Kristen Bieber terbangun ketika ponselnya berbunyi. Dia bangkit perlahan dari pelukan Joe dan mengangkat panggilannya.
"Wake up, bitch. Kita punya misi." Suara sangar Dolyn terdengar diujung sana. Ah yaampun, bagaimana bisa Kristen melupakan misi terpenting ini? Bodoh. Dia melirik jam dan jam sudah menunjukan pukul dua siang.
"Aku tahu kau menghabisakan waktu panjang dengan Joe tadi malam," kini suara Annelise yang terdengar. Membuat Kristen memutar bola matanya.
"Shut up, I'll be there in 30 minutes" Dia memutuskan sambungan. Lalu beralih pada Joe. Dia menggoyangkan bahu pria itu dengan kencang, membuat Joe mengerang lalu membuka matanya perlahan. Kristen tersenyum lebar menicum pipi Joe dan berucap.
"Kita harus menemui seseorang hari ini? Ingat?" ucap Kristen membuat Joe mengernyit tak senang.
"Haruskah sepagi ini?" tanya Joe lalu membenamkan wajahnya pada bantal. Kristen memutar bola matanya lalu menjambak rambut Joe membuat pria itu mengerang kesakitan.
"Damn you Kristen!!"
"Wake up, baby. Dan ini sudah jam dua siang, kupikir kau cukup pintar untuk membedakan mana pagi mana siang. Come on! Kita sudah telat. Kau tidak mau gembong narkoba itu menurunkan bayaran kita?" Joe langsung terduduk mendengar ucapan Kristen yang terdengar mengancam.
"Baik, baik. Ayo bersiap – siap," ujar lelaki itu lalu menyusul Kristen yang sudah kekamar mandi terlebih dahulu. Joe mengetuk pintu, membuat kepala Kristen menyembul ditelengkan.
"Apa?"
"Let's take a bath, together" Pria itu berdesis membuat Kristen memutar bola matanya. Ketika Joe ingin melebarkan pintu, Kristen menahan lengan pria itu keras.
"Kita sudah telat, Joe. Dan aku tidak yakin mandi bersama akan memotong atau justru menambah waktu. Go off." Kristen meyentak lengan Joe lalu membanting pintu kamar mandi. Membuat pria itu mendengus dan kembali terduduk di bibir ranjang.
***
Justin dan Letty kini tengah berjalan – jalan disebuah pusat pembelanjaan. Mereka tertawa dan saling melempar canda layaknya remaja yang sedang di mabuk cinta –memang benar sih, tapi bedanya mereka bukan remaja lagi-. Justin menggenggam jemari gadis itu erat dan mengajaknya membeli baju. Kemeja, gaun, dress, blouse, sepatu, pakaian dalam. Dan lain sebagainya. Sebenarnya Letty menolak semua itu. Tapi Justin memaksanya, akhirnya gadis itu menyerah juga.
Mereka baru saja memasuki toko Chanel, ketika segerombolan gadis menghampiri Justin. Wajar, Justin tidak menyamar. Karena lingkungan apertemen Justin adalah lingkungan elit dan jarang sekali orang awam masuk kesini. Dan Justin terheran – heran bagaimana Beliebers bisa menemukannya. Geez, mereka bahkan lebih cerdas daripada FBI. Justin bahkan merahasiakan agenda kecilnya ini. Tak seorang pun tahu, kecuali dia dan Letty tentu saja. Dan sekarang gerombolan –yang kira – kira ada 60 gadis- berlari kearahnya.
"Justin mereka itu fans-mu?" Letty berujar lirih melihat gerombolan gadis gila berlari kearah mereka.
"Yeah, dan sekarang, kita harus lari." Justin menatap Letty membuat gadis itu mengernyit tak suka.
"Lari? Kenapa menghindar? Aku senang bertemu dengan orang baru," Justin mendelik. Aneh, seharusnya Letty yang takut pada Beliebers, bisa sajakan Beliebers yang tidak bisa mengkontrol diri tahu – tahu menjambak atau mencakar begitu saja ketika Justin memberitahu Letty adalah pacarnya. Tapi kini, jusru Justin yang agak pucat. Bukannya dia tidak ingin bertemu fans-nya, hanya saja..bertemu Beliebers saat sedang bersama pacarnya bukanlah hal bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fast And Furious of Justin Bieber
Hayran KurguJustin Bieber. Siapakah orang dungu yang tak kenal dengan pria tampan nan macho ini? Bukankah Justin Bieber mempunyai miliaran fans yang tersebar dimana saja? Dengan wajahnya yang tampan, kharismanya yang luar biasa, serta suaranya yang bagai desau...