Part 3

59.1K 1.8K 14
                                    

Perjalanan menuju kantor Pak Sony benar-benar hening. Baik Riana dan Deffian tidak ada yang memulai pembicaraan. Riana terus menundukkan kepalanya sedangkan Deffian sibuk membaca berkas-berkas di dalam mobil. Sesekali Deffian melirik dan tersenyum kepada Riana, dan pastinya Riana tidak mengetahuinya karena ia sibuk menundukkan kepalanya.

Sampai turun dari mobil pun Riana terus menundukkan kepalanya dan larut dengan pikirannya sendiri. Sampai......

DUK!!

Riana memegangi kepalanya dengan tangan kanannya. Ia menaikkan kepalanya dan betapa terkejutnya bahwa ia kejedot pintu lobby kantor 'ya tuhan'. Ternyata Riana berjalan ke arah pintu kantor yang tidak dibukakan oleh satpam karena ia sibuk menundukkan kepalanya. Lalu matanya menatap mata Deffian yang sedang berusaha menahan tawanya, muka Riana merah padam bukan main karena merasa malu.

"Kamu ngapain jalan nunduk gitu?"

"Hmm, engga kok Mr, ma..maafkan saya."

Deffian mengulurkan tangannya ke arah kening Riana dan mengelusnya yang tadi berciuman dengan pintu kaca kantor, "Gak kenapa-napakan? Sakit?"

'OH TUHAN' teriak Riana dalam hati melihat perlakuan atasannya itu.

"Eh....anu....hmm....Mr. saya gak kenapa-napa kok. Gak terasa sakit kok." ucap Riana salah tingkah.

Deffian tersenyum dan menurunkan tangannya, berbalik dan melanjutkan jalannya yang di ikuti oleh Riana. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang mengawasi mereka berdua.

***************************************

Setelah bertemu dengan Pak Sony, Riana dan Deffian kembali ke kantor dan menuju ruangan mereka masing-masing.

"Rianaaaa!!!!" teriak Sila melihat sahabatnya itu telah kembali.

"Iya, aduh gak perlu teriak-teriak gitu kali Sil, aku gak budek." sambil menutup kupingnya

"Hahahahahahaha.... Abis aku nungguin kamu yang lama banget datengnya. Gimana tadi disana?"

Riana langsung menceritakan semuanya kepada Sila, tanpa terkecuali termasuk insiden yang menimpa Riana sewaktu sampai di sana.

**************************************

Akhirnya weekend datang juga. Sesuai janjinya ia akan keluar makan malam dengan Erik teman masa kecilnya itu. Riana menggunakan dress tanpa tangan berwarna biru laut selutut. Menampakkan kulit mulus dan halus berwarna kuning langsat warna kulit khas orang Indonesia. Riana memiliki rambut berwarna coklat gelap, bola matanya berwarna hitam bening, memiliki bulu mata yang lentik. Ia memiliki hidung yang kecil dan mancung, ukuran bibirnya sangat pas dengan keseluruhan kecantikan dirinya yang ia punya. Ia hanya memoleskan sedikit makeup ke wajahnya dan membiarkan rambutnya yang bergelombang dibagian bawah itu tergerai indah.

Ting Tong

Bel pintunya berbunyi, ia pun bergegas keluar kamar dan membuka pintu. Dia sedikit terperangah dengan penampilan Erik yang dilihatnya, Erik menggunakan kemeja putih polos, dua kancing teratas kemejanya ia biarkan terbuka. Kemeja itu sempurna membukus badan Erik yang memang terlihat atletis, dan Riana menelan air liurnya dengan susah payah.

"Kau cantik sekali princess." ucap Erik seraya membungkukkan badannya sambil tersenyum.

"Kau juga tampan prince, hahahaha." ucap Riana, seraya menurunkan badannya sambil tangan kiri dan kanannya menarik ujung dressnya kemasing-masing sisinya. Mereka pun menininggalkan rumah Riana dan menuju restoran.

**************************************

"So,kemana saja kamu selama ini heh?" tanya Riana di sela-sela acara makan malamnya.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang