Part 4

58.6K 1.9K 20
                                    

Riana memandang lawan bicaranya itu dengan perasaan sedih. Terlihat jelas guratan kesedihan di wajah Deffian.

"Mr Deffian, kalau Mr merasa tidak sanggup untuk menceritakannya tidak usah dipaksakan."

Deffian membuka matanya dan langsung memandang Riana lekat-lekat, membuat Riana tersentak kaget.

"Saya butuh teman untuk bicara Riana, selama ini saya memendamnya sendiri. Saya itu sangat gila kerja sampai saya tidak memiliki teman. Kamu mau jadi teman saya?" tanya Deffian mantap

Susah payah Riana menelan air liurnya, "Iya Mr saya bersedia menjadi teman Mr, kita akan menjadi teman yang menyenangkan."

"Ingat loh Riana, wanita yang berteman dan bersahabat dengan saya bisa menjadi pasangan saya." ucap Deffian sambil menyeringai menggoda Riana.

Membuat Riana menjadi gelagapan, "Emm, hahahahahaha kalau jodoh mah gak ada yang tau Mr.

"Hahahaha iya, yasudah kamu boleh kembali keruangan kamu Riana. Lain kali kita lanjutkan ceritanya.

*********************************

"Kakak masih berpacaran dengan siapa itu namanya? Sesil?" tanya Manda yang baru sampai di ruangan kerja Deffian dan melihat foto Sesil.

"Masih?? Mulai aja engga, gimana bisa masih?" tanya Deffian balik.

"Terus ngapain foto cewe itu ada di situ." Manda menunjuk ke arah foto Sesil

Deffian mengikuti arah tangan Manda menunjuk.

"Itu dia sendiri yang naro. Udah berulang kali aku turunin, ujung-ujungnya ditaro lagi sama dia. Makannya aku diemin aja, males ngurusinnya."

"Ciih, dasar gak tau malu itu perempuan." ucap Manda dengan nada sinis. "Oia kak, semalem lagi ada badai gak disini?"

Deffin mendongakkan kepalanya dari berkas-berkas di atas mejanya sambil menaikkan sebelah alisnya kerah Manda yang sedang duduk di sofa.

"Badai? gak ada tuh."

"Ouw, well semalem Andrew ngehubungin Gue. Katanya dia mau balik ke In-do-ne-si-a"

Kali ini kedua alis Deffian terangkat.

"Mau ngapain dia kesini?"

"Katanya dia kesepian disana. Kakak, mama, dan papah ada di Indonesia, jadi yang di Belanda hanya aku dan Andrew. Sekarang aku juga ada disini, ya otomatis dia sendirian di sana."

"Kan dia banyak temen wanitanya, masa gak ada yang mau nemenin dia disana?"

Manda tertawa mendengar ucapan kakaknya, "Hahahahahaha, kalau masalah itu mana aku tau kakakku yang tampan, nanti kakak tanyakan aja sendiri kalau orangnya udah datang."

"Semoga dia gak bikin onar lagi sesampainya disini." Deffian bersandar di kursi kerjanya dan melihat lagit-langit ruangan kerjanya.

"Dia udah gak pernah pake begituan lagi kak, aku berani jamin itu. Barang itu semua udah dia tinggalkan, kecuali minum-minum dan wa-ni-ta."

"Hemm.. aku tau kalau itu." jawab Deffian dingin.

***************************************

Sekarang sudah menunjukan waktunya istirahat makan siang. Sila dan Riana sedang berjalan ke cafe di sebrang kantornya, sampai ada yang meneriaki namanya....

"Rianaaa..."

Sontak Sila dan Riana melihat ke belakang, ke sumber suara.

"Hay, Manda. Dari ruangan Mr. Deffian?"

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang