Part 6

51.9K 1.8K 28
                                    

Riana hanya diam mematung melihat sosok di depannya. Kaget, takut, kecemasan, rindu semua jadi satu dalam pikiran dan perasaan Riana. Baik Riana maupun Andrew diam mematung dengan pikiran mereka masing-masing. Mata Riana terasa panas, ia sadar kalau sebentar lagi pertahanannya bisa runtuh.

Namun terdapat perbedaan dari tatapan mereka berdua. Yang satu ketakutan, dan yang satu lagi merasa senang karena bertemu dengan orang yang sangat ia rindukan. Tidak ada yang memecah keheningan di dalam ruangan itu, sampai.......

"Hey, kalian berdua. Kenapa malah liat-liatan gitu bukannya kenalan?" tanya Amanda dengan nada bingung.

Hening....baik Riana dan Andrew tidah ada yang menjawab. Sesil dan Deffian yang ada di ruangan itu juga menjadi bingung melihat tingkah mereka berdua.

Namun tiba-tiba, Riana mundur selangkah dari hadapan Andrew...

"Emm, maaf saya harus kembali ke ruangan saya dulu. Permisi."  Riana berkata sambil memalingkan matanya dari tatapan tajam Andrew yang terasa membakar dirinya. Ditatapnya Sesil, Deffian, dan Manda lalu memberikan senyumannya. Tidak untuk Andrew.

Baru saja Riana berbalik hendak menuju pintu keluar ruangan, ia merasakan tangan besar mencengkram pergelangan tangannya. Menarik Riana untuk menghadapnya lagi. Membuat Riana tidak dapat bergerak.

"Kamu mau kemana?"

Ya tuhan!! Suara itu, suara itu!! Ya, ini memang benar-benar nyata. Padahal Riana mencoba beranggapan kalau ini semua hanyalah mimpi. Namun suara itu menyadarkan ia, bahwa ini bukanlah mimpi.

"Emm, itu sa-saya mau ke ruangan saya.......Mr." jawab Riana bingung menjawab pertanyaan Andrew. Bahkan ia bingung mau memanggilnya apa.

"Hemm,, Mr?? Kamu kenapa memanggil aku Mr?" tanya Andrew sambil menyeringai jahil melihat kegugupan Riana. Ya, dia masih hafal bagaimana kebiasaan Riana kalu dia sedang gugup.

"Ka-karena anda atasan saya Mr." jawab Riana masih gugup, dan menunjukkan wajah kesalnya sambil memutar-mutar pergelangan tangannya mencoba melepaskan cengkraman Andrew yang kuat namun tidak menyakitinya.

Deffian melihat keengganan Riana......

"Lepaskan tangan Riana, Andrew." perintah Deffian santai namun terkesan tegas.

Membuat Riana sontak melihat ke arah Deffian. Ia langsung berhadapan dengan mata Deffian yang tajam melihat Andrew dan seketika menjadi lembut ketika beralih menatap Riana.

Bluss, pipi Riana menjadi memerah. Reaksi pipi Riana yang memerah karena tatapan Deffian tidak lepas dari pengamatan Andrew. Andrew menggeretakkan giginya menahan emosi, ditatapnya Deffian dengan tatapan mematikan. Andrew dan Deffian saling bertukar pandang, kalau tatapan mereka bisa mengeluarkan leser pasti badan mereka berdua sudah hangus terbakar.

Amanda seakan mengerti apa yang seakan terjadi.......

"Wo..wo..wo..wo, calm down. Elo andrew lepasin tangan Riana, dia harus kerja kembali ke ruangannya." ujar Amanda menyadarkan Deffian dan Andrew.

Seperti tersadar Andrew menghadap ke arah Amanda, ia melihat tatapan untuk tidak bertindak macam. Lalu ia memalingkan wajahnya ke arah Riana yang sedang sibuk menundukkan kepalanya sambil mencoba melepas genggaman tangan Andrew.

Dengan perasaan tidak rela ia melepaskan genggaman tangan Riana. Setelah terlepas Riana mendongak meliah kearah Andrew. Ada guratan kesedihan dalam tataman Andrew kepada dirinya.

"Kalau gitu saya permisi dulu." ujar Riana, lalu setengah berlari keluar ruangan Deffian.

*****************************

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang