Chapter 17

1.3K 91 0
                                    

Dolyn Owen melangkah keluar dari kamarnya dengan gusar. Gadis itu berjalan dilobi hendak mencari Brian yang entah hilang kemana setelah dari kamar Kristen tadi. Bersama Letty. Dia tahu, kalau ada yang tidak beres dengan keterkaitan Letty, Davin Cyrus, ataupun Leonardo Bach. Ada sesuatu yang disembunyikan Brian diantara mereka semua dan hal itu menyangkut tentang Letty. Dan Dolyn pikir, dengan berstatus sebagai pacarnya bisa membujuk Brian untuk memberitahu rahasia itu.

Gadis berambut hitam itu mengerang kesal saat kesulitan untuk menemukan pintu yang menghubungkan kearah taman belakang dan kolam berenang. Mansion Reeny Jhonson seperti kerajaan. Sumpah. Disepanjang lobi berjejer lukisan – lukisan abstrak maupun lukisan nonabstrak dan guci – guci mahal. Dan disepanjang lobi juga terbaris pintu kamar dengan jarak lima meter yang membuat Dolyn bingung mana pintu yang menjadi tujuannya.

Alih – alih, berakhir dikolam berenang, dia justru berakhir dikamar Justin dan Letty yang balkonnya langsung menghadap kolam. Dolyn masuk dengan perlahan kekamar itu, menilai kamar berwarna putih susu yang beraroma terapi. Cukup rapi. Dia mencebikkan bibirnya, berjalan ke balkon lalu melongokan kepalanya kebawah mendapati Brian dan Letty yang sedang berbicara dengan serius. Dolyn mengernyitkan dahinya melihat mereka seperti tengah mendiskusikan masalah penting.

Dolyn masih asyik memperhatikan keduanya ketika tiba – tiba pintu kamar terbuka membuatnya spontan memutar badannya sambil menahan malu. Tampaklah Justin dengan raut wajah awut – awutan dan stres.

"Hei," ujarnya menarik senyum tipis. Bahkan dalam keadaan seperti ini pria itu masih dapat tersenyum. Justin berjalan kearahnya dan kini ikut – ikutan bersandar pada balkon menatap kearah Letty dan Brian.

"Mereka sahabat, jangan cemburu." Justin terkekeh mendengar ucapan Dolyn.

"Aku tidak cemburu." Sengalnya. "Aku hanya ingin tahu apa yang mereka bicarakan." Setuju. "Omong – omong, kau ingat wajah si Davin Cyrus itu?" Gadis itu mengangguk kecil dan memutar memorinya saat kejadian siang itu ketika dia berhadapan dengan Davin.

"Dia pirang, tapi memilik rambut hitam diantara helaian pirangnya. Matanya biru, dan berjambul." Justin memutar bola matanya. Demi Tuhan. Banyak sekali orang mata biru dengan rambut pirang mix black berjambul didunia ini.

"Yang lebih spesifik, Dolyn." Dolyn berpikir sedikit lalu dia menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada." Justin menghembuskan nafasnya keras. Membuat Dolyn menoleh lalu memandang lelaki disampingnya sesaat. Beberapa detik dia sempat terpesona dengan potret Justin dari samping, dan gadis itu tersenyum tipis menyadari dia tidak pernah sedekat ini dengan Justin.

"Kau terlihat stres." Dolyn mencoba kembali membawa percakapan mereka.

"Kakakku hampir mau bunuh diri, pacarku jadi target, manager dan mentorku memaki – makiku, fansku marah, dan mustahil aku tidak stres saat ini." Dia tertawa mendengar ocehan Justin. Laki – laki itu kembali menghembuskan nafas dengan keras. Berharap masalah pelik ini bisa ikut terbuang bersama dengan karbon dioksida keudara dan lenyap. Tapi sayang semuanya tak semudah itu. Apa yang terjadi selanjutnya? Dia akan tetap bersama DOM untuk melindungi Letty? Untuk membantu Kristen membalaskan dendamnya pada Leonardo Bach? Untuk menghabisi Davin Cyrus hingga keakarnya? Atau meninggalkan dunia keras ini dan memilih hidup damai dengan Beliebers serta musiknya? Dia tidak tahu. Yang Justin tahu adalah semua yang dilakukannya salah. Semuanya.

Seharusnya dia tidak menawarkan diri bersama Letty untuk ikut misi ini sehingga Letty tetap aman. Dan dia juga bisa berhubungan dengan Beliebers. Seperti dulu. Tapi sekarang? Justin terlalu malu untuk sekedar menghidupkan ponselnya setelah ceramah panjang lebar Scooter Braun tentang betapa buruknya dia dalam menjaga nama baiknya sendiri. Justin masih ingat betul, apa yang dikatakan Scooter tadi. Pria tua bangka itu bilang, hal terakhir yang dilakukan seorang idola adalah menghancurkan perasaan fans-nya hingga berkeping – keping, lalu meninggalkan mereka begitu saja.

The Fast And Furious of Justin BieberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang