai nanti Justin." Mina berlalu begitu saja, gadis itu bahkan berlari keluar dari taman bermain, meninggalkan Justin tanpa ciuman di pipi yang biasa dilakukannya. Justin menjilat bibirnya lalu menendang salju dibawah sepatunya. Justin kecil menutup wajahnya dengan telapak tangan lalu menjambak rambutnya frustasi.

The Fast And Furious of Justin BieberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang